Allah yang menciptakan jagad raya dengan segala isinya ini memiliki aneka ragam nama yang berjumlah 99 nama. Dimana nama-nama itu bukanlah sekedar nama, melainkan nama-nama yang baik, yang sesuai dengan kenyataan bagi yang diberi nama. Dan nama itu disebut “Al Asmaul Husna”. Yang mana bila nama-nama itu kita sebut, mempunyai pengaruh dan manfaat yang besar lagi menakjubkan terhadap kehidupan kita.
Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya bagi Allah ada 99 nama, yaitu 100 kurang satu. Barangsiapa menghafalkannya, niscaya dia masuk surga. Sesungguhnya Dia itu ganjil, Dia menyukai yang ganjil.”
Kita sebagai umat Islam telah dianjurkan berdo’a dengan nama-nama Allah (Al Asmaul Husna) tersebut. Sebagaimana tersebut di dalam firmanNya.
Perlu kita ketahui, bahwa anjuran Allah itu merupakan anugerah yang besar bagi kita umat Islam. Karenanya, maka kita harus menyadari agar bisa menyempatkan waktu barang sedikit. Baik di waktu siang maupun malam untuk membaca seluruh nama-nama Allah atau salah satu dari padanya.
Ada dua keuntungan jika kita mau mengamalkan Al Asmaul Husna:
a. Dalam segi membacanya saja sudah termasuk ibadah.
b. Berdo’a dengannya pun terhitung sebagai ibadah.
Jadi kita mendapat dua pahala bila membaca Asmaul Husna. Belum lagi jika do’a kita itu dikabulkan oleh Allah, baik cepat atau lambat. Maka ini sudah merupakan keuntungan tersendiri yang tak ternilai harganya.
“Maha suci Allah yang bagiNya mempunyai nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang tinggi. Maha Suci Dia lagi Maha Tinggi Dia dari apa yang orang-orang zalim mengatakan yang setinggi-tingginya.”
Berdo’a kepada Allah supaya dikabulkan segala hajatnya, baik hajat duniawi ataupun ukhrowi. Insya Allah, apa yang menjadi hajatnya itu akan lekas dikabulkan olehNya.
“Katakanlah: “Dia lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas: 1-4)
Terminologi Asmaul Husna adalah nama-nama milik Allah yang baik lagi indah. Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepada yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh salah dalam mempergunakan atau menyebut nama-nama Allah.
Selain perbedaaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat Allah swt yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad saw.
Seluruh nama Allah bersifat taufiqiyah, yaitu tidak ada ruang sedikit pun bagi akal untuk menentukannya. Akal kita tidak mungkin sampai pada segala sesuatu yang menyangkut hak Allah seperti dalam masalah nama-namaNya.
Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya.
Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam mempergunakan atau menyebut nama-nama Allah ta’ala.
Berikut adalah beberapa dalil yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadis tentang Asmaul Husna:
Dari Abu Huraira ra, Nabi saw bersabda, “Allah itu memiliki sembilan puluh sembilan nama yang bagus. Barang siapa yang mampu menghafalnya, maka dia akan masuk surga. Sesungguhnya Allah itu ganjil (esa) dan Dia menyukai (bilangan) yang ganjil.” (Shahih Bukhari)
“Dia lah Allah, tidak ada Tuhan/Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang baik).” (QS. Thaahaa: 8)
Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu” (QS. Al-Israa’: 110)
“Allah memiliki Asmaul Husna, maka memohonlah kepadaNya dengan menyebut nama-nama yang baik itu…” (QS. Al-A’raaf: 180)
Asmaul Husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifatNya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.
Asmaul Husna secara bahasa berarti nama-nama yang baik. Asmaul Husna secara istilah berarti nama-nama baik yang dimiliki Allah swt sebagai bukti kemuliaan dan keagunganNya. Nama-nama tersebut diberikan oleh Allah swt sendiri dan hanya dia yang berhak atas nama tersebut. Allah swt berfirman,
“Dia lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia memiliki nama-nama indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepadanya. Dan Dia lah yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 24)
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah swt memiliki Asmaul Husna yang menunjukkan keindahan, keagungan, dan kesempurnaanNya. Allah swt menganjurkan hambanya untuk membaca Asmaul Husna ketika memohon kepada Allah swt. Anjuran tersebut dimaksudkan agar kita senantiasa teringat pada kekuasaan dan keagungannya serta mampu meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika memohon ampun kepada Allah swt, kita dianjurkan membaca Al-Gaffar. Akan tetapi, kita tidak boleh menyalahgunakan Asmaul Husna untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan syariatNya. Allah swt berfirman,
“Dan Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepadanya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-namanya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raaf: 180)
Setidaknya, ada ayat dalam Al-Qur’an yang menegaskan hal ini, yakni:
Pertama, pada surah Al-A’raaf ayat 180, “Allah swt mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang indah), maka memohonlah kepadanya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-namaNya. Mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Araaf: 180)
Kedua, pada surah Al-Israa’ ayat 110, Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. Al-Israa’: 110)
Ketiga, pada Surah Thaahaa ayat 8, “Dia lah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang baik).” (QS. Thaahaa: 8)
Keempat, pada Surah Al-Hasyr ayat 24, “Dia lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepadaNya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 24)
“Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu seratus kurang satu. Barangsiapa menghitungnya, niscaya ia masuk surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ayat Al-Qur’an dan hadits shahih tersebut menegaskan betapa istimewanya Asmaul Husna. Terutama ummat islam yang sudah terbiasa membaca dan berwirid Asmaul Husna yang rata-rata dibaca setelah shalat.
Surah Al-A’raaf ayat 180 rupanya menjadi salah satu dalil ummat islam yang selalu mendawamkan lafal Asmaul Husna secara rutin, namun persoalannya adalah apakah cukup Asmaul Husna itu hanya sebatas dihafal, atau dibaca, atau bahkan hanya ditulis secara kaligrafi. Itu tidak salah, karena menjaga keindahan itu adalah bagian dari syiar.
Namun jika ayat itu hanya dipahami sebatas itu, menurut saya kuranglah tepat. Makna “menyebut Asmaul Husna” dalam surah Al-A’raaf tersebut adalah dengan menggali maknanya, untuk diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Artinya kita bukanlah memandang Asmaul Husna itu dari luar, karena yang nampak hanyalah nama-nama Allah, dan huruf Arab. Sehingga akhirnya hanya dibaca dan dinyanyikan, bahkan banyak yang mengatasnamakan ahli hikmah, lalu Asmaul Husna justru dijadikan lafal untuk syarat pengobatan atau hal-hal yang berkhasiat.
Kita harus memandang Asmaul Husna itu dari dalam, sehingga yang nampak adalah nasihat-nasihat dan keagungan allah swt untuk diterapkan oleh segenap jiwa raga kita. Seperti misal sifat “Ar-Rahman.” Jika dipahami secara teks belaka maka yang kita pahami hanyalah sebatas Allah yang Maha Pengasih, atau misalnya lafal “Al-Khaliq” yang artinya pencipta. Jika kata itu diejawantahkan dalam kehidupan kita, maka manusia akan mempunyai nalar karya yang kuat, sejatinya manusia yang berjiwa entreuphernership. Di Indonesia sendiri krisis warga yang berjiwa seperti itu, malah sifat Allah ini kita temukan di negara-negara sekuler, seperti Eropa dan Jepang.
Seharusnya Indonesia yang mayoritas pendudukanya sudah membaca dan menghafal Asmaul Husna bisa lebih maju di negara-negara lain, namun inilah fakta yang ada, karena ada paradigma yang kurang tepat dalam memahami Asmaul Husna.
Namun jika sifat Ar-Rahman itu kita kaji secara substantif, maka Ar-Rahman ini adalah salah satu nasihat agar kita menjadi manusia yang pengasih. Bukan kita mengambil alih haq Allah, namun kita sepakati bahwa iman kepada Allah adalah salah satunya menerapkan segala ajaranNya, dan salah satunya mengejawantahkan Ar-Rahman dalam kehidupan kita sesama manusia dan alam secara umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar