Kamis, 13 April 2023

Hidup Sukses Berkat Taubat Riba


Saya mempunyai sahabata bernama Tanto Abdurrahman dari Yogyakarta. Ketika berumur 23 tahun ia sudah terlibat riba Rp 53 miliar. Begitu taubat riba, sekarang beliau memiliki berbagai usaha seperti pertambangan, tambak, percetakan, Biro haji Umroh, dll. Beliau sekarang juga mengelola 32 pondok pesantren tahfidz Qur'an dengan ribuan santri. Percakapan antara seorang pengusaha yang sedang galau dengan Gus Tanto Abdurrahman, semoga bisa menjadi bahan renungan kita semua.

Saya: “Gus, saya pusing. Masalah saya begitu banyak, orang orang sudah tidak percaya lagi sama saya. Hutang banyak, istri minta cerai anak sudah tidak lagi menghargai saya. Saya malu Gus. Saya harus bagaimana? Saya ingin lari saja menenangkan diri dimana sebaiknya.”

Gus Tanto: “Hehehe… hal begini saya pernah alami, saya tau persis gimana rasanya. Dulu pun sempat terpikir untuk lari. Sampai akhirnya, Allah memberikan hidayah dan maunahnya. Saya anggap semua peristiwa buruk yang menimpa saya adalah proses pembersihan dari dosa-dosa saya. Ya banyaklah dosa riba dan masih banyak lagi dosa lain.

Awalnya saya coba ikhtiar lalu pasrah. Hasilnya? Nggak selesai juga. Akhirnya tak balik. Pasrah total. Aktifitas yang ‘ngemis’ bantuan ke manusia yang sering kita sebut ikhtiar salah kaprah itu tidak lagi saya lakukan.

Saya nggak lagi konsultasi sana sini, saya hanya mepet ulama yang membimbing saya. Mulut saya kunci untuk mengeluh sama manusia, saya kumpulkan ‘keluhan-keluhan’ itu tiap hari lalu setelah tahajud saya tumpahkan keluhan saya ke Allah.

Saya nggak lagi mikir strategi bisnis. Saya nggak lagi belajar mengelak dan lari bahkan mengakali tanggung jawab saya dengan berbagai trik dan jurus atau apapun itu namanya karena memang hutang wajib dibayar. Saya nggak lagi mengandalkan tenaga saya untuk mencari solusi kesana kesini yang juga saya sebut namanya ikhtiar karena memang itupun hanya akan saya jadikan alasan untuk menjawab sang penagih hutang.

Akhirnya saya pasrah. Pasrah total. Saya mepet ke Allah 5 waktu jamaah, dhuha nggak pernah putus, shalat malem selalu saya pakai buat curhat ke Allah. Saya banyakin baca Qur’an. Ternyata ini yang sebenarnya disebut ikhtiar. Setelah hal ini saya lakukan istiqomah, solusi datang. Jalan selalu muncul, peluang datang dengan sendirinya. Dan tidak perlu extra capek untuk mengeksekusi akan berbuah hasil yang secara nalar jika kerja dengan fisik dan otak dalam waktu sesingkat itu tidak mungkin dapat hasil yang sebesar itu.

Akhirnya, ikhtiar saya ke langit bukan lagi mengandalkan otak dan logika karena memang rizki itu hal ghaib tidak akan pernah bisa diraba dengan indra, hanya dengan kejernihan dan ketenangan hati saja. Akhirnya aktifitas fisik kerja yang saya lakukan saya niatkan bukan lagi untuk hasil, tapi dalam rangka mensyukuri nikmat. Sudah diberi anggota badan yang lengkap, dan saya niatkan ‘setor’ keringat ke Allah. Terserah Allah setoran keringat saya mau ‘dihargai’ dengan bentuk rizki seperti apa.

Jangan pernah ngelawan takdir Allah. Kondisi apapun saat ini yakinkan bahwa itu adalah kondisi terbaik buat kita menurut Allah. Nggak ada kata TAPI dalam menjalankan takdir Allah. Mau enak ayo, mau menderita ayo, mau banyak masalah ayo. Apapun kondisinya jangan pernah ada perlawanan terhadap takdir Allah.”

Saya: “Kok gitu Gus? Tapi masalah saya, hutang saya, istri saya bagimana?”

Gus Tanto: “Yah emang gitu, emang kalau banyak masalah kenapa, emang kalau banyak utang kenapa, emang kalau istri minta cerai kenapa, emang kalau anak nggak lagi percaya kenapa? Ya biarin aja lha wong itu kehendak Allah. Bukankah semua hal dimuka bumi ini terjadi atas kehendak dan izin Allah? Ya sudah dihadapin. Anteng, dihadapin jangan lari.”

Saya: “Tapi Gus?”

Gus Tanto: “Ssttt, sudah nggak usah nglawan takdir Allah. Dijalanin saja, nggak usah protes. Itu cara Allah memuliakanmu jika memang Allah satu-satunya tujuanmu.”

Saya: “Subhanallah, iya Gus iya!”

Gus Tanto: “Subhanallah saja belum cukup. Kalau hati sudah bisa ngomong terucap lewat mulut, karena paham betul bahwa takdir Allah sedang berjalan.

Harusnya yang terucap adalah alhamdulillah, akhirnya saya ngrasain juga punya utang banyak, risikonya paling diomelin dept collector, dan setau saya nggak ada cerita diomelin dept collector terus mati gitu.

Alhamdulillah, akhirnya saya ngrasain juga dihinakan orang. Jadi begini rasanya dihina orang. Gini rasanya nggak punya harga diri. Alhamdulillah ya Allah!

Alhamdulillah, akhirnya ngrasain digugat cerai sama istri. Ya sudah apa adanya kita sampaikan kalau tidak bisa menerima kondisi kita yah sudah, mau cerai sekarang mau nanti sama saja, karena pada dasarnya istrinya tidak mau menerima kondisi kesusahan.”

Saya: “Tapi Gus… beraaat!”

Gus Tanto: “Ssttt jangan nglawan takdir Allah. Saya nggak pernah bilang kalau ini ringan. Memang mendekatkan diri dan berjuang menjadi kekasih Allah itu bukan hal yang mudah. Perlu perjuangan, perlu pengorbanan. Dan yang paling berat adalah mengorbankan semua hal yang berhubungan dengan nafsu dan keinginan kita. Jadi ah sudah lah, itu pilihan, mau dengan cara ini silahkan kalau ada cara lain menyelesaikan masalahmu dengan tuntas selain ke Allah, nanti tolong kasih tau saya. Saya ingin tau juga.”

Gus Tanto (Tanto Abdurrahman) adalah seorang entrepreneur, ustadz, pembimbing spiritual, bertempat tinggal di Jogja. (Sumber: http://www.ahmadinspira.com)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar