Kamis, 14 Oktober 2021

Perjalanan Menuju Kematian



Telah menjadi ketentuan Allah swt bahwa setiap yang hidup pasti akan mengalami kematian. Kematian ialah salah satu dari beberapa misteri dalam kehidupan kita. Kita tahu bahwa misteri tersebut adalah kelahiran, rezeki, jodoh dan kematian. Siapa yang bisa menentukan keempat hal tersebut? Tiada seorangpun yang mampu mengetahuinya. Seorang peramal kondang sekalipun atau bahkan seorang nabi sekalipun. Bahkan ia mengatakan bahwa yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya. Hal itu menegaskan bahwa hanya Allah swt sajalah yang mengetahuinya dan memiliki hak mengenainya. 

Arti kematian

Kematian adalah terlepasnya roh dari jasad seseorang yang berarti kepergian manusia dari kehidupan dunia. Banyak yang telah mengungkapkan makna kematian, yaitu :

“Kematian bukanlah berarti tidak ada wujud sama sekali atau hancur luluh. Akan tetapi lebih tepat disebut sebagai peristiwa terlepasnya roh dari jasad seseorang, berpisah, tersekat, pergantian hal ihwal dan perpindahan dari satu alam menuju alam lain.”

Kematian adalah suatu musibah yang paling berat. Allah swt telah menyebutkan hal tersebut dalam firmanNya :

“…lalu kamu ditimpa bahaya kematian…” (QS.Al-Maidah :106)

Musibah kematian ini akan semakin berat tatkala seseorang yang mengalami kematian tersebut lalai dan melupakan kematian dengan meninggalkan amalan kebaikan untuk menghadapinya.

Banyak riwayat yang mengisahkan tentang kematian, di antaranya adalah sebagai berikut :

  • Diriwayatkan dari seorang arab badui saat ia menaiki untanya. Tiba-tiba unta tersebut jatuh dan mati. Ia lalu turun dan mengitari untanya, berpikir dan bertanya, “Kenapa engkau tidak berdiri? Kenapa engkau tidak beranjak? Anggota badanmu masih utuh, kaki tanganmupun masih sehat. Kenapa sebenarnya engkau ini? Siapa dulu yang menciptakanmu untukku? Siapa dulu yang membangkitkanmu? Siapa pula yang membuatmu terjatuh? Lalu siapa yang menghentikan jalanmu?” Lantas ia meninggalkan untanya yang mati sambil terus berpikir serta terheran-heran dengan kondisi untanya.

Siapapun makhluk yang bernyawa baik yang berumur panjang maupun pendek akan mengalami akhir kehidupan yaitu kematian. Ia tidak bisa menghindari ataupun melarikan diri dari kematian dan pasti melewatinya. Sebagaimana firman Allah :

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…” (QS. Al-Anbiya : 35)

“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh….” (QS.An-Nisa : 78)

  • Abu Hadbah Ibrahim bin Hadbah telah meriwayatkan dari Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : 

“Seorang hamba manusia pasti akan menghadapi cobaan kematian dan sakaratul maut serta sendi-sendi tulangnya pasti akan diputus-putus seraya berkata, ‘Semoga keselamatan menyertaimu. Kita akan berpisah hingga hari Kiamat nanti.’”

Al-Muhasibi dalam kitab ar-ri’ayah menjelaskan bahwa Allah swt pernah berfirman kepada nabi Ibrahim as sebagai berikut, 

“Wahai nabi yang Aku kasihi, apa pendapatmu tentang kematian?”

“Seperti tusuk daging yang sulit dicabut, ditusukkan dalam bulu domba basah, lalu ditarik,” jawab Ibrahim.

“Kalau Kami permudah, bagaimana Ibrahim?” Allah swt memberi kabar gembira-Nya.

  • Saat roh nabi Musa as akan dicabut, Allah swt berfirman kepadanya, “Apa pendapatmu tentang kematian?”

“Diriku seperti burung pipit yang hidup ketika terjatuh dalam penggorengan, tidak cepat mati agar bisa beristirahat dan tidak pula selamat agar bisa terbang,” jawab Musa.

Dalam riwayat lain, “Diriku seperti seekor kambing yang dikuliti tukang jagal hidup-hidup.”

Isa as juga mengatakan, “Wahai Hawariyun! Berdoalah kepada Alah agar meringankan sakaratul maut untuk kalian.”

  • Riwayat lain menjelaskan bahwa kematian lebih sakit dari sabetan pedang, dibentangkan dengan tali dan dibelah dengan gunting. Dalam kitab al-Hilyah, Abu Nu’aim dan al-hafizh meriwayatkan sebuah hadits yang menarik dari Watsilah bin al-Asqa’ bahwa Rasulullah saw pernah bersabda :

“Demi Dzat yang memegang kendali nyawaku, rasa sakit yang ditusukkan malaikat kematian itu lebih perih daripada seribu klai sabetan pedang.”

  • Imam Bukhari telah meriwayatkan sebuah hadits yang menarik juga dari ‘Aisyah ra bahwa Rasulullah pernah memegang sebuah mangkok berisi air minum. Kedua tangannya lalu dimasukkan ke dalam mangkok tersebut lalu diusapkan ke wajahnya dan berkata,

“Tiada Tuhan selain Allah. Sungguh kematian itu pasti ada sakaratnya.”

Kedua tangannya berkeringat dan berkata, “Bersama Allah!” hingga beliau wafat dan kedua tangannya tidak bergerak.

  • Imam Turmuzi meriwayatkan bahwa ‘Aisyah ra berkata,

“Aku tidak pernah lagi memperbincangkan ringannya kematian setelah melihat begitu dahsyatnya kematian yang dialami Rasulullah.”

Begitu dahsyat sakaratul maut yang dialami para rasul dan orang shalih. Lalu bagaimanakah dengan kita yang termasuk dalam kumpulan manusia yang melupakan kematian apalagi mempersiapkannya? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar