Selasa, 04 April 2023

Martin Luther King, Jr. [Pendeta dan Aktivis HAM]



Pendeta Martin Luther King, Jr., Ph.D. lahir di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, 15 Januari 1929 dan meninggal di Memphis, Tennessee, Amerika Serikat, 4 April 1968 pada umur 39 tahun. Ia dilahirkan dari pasangan Pendeta Martin Luther King, Sr. dan Alberta Williams King. Dia menikah dengan Coretta Scott pada tanggal 18 Juni 1953. Dia lulus dari Morehouse College dengan gelar Bachelor of Arts (dalam bidang Sosiologi) pada tahun 1948, dan dari Seminari Teologi Crozer di Chester, Pennsylvania dengan gelar Bachelor of Divinity (Sarjana Teologi) pada tahun 1951. Dia meraih gelar Ph.D.nya dalam teologi sistematika dari Universitas Boston pada tahun 1955.

King merupakan penerima Nobel, pendeta Baptis dan aktivis HAM warga Afrika-Amerika. Dia adalah salah seorang pemimpin terpenting dalam sejarah Amerika Serikat dan dalam sejarah non-kekerasan pada zaman modern, dan dianggap sebagai pahlawan, pencipta perdamaian dan keadilan oleh banyak orang di seluruh dunia. Satu setengah dekade setelah pembunuhan terhadapnya pada tahun 1968, Amerika Serikat menetapkan sebuah hari libur untuk memperingatinya, Hari Martin Luther King.

King adalah seorang pendeta di Gereja Baptis Montgomery, Alabama yang berjuang melawan diskriminasi rasial. Pada tahun 1963, King memimpin demonstrasi pemboikotan bus di Birmingham. Pemboikotan itu dilakukannya tanpa menggunakan kekerasan. Ia mengikuti prinsip-prinsip Mahatma Gandhi yang melakukan perlawanan dengan menghindari kekerasan. Untuk beberapa tahun, ia membuat kesuksesan besar, tetapi secara berangsur-angsur orang-orang kulit hitam muda menjauhinya karena mereka tidak dapat menerima antikekerasannya. Sebaliknya, King tidak pernah berhenti dan meluaskan programnya. 

Akibat aksinya dalam menentang diskriminasi terhadap orang-orang kulit hitam, King pun dipenjarakan di penjara Birmingham. Di penjara, ia menulis surat yang diberi judul, “Surat dari Penjara Birmingham.” Dalam suratnya, King menyatakan bahwa ia merasa dipanggil untuk menyuarakan suara kenabian terhadap ketidakadilan yang terjadi pada zamannya. Ia juga mengritik orang-orang yang tidak setuju terhadap pemboikotan Bus di Birmingham. Baginya, mereka adalah orang-orang yang tidak peka dan tidak dapat melakukan analisis terhadap penyebab utama dari pemboikotan itu. Menurut King, mereka terbuai dalam keadaan yang terjadi dan tidak mampu mendobrak dominasi kekuasaan orang-orang kulit putih.

Ia tidak hanya berjuang melawan diskriminasi orang-orang kulit hitam, tetapi juga menentang tanah milik dan Perang Vietnam. Kebesaran King terutama terletak pada impian tinggi dan gaya spektakulernya sebagai seorang pendeta. Pidatonya dengan judul “Saya Memiliki Impian” pada pawai berbarisnya ke Washington, DC (28 Agustus 1963) membuatnya semakin terkenal. Ia dipuja dengan banyak gelar terhormat. Pada 1963, ia menerima Penghargaan Nobel Perdamaian. Ia ditembak hingga meninggal dunia ketika ia melakukan aksi di Memphis pada 4 April 1968. Guncangan dari kematiannya menyebabkan banyak kerusuhan dan bentrokan di berbagai kota di seluruh Amerika Serikat.

Orang-orang Negro telah mengalami perbudakan sejak awal berdirinya Amerika. Kondisi ini terus bertahan meskipun Thomas Jefferson, dalam Declaration of Independence menyuarakan, “All men are created equal; that they are endowed by their Creator with certain unalienable rights; that among these are life, liberty, and the pursuit of happiness.”

Deklarasi tersebut seharusnya menjamin kebebasan dan persamaan hak. Meski demikian, para budak yang kebanyakan dibawa dari Afrika tidak serta-merta mendapatkan haknya. Mereka harus mengalami perjuangan yang begitu panjang sebelum akhirnya beroleh persamaan hak. Mereka tidak memiliki peluang untuk memilih pemimpin, memulai usaha, memiliki rumah sendiri, bahkan bersekolah. Mereka tidak bisa menjalani kehidupan yang mereka inginkan.

Kondisi paling parah dialami oleh orang-orang Negro di wilayah selatan. Berbeda dengan saudara-saudara mereka di tanah utara yang beroleh kebebasan dalam banyak hal pasca-Perang Sipil Amerika, kaum Negro di selatan harus menerima perlakuan yang ditetapkan oleh Supreme Court sebagai “terpisah namun sederajat.” Kaum Negro di selatan memang bisa menikmati sejumlah fasilitas yang ada, namun fasilitas mereka terpisah dari orang-orang kulit putih. Mereka tidak bisa bekerja bersama orang kulit putih, hidup di lingkungan yang sama, bahkan tidak bisa bersekolah di sekolah yang sama dengan orang-orang kulit putih.

Tahun 1955 menjadi titik mula pergerakan yang dipimpin oleh Dr. King. Pada tanggal 1 Desember 1955, Rosa Parks, seorang penjahit pakaian, menaiki sebuah bus. Kelelahan akibat berbelanja, Ny. Parks sama sekali tidak mengindahkan seruan pengemudi bus untuk memberi tempat duduknya pada penumpang berkulit putih. Akibatnya, Ny. Parks, yang juga anggota jemaat gereja tempat Dr. King melayani, ditahan karena dianggap menentang hukum. Ia dipaksa untuk membayar denda sebesar sepuluh dolar Amerika. Peristiwa inilah yang kemudian menyulut kemarahan kaum Negro. Semua bus di Montgomery kini berubah menjadi simbol penghinaan, ketidakadilan, dan ketidaksetaraan.

Dr. King dan rekan-rekan sekoleganya melihat peristiwa ini sebagai kesempatan yang sangat baik untuk bergerak. Ia memanfaatkan gerejanya sebagai pusat pergerakan protes terhadap ketidakadilan yang selama ini mereka terima. 

Meskipun terbakar oleh rasa kesal, Dr. King tidak serta-merta menyerukan revolusi. Dalam menjalankan aksi protesnya, Dr. King mengadopsi gaya tokoh besar India, Mohandas Gandhi yang dikenal juga sebagai Mahatma Gandhi (tokoh asal India yang juga menginspirasi Lennon). Perjuangan menuntut keadilan dan kesetaraan ini pun dilakukan dengan jalan damai. Aksi yang mereka gelar meliputi segala tindakan antikekerasan dan sikap pasif terhadap hukum yang dinilai tidak adil. 

Seiring dengan terpilihnya Dr. King sebagai presiden Montgomery Improvement Association pada 5 Desember 1955, secara resmi pula dia menjadi juru bicara aksi boikot yang dilancarkan. Ia menyerukan kepada seluruh kaum Negro di Montgomery untuk tidak lagi menaiki bus. Aksi ini terus berlangsung selama 382 hari. Setiap orang negro memilih untuk berjalan demi mendapatkan kebebasan dan keadilan. 

Pada 28 Agustus 1963, Dr. Martin Luther King, Jr. menyampaikan pidatonya yang monumental. Pada hari yang cukup cerah itu, di hadapan lebih dari 250.000 orang, seperlimanya kulit putih, yang berkumpul di Lincoln Memorial, Dr. King membakar semangat orang-orang yang hadir.

Semula, Dr. King sudah mempersiapkan pidato pendek yang formal untuk orang-orang Afro-Amerika dalam rangka mewujudnyatakan kemerdekaan mereka dalam masyarakat yang terbelenggu oleh diskriminasi. Hanya saja, seruan Mahalia Jackson, seorang penyanyi gospel membuatnya menyampaikan seruan yang kemudian menjadi pernyataan hak-hak sipil di Amerika. Pidato monumental tersebut dikenal sebagai “I Have A Dream.”

Pernah juga ia ditangkap bersama Ralph Abernathy karena melakukan demonstrasi tanpa izin. Dan selama sebelas hari mendekam dalam penjara, ia menulis suratnya yang terkenal dari balik penjara Birmingham. Sepanjang hidupnya, sampai ia meninggal pada 4 April 1968, Dr. King telah dipenjara sebanyak dua puluh kali dan empat kali mengalami siksaan akibat perjuangannya.


“Jika Anda tidak dapat terbang maka berjalanlah, 

jika Anda tidak dapat berjalan maka merangkaklah, 

namun apapun yang Anda lakukan Anda harus tetap bergerak maju.”   

–Martin Luther King, Jr

 

Jelang aksi protes berikutnya guna memperjuangkan hak para pekerja kebersihan kulit hitam di Memphis, Tennessee, Dr. King harus menemui ajalnya. Sore hari pada tanggal 4 April 1968, ketika berdiri di balkon Lorraine Motel, James Earl Ray menembaknya, tepat di bagian tenggorokan. Penembakan tersebut terjadi sekitar pukul 18:01. Ia dinyatakan meninggal di Rumah Sakit St. Joseph pukul 19:05.

Amerika berkabung kehilangan pejuang hak yang gigih ini. Presiden Lyndon B. Johnson menyerukan hari berkabung nasional untuk mengenang pemimpin perjuangan hak sipil ini. Untuk menghormati perjuangannya, setiap hari Senin pada pekan ketiga bulan Januari, dinyatakan sebagai hari Martin Luther King, Jr. Hari libur nasional ini diresmikan pada 2 November 1986.


“Kegelapan tidak bisa mengusir 
kegelapan, hanya cahaya yang bisa melakukannya. 
Kebencian tidak akan mampu 
menghapus kebencian, hanya cinta yang mampyu melakukannya.”  
–Martin Luther King, Jr.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar