Rabu, 03 Agustus 2022

Tersesat di Makkah Membuat Suami Isteri Semakin Romantis (Fajar - Semarang)



Pengalaman ini dialami oleh Fajar pada saat ibadah haji tahun 2007. Pada waktu itu Fajar sudah terbiasa jalan kaki setelah sekitar satu minggu berada di Makkah. Fajar biasa jalan kaki dari maktab tempat menginap ke Masjidil Haram, dan jarak dari maktab ke Masjidil Haram sekitar 1,5 km. Sebetulnya ada semacam angkutan umum yang bisa lewat di depan maktab yang menuju ke Masjidil Haram, tetapi Fajar lebih sering dan lebih senang berjalan kaki sekalian olah raga. Apalagi Fajar biasa berangkat dari maktab sekitar jam 2 pagi. Pada jam tersebut lalu lintas belum padat serta belum terlalu banyak orang yang keluar sehingga terasa segar dan nyaman berjalan kaki dari maktab ke Masjidil Haram. 

Sesampainya di Masjidil Haram, Fajar shalat tahajud kemudian melakukan thawaf 7 putaran mengelilingi Ka’bah dan sambil menunggu datangnya waktu Subuh biasanya Fajar tadarusan dengan diselingi memandangi Ka’bah dan mengagumi serta tak bosan-bosan untuk terus melihat kiblatnya kaum muslimin se-dunia itu.

Pada waktu itu, Fajar telah menyelesaikan ibadah umroh dengan semua ritualnya. Ritual tersebut mulai dari saat miqat di Tan’im yaitu di masjid Aisyah, kemudian menuju Masjidil Haram untuk melasanakan thawaf umroh dan dilanjutkan dengan sa’i antara bukit Shofa ke Marwah yang berada di dalam komplek Masjidil Haram juga. Setelah semua ritual umroh dilaksanakan, Fajar beserta istri dengan badan yang sedikit lelah berniat pulang ke maktab. 

Saat itu sore hari sekitar jam 4. Karena merasa sudah ‘mengenal’ rute dari Masjidil Haram-maktab pulang pergi, termasuk angkutannya, Fajar beserta isterinya dengan percaya diri menghampiri angkutan yang sudah siap untuk berangkat. Ketika angkutan itu berangkat, karena sudah lelah, Fajar tidak sempat memperhatikan keadaan di luar. Setelah sekitar 15 menit di dalam angkutan, Fajar memperhatikan penumpang di sekitarnya dan ternyata tidak ada orang Indonesia. Padahal biasanya pasti selalu ada orang Indonesia, karena maktabnya biasanya satu zona, dan ketika Fajar melihat keluar, dan Fajar merasa asing dengan daerah tersebut. Saat itulah Fajar sadar bahwa dia dan isterinya salah naik angkutan.

Segera Fajar menghentikan angkutan dan turun dari angkutan itu. Fajar pun berniat untuk kembali ke Masjidil Haram dengan angkutan arah sebaliknya. Tetapi setelah menunggu di pinggir jalan, ternyata saat itu tidak ada angkutan yang menuju ke Masjidil Haram, mungkin karena waktu Ashar baru selesai, biasanya angkutan-angkutan itu beroperasi menjelang waktu shalat.

Dan ternyata di sekitar tempat Fajar menunggu angkutan itu bukan maktabnya orang Indonesia, yang Fajar lihat malah kebanyakan orang-orang hitam dari Afrika, sehingga Fajar kesulitan untuk bertanya. Akhirnya karena tidak ada yang bisa ditanya, Fajar dan istri pun berjalan kaki dan mengandalkan perkiraan untuk ke Masjidil Haram. Dan setelah berjalan cukup jauh dan lumayan lama, terlihat banyak jamaah yang berjalan searah dan ia yakin itulah arah ke Masjidil Haram karena saat itu sudah menjelang waktu Maghrib dan mereka akan menjalankan shalat Maghrib di Masjidil Haram.

Alhamdulillah, menjelang waktu Maghrib akhirnya sampai juga ke depan Masjidil Haram, berarti Fajar tersesat dan berjalan kaki hampir satu setengah jam.

Hikmah dari tersesatnya mereka ini, Fajar dan isteri bisa mengenal tempat lain di Makkah selain maktab tempat mereka tinggal. Dan juga pasangan suami istri ini merasa lebih romantis karena berjalan berdua sambil bergandengan tangan dan masih berpakaian ihram.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar