Rabu, 26 April 2023

Kronologis kisah wafatnya Yoyoh Yusroh.



Beliau  berangkat ke Yogya Rabu, 18 Mei 2011 untuk menghadiri wisuda Umar, anak pertamanya. Sengaja melalui perjalanan darat karena ingin silaturrahmi ke Magelang, rumah Eyang Gatot. Kakeknya Abi dan menghadiri pernikahan khadimah. Rombongan terdiri dari 2 mobil. Mobil Innova hitam terdiri dari Abi, beliau, Umar (putra 1), Sholah (5), Ayyasy (8), KongBun dan Hanafi (driver).

Setelah wisuda, rombongan sempat ke Magelang silaturrahmi dan melanjutkan ke pernikahan mbak di rumah yang menikah di bilangan Jabar. Akhirnya perjalanan dilanjutkan menuju Jakarta melalui tol Palikanci, Cirebon tersebut.

Pada Sabtu dinihari sekitar pukul 2, mendadak Pak Hanafi mengantuk, putranya yang nomor 5 (Sholah) berinisiatif menggantikan. Posisi duduknya saat itu Sholah menyetir, di sebelahnya (depan kanan) Pak Hanafi. Di tengah kiri beliau, di tengah kanan suaminya. Sementara di belakang (dari kiri-kanan) Ayyasy, Umar dan Kong Bun. Beliau memang selalu duduk di kursi tengah bagian kiri setiap naik mobil. Itu lokasi favoritnya. Di pojok yang sama pula beliau selalu tilawah/muraja’ah hafalan Qur’annya setiap naik mobil.

Pada saat kejadian, beliau memang tidak mengenakan seatbelt. Suaminya  yang biasa mengingatkan juga lupa mengingatkannya. Mobil melaju kencang dengan kecepatan konsisten 120 km/jam, seisi mobil tidur kecuali putranya yang menyetir. Tiba di tikungan tajam lokasi kejadian, Sholah yang sedang tidak dalam kondisi mengantuk mendadak kurang antisipastif di tikungan tersebut. Salah persepsi karena dikira hanya tikungan biasa, bukan tikungan tajam. Di tambah saat itu penerangan redup, sehingga mata menjadi kurang jeli. 

Karena kaget dan reflek ingin melakukan penyelamatan agar mobil tidak terbalik, Sholah sempat membanting setir. Namun tetap kecelakaan tidak bisa dihindari, sehingga mobil menabrak pembatas jalan (beton) yang mengenai mobil bagian kiri. Tabrakan terjadi sangat hebat dan keras, kontan seisi mobil terbangun. Warga berteriak kaget dan berduyun-duyun datang. Dalam keadaan tersebut, sekitar 5 menit pertama seisi mobil shock. 

Kong Bun yang ada di belakang suami beliau mendadak sudah di tengah. Seisi mobil sesak nafas dan tidak tahu harus berbuat apa. Sholah yang menyetir langsung buka pintu. Kondisinya tidak kenapa-kenapa. Ia tidak luka sedikitpun. Yang lain juga belum merasakan dampak apa-apa, masih diliputi rasa shock. Beliau yang saat itu di tengah bagian kiri mengalami dampak yang paling kuat. Beliau terbentur bagian depan mobil dengan posisi kepala langsung. Ditambah dorongan dari belakang, jok lepas sehingga dia jatuh tersungkur. 

Setelah kecelakaan suaminya sempat membenahi posisinya kembali ke jok. Namun di dahi beliau sudah mengucur darah, suaminya menduga itu hanya luka biasa. Namun sebenarnya kemungkinan beliau tengah mengalami pendarahan. Sementara warga yang berduyun-duyun mencoba mencari pertolongan, dan mencoba membuka pintu disisi Bunda Yoyoh dengan linggis dan sebagainya.

Dalam keadaan seperti itu, beliau masih dalam keadaan sadar dan mengabsen anak-anaknya satu persatu. “Sholah mana? Masih hidup ga?” Dan lain-lain. Ia mengira kondisi yang lain lebih parah dari dirinya. Kemudian tiba-tiba beliau sempat menjadi ‘agak emosional’ dan bilang: “Aduh dada Ummi sakit. Rasanya seperti mau meninggal”. Kontan suaminya dan seisi mobil mengingatkan: “Istighfar mi”. Beliau berucap “Astaghfirullahaladzim”. Beliau tiba-tiba juga berucap: “Abi, Ummi sedang sakaratul maut”. Suaminya dan seisi mobil kurang percaya namun bilang “Nyebut mi…” Lalu beliau berucap “Asyhadu anlaa ila hailallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah” dengan lancar. 

Terus berulang. Menunggu ambulans datang, beliau senantiasa menyender di bahu suaminya dengan terus berdzikir. Ambulans pun datang. Semua yang terluka dibawa masuk terlebih dahulu. Dalam perjalanan beliau sudah dalam keadaan tenang tanpa suara, yang lain beristirahat. Namun anaknya yang nomor 8 (Ayyasy) sempat melihat tiba-tiba dengkul Umminya terangkat dengan sendirinya sebanyak dua kali. Pada saat itulah kemungkinan malaikat pencabut nyawa sedang melaksanakan tugasnya. Ketika Sholah dan Pak Hanafi yang belakangan menyusul tiba di RS, jasad beliau sudah ditutup kain seluruhnya. Beliau ternyata telah wafat, menghembuskan nafasnya yang terakhir sekitar pukul 03:30 WIB di RS Mitra Plumbon Cirebon. Innalillahi wa inna ilaihi raajiun. Beliau telah wafat. Sontak keluarga menangis dan mengabari semua pihak untuk mengurus pemakamannya. 

Putranya yang juga ikut di proses memandikan, mengafani, dan menyolatkan Almarhumah, jenazah terasa sangat ringan. Dan mereka menyaksikan dengan sangat jelas bahwa Umminya meninggal dalam keadaan tersenyum.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar