Kamis, 03 November 2022

Jodoh Itu Ia Siap Menerima Kekurangan dan Kelebihanmu



Sudah menjadi kodrat bahwa manusia harus hidup berpasangan. Al Qur’an menyuratkan dengan jelas, bagi para lelaki yang telah mampu disunnahkan untuk mencari pendamping hidupnya, dan demikian juga sebaliknya. Dengan kata lain, apapun alasanya, siapaun dia tak luput membutuhkan teman hidup. Permasalahanya sekarang, ketika pasangan itu telah hadir.

Dalam kehidupan, biasanya kita sering tak dapat menerima kekurangannya. Apakah pasangan kita mempunyai cacat tubuh atau, egois, suka melawan, tak mau bersolek serta segudang kekurangan lain yang membuat kita prihatin. Padahal hati sudah terpaut. Cinta kadang melekat. 

Sebagai manusia normal kita pasti ingin menikah dengan pasangan yang sempurna. Berbagai kelebihan ada padanya. Entah tujuannya untuk apa, yang pasti jika kita mempunyai pasangan yang memiliki kelebihan, maka itu merupakan kebanggaan tersendiri.

Berbagai alasan orang untuk menikah. Ada yang karena harta, cinta, kedudukan, ingin anak, kecantikan dan ibadah karena Allah. Jika alasan menikah ibadah karena Allah, maka akan menerima apapun kondisi pasangan kita. 

Menikah itu menyatukan dua hati dan dua kelurga dan menerima semua kekurangan untuk menjadikan kelebihan. Sebenarnya semua orang tahu, tapi yang jadi masalah ketika setelah menikah semua yang buruk keluar dan tak siap menerima semua kekurangan yang tak terlihat sebelumnya. Akhir yang tak diharapkan pun terjadi sebuah perpisahan.

Pernikahan yang ideal adalah pernikahan dengan kekurangan. Maksudnya menikahi sesorang walaupun telah menemukan kekurangan sebelumnya. Karena setiap kelebihan kita pasti akan menerimanya lalu bagaimana dengan kekurangan itu? Kalau kita mencari yang sempurana takkan pernah ada. 

Hal terpenting pertama yang harus kita perlihatkan kepada calon pasangan kita adalah menunjukkan apa yang menjadi kekurangan kita. Bukan malah dengan begitu bangganya menonjolkan apa yang menjadi kelebihan kita.

Jika hal itu bisa kita lakukan, maka apa yang menjadi kelebihan kita akan menjadi sebuah kado terindah untuk pasangan kita ketika pada suatu saat dia mengetahui dengan sendirinya.

Sesungguhnya cinta yang tulus tak hanya mencari kelebihan dari pasangan. Akan tetapi juga harus siap menerima setiap kekurangan dari pasangan yang kita cintai.

Karena pada hakikatnya membangun rumah tangga adalah sebuah proses dalam menyatukan dua hati untuk saling mengisi dan saling melengkapi demi mengharap ridha Ilahi.

Tapi tetap saja, perasaan tak mau menerima kekurangan pasangan selalu saja membayangi. Timbul rasa was-was, bijakkah memutuskan hubungan hanya karena kekurangan tersebut? Pepatah klasik Yunani mengatakan: 

“Lebih baik belajar mencintai dari pada membenci, karena cinta dapat memberikan segalanya, tanpa cinta segalanya jadi tak berarti apa-apa.”

Kesalahpahaman mengartikan ‘sempurna’ sering terjadi. Banyak yang menyangka, manusia tak ada yang sempurna. Tapi yang benar, manusia sempurna sepanjang ia sadar bahwa dirinya jiwa, bukan jasad. Jiwa kita suci, sedangkan jasad kotor karena dipengaruhi oleh hawa nafsu. 

Segala bentuk kekurangan yang nampak sepertinya menghancurkan derajat kita, tapi kehancuran itu hanya sepanjang fisik bukan hakikat yang sebenarnya. Dan semua kekurangan itu tak pernah menurunkan kesempurnaan yang ada pada diri atau pasangan kita. 

Yakinlah, nilai seseorang tidak dapat dilihat dari bentuk fisik, limpahan materi atau jabatan, tetapi dari kebaikan dan tingkah lakunya, seperti yang tertuang dalam syair Arab: 

“Tidak sedikit jumlah manusia yang mulia karena akhlaknya. Barang siapa bangga karena harta dan keturunan ia hina. Marilah kita bangga karena ilmu dan kesopanan, jangan pandang orang lain karena bajunya, kalau mau tahu, pandanglah akhlaknya.” (Abul Athiyah)

Sadarilah, tak seorang pun memiliki watak positif dalam semua bentuk yang sempurna. Pasti ada kelemahan dan kekurangannya. Inilah fitrah sekaligus seni dan kebenaran yang tak dapat ditolak. Permasalahanya, bukan apa saja kekurangan diri dan pasangan kita, tetapi sejauh mana kita bisa menerima dan mencintai apa adanya sebagaimana Allah swt yang memang telah menentukan demikian.

Sebenarnya jika kita teliti, justru semua kekurangan itu potensi yang harus disyukuri. Maafkan kesalahan dan menerima semua bentuk kekurangan yang disandangnya, sebagaimana Alexander Pope mengukir cintanya yang sejati dalam kata mutiara: 

“To error is human but to forgive devine.”

(Bersalah adalah sifat manusia tetapi mamaafkan adalah sifat Ilahi.)

Yakinilah rasa cinta jauh lebih berharga daripada uang. Wanita yang baik mempunyai keteguhan pria, sedangkan pria yang baik memiliki kelembuatan hati wanita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar