Kamis, 16 Maret 2023

Penyesalan



Matahari mulai terbit di ufuk timur. Tetapi Evita belum juga tidur. Ia menangis sejak tadi malam. Ia masih belum bisa mengerti akan keputusan kekasihnya, Bram, yang menginginkan hubungan mereka berakhir. Evita sangat mencintai Bram sehingga ketika Bram memutuskan hubungan dengannya, ia sangat terpukul sekali. Hatinya hancur ketika Bram mengucapkan kata berpisah tanpa ada alasan yang jelas. 

Setelah Evita merasa lelah karena menangis semalam suntuk, ia pun meraih gitar kesayangannya yang selalu setia menemaninya di kamar itu. Ia mulai memetik senar gitar itu dan menyanyikan sebuah lagu dari Judika, penyanyi favoritnya,

Pernahkah kau merasa jarak antara kita. 

Kini semakin terasa setelah kau kenal dia. 

Aku tiada percaya teganya kau putuskan indahnya cinta kita. 

Yang tak ingin ku akhiri. 

Kau pergi tinggalkan ku... 

Tak pernahkah kau sadari. Akulah yang kau sakiti. 

Engkau pergi dengan janjimu yang telah kau ingkari. 

Oh Tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku. 

Aku pun ingin bahagia walau tak bersama diaaa... 

Memang takkan mudah bagiku tuk lupakan segalanya.. 

Aku pergi untuk diaa... 

(Judika - Aku Yang Tersakiti) 


Itulah sepenggal lirik lagu yang sangat mewakili perasaannya. Evita merasakan ada orang ketiga di balik hancurnya hubungan antara dia dengan Bram. Tetapi Evita mencoba untuk mengikhlaskan kepergian Bram untuk wanita lain. Walaupun hatinya serasa pedih.

Pagi berganti siang, siang berganti malam, dan malam berganti pagi. Hari demi hari Evita lalui dengan senyuman. Dia tak ingin orang lain tahu akan kesedihan yang bersemayam di hatinya. Evita berusaha menjalani hari-harinya dengan tegar tanpa Bram di sisinya. Evita sadar, untuk apa dia bersedih terus. Toh, Bram tidak akan kembali lagi kepadanya. 

“Keep smile Evita, tanpa Bram, kamu masih bisa hidup kok. Berpisah dengannya bukanlah akhir dari segalanya,” kata Evita pada dirinya sendiri. 

Selama hampir 2 tahun Evita menjomblo. Evita termasuk gadis yang cantik, cerdas, baik, dan mudah bergaul. Tidak sedikit pria yang menyukainya. Banyak pria yang ingin menjadi kekasihnya, tetapi hingga sekarang, tidak ada satupun dari mereka yang berkenan di hati Evita. Sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang pria yang sangat berbeda dari yang lain. Nama pria itu adalah Fariz. Mereka bertemu di pesta ulang tahun sahabatnya yaitu Wida. Awalnya Wida yang mengenalkan Fariz kepada Evita. Dan setelah berkenalan, mereka pun ngobrol-ngobrol.

Mereka sangat cepat akrab. Semenjak itu, hubungan mereka semakin dekat dan semakin akrab. Dan akhirnya mereka bersahabat. Fariz sering curhat kepada Evita. Dan Evita pun begitu. Persahabatan mereka sangat erat, bahkan kemana-kemana selalu berdua.

Menurut Evita, Fariz itu orangnya penuh perhatian, pengertian, baik, mudah bergaul, lucu dan sering membuat Evita tertawa. Di matanya, Fariz itu sangat sempurna. Lama-kelamaan Evita mulai mencintai Fariz. Namun, Evita memendam perasaannya. Dia tidak ingin Fariz mengetahui tentang perasaan itu, karena Fariz sudah mempunyai kekasih dan Evita takut hubungan Fariz dengan kekasihnya menjadi hancur karenanya. Di samping itu, Evita juga takut, hubungan persahabatannya dengan Fariz menjadi berantakan karena perasaannya itu. 

Cukup lama Evita memendam perasaannya itu. Hingga suatu ketika Fariz putus hubungan dengan kekasihnya. Fariz sangat sedih saat itu. Evita menyadari bahwa Fariz sangat mencintai kekasihnya itu. Semenjak itu, Evita mencoba membuang jauh-jauh perasaannya ke Fariz. Walaupun itu sangat sulit untuk dilakukan dan untuk yang kedua kalinya, Evita harus merelakan orang yang dia cintai, mencintai orang lain.

Evita selalu menghibur Fariz. Ia tak ingin melihat orang yang dia cintai itu bersedih terus. Evita juga sangat perhatian dengan sahabatnya itu. Lambat laun semua sikap Evita yang ditunjukkan ke Fariz membuat mata hati Fariz pun terbuka. Dan Fariz pun menyadari bahwa ada yang lebih memperhatikannya daripada mantan kekasihnya itu. 

Lama-kelamaan, tanpa disadari Fariz pun mencintai Evita. Tetapi Fariz tidak ingin tergesa-gesa menyatakan cintanya kepada Evita. Fariz ingin mencari waktu yang tepat untuk menyatakan semuanya. 

Suatu ketika, Evita mengajak Fariz untuk berlibur ke Bali. Tentu saja Fariz sangat senang dan bersedia pergi bersamanya. Dan keesokkan harinya mereka pun berangkat ke Bali dengan menggunakan pesawat. Sesampainya di Bali mereka mencari tempat penginapan dan memesan 2 kamar. Lalu mereka beristirahat. Keesokkan harinya Fariz dan Evita berkeliling kota Bali dengan ditemani seorang pemandu wisata. Sore harinya, mereka menuju sebuah pantai di Bali. Pantainya sangat indah. Suasananya tenang. Mereka berdua pun duduk-duduk santai di tepi pantai sambil menikmati pemandangan yang ada. Saat itulah Fariz merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk menyatakan perasaannya kepada Evita. 

“Evi?”

“Iya. Ada apa Fariz?”

“Bolehkah aku bertanya tentang sesuatu?”

“Tentang apa?”

“Perasaan kamu kepadaku sebenarnya seperti apa sih?”

Evita terkejut dan gugup mendengar pertanyaan Fariz, 

“Aku sayang sama kamu tapi hanya sekedar sayang kepada seorang sahabat saja. Kenapa kamu menanyakan itu?”

“Oh, tidak apa-apa kok. Tapi Aku boleh jujur nggak?”

“Tentu saja boleh.”

“Sebenarnya aku sayang sama kamu. Aku cinta sama kamu.”

“Aku sudah tahu kok! Ha... ha...” kelakar Evita. 

“Tapi aku mencintai kamu lebih dari sekedar mencintai sahabat!” lanjut Fariz dengan tatapan tajam.

Evita terkejut, “Ah...! Kamu nggak usah bercanda deh Fariz. Nggak lucu tau!”

“Aku tidak bercanda. Aku serius!”

“Bukannya kamu sangat mencintai mantan kekasihmu itu. Kenapa sekarang kamu mencintai aku?”

“Karena aku sadar, ada orang yang sangat memperhatikan aku lebih daripada mantanku itu. Dan aku merasa kamu sayang kepadaku lebih dari sekedar sayang kepada seorang sahabat. Betul kan Evi?”

“Hmm. Iya Fariz. Aku memang menyayangimu lebih dari seorang sahabat. Namun aku berusaha untuk memendamnya karena aku tak mau merusak hubungan persahabatan kita.”

“Kenapa kamu bicara seperti itu Evi? Mengapa kamu tidak mengatakan sejujurnya tentang perasaanmu itu dari dulu.”

Karena Evi diam tak menjawab, Fariz sambil memegang erat tangan Evi, berkata pelan, 

“Evi, aku cinta sama kamu. Aku sayang sama kamu. Maukah kamu menjalin hubungan denganku lebih dari sekedar bersahabat?”

Dengan gugup Evita menjawab, 

“Aku mau saja Fariz. Tapi kamu harus janji ya, jika suatu saat nanti kita putus. Kita tetap bersahabat ya? Dan kamu harus janji juga, jangan sampai ada orang ketiga diantara kita. Bisa?”

“Sangat bisa! Aku berjanji. Aku akan berusaha untuk selalu membahagiakan kamu! Aku janji!” seru Fariz dengan gembira. 

“Sekarang kita pacaran nih?” sahut Evita sambil melirik genit ke Fariz.

“Menurut kamu?”

“Ya gitu deh! Ha... ha...”

Kebetulan saat itu Evita membawa gitar. Dan Fariz pun memainkan gitar itu. Merekapun bernyanyi bersama, sambil menikmati redupnya cahaya matahari yang mulai tenggelam di pantai itu,

Inilah aku apa adanya, yang ingin membuatmu bahagia. 

Maafkan bila ku tak sempurna. 

Sesempurna cintaku padamu... 

Ini juga ku apa adanya. yang ingin slalu disampingmu. 

Ku tahu semua tiada yang sempurna. 

Dibawah kolong langit ini... Jalan kita masih panjang. 

Ku ingin kau slalu di sini...

Biar cinta kita tumbuh harum mewangi. 

Dan dunia menjadi saksinya. 

Untuk apa kita membuang-buang waktu. 

Dengan kata-kata perpisahan. 

Demi cinta kita aku akan menjaga. 

Cinta kita yang tlah kita bina. 

Walau hari terus berganti hari lagi... 

Cinta kita abadi selamanya...


Semenjak itu mereka berdua semakin mesra saja. Dan tiba saatnya mereka kembali ke Pekanbaru. Selama di Pekanbaru, hubungan mereka baik-baik saja. Sudah 3 tahun mereka berpacaran. Ada suka-dukanya. Dan yang pasti, sekali dua kali terjadi pertengkaran, dan masalah. Namun mereka dapat mengatasi semuanya. Bahkan sampai saat ini, cinta mereka tetap hangat seperti yang dulu. Kisah cinta mereka bagaikan romantika Romeo dan Juliet. Mereka sangat bahagia dengan hubungan mereka saat ini. Akhirnya Evita menemukan rasa cintanya kembali. Walaupun rasa cinta itu sempat hilang. Namun, kini telah ada pengganti cinta yang hilang itu. Dan penggantinya jauh lebih baik dari yang sebelumnya.

Kini, mantan kekasih Evita, si Bram, ingin kembali kepada Evita dan membujuk Evita untuk memutuskan Fariz. Spontan saja, Evita langsung marah kepada Bram dan pergi begitu saja meninggalkannya. Rasa Penyesalan datang menghantui pikiran Bram. Dia sangat menyesal karena telah menyia-nyiakan orang yang dulu sangat tulus mencintai dia. Begitulah, mengkin inilah karma yang harus dirasakan oleh Bram. 

Akan halnya Fariz dan Evita, mereka akhirnya melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan, dan kedua insan itupun hidup rukun dan bahagia selamanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar