Selasa, 14 Juni 2022

IUI (Intra Uterina Insemination)



Intra Uterina Insemination merupakan proses bantuan reproduksi di mana sperma disuntikkan dengan suatu kateter ke dalam vagina atau rahim pada saat calon ibu mengalami ovulasi. Dengan metode ini, dalam waktu dua minggu keberadaan janin sudah dapat diketahui dengan tes kehamilan.

Untuk meningkatkan peluang keberhasilan, calon ibu yang akan menjalani inseminasi buatan dirangsang kesuburannya dengan hormon dan obat-obat penyubur lainnya.  Pemberian hormon ini dilakukan pada awal siklus haid agar pada saat ovulasi indung telur menghasilkan beberapa telur yang matang.

Biasanya dokter menganjurkan metode IUI apabila terdapat gangguan reproduksi yang meliputi :


  • Sel-sel sperma tidak dapat masuk ke dalam vagina karena adanya kerusakan anatomi pada penis atau vagina, disfungsi seksual pada pria maupun wanita, dan ejakulasi retrograd (tertahan)
  • Hasil uji pasca senggama yang buruk, yaitu kemampuan sel-sel sperma untuk hidup dan berenang di dalam cairan rahim wanita kurang baik.
  • Gangguan faktor lendir dan leher rahim, dengan inseminasi sperma dikirim langsung ke rahim tanpa menyentuh vagina
  • Berkurangnya jumlah, bentuk, dan gerakan sel-sel sperma tingkat sedang. Dengan inseminasi, akan memotong perjalanan sel sperma melewati organ reproduksi wanita. Namun keberhasilan inseminasi masih sangat ditentukan oleh jumlah sperma di atas 20 jt/cc
  • Gangguan hormon seperti gangguan fase luteal atau sindrom LUF dan setelah dicoba dengan pengobatan selama beberapa bulan tapi tidak berhasil
  • Endometriosis minimal
  • Infertilitas yang belum diketahui sebabnya.


Selain itu, ada persyaratan khusus bagi pasangan suami istri yang akan melakukan IUI, yaitu :

  • Merupakan pasangan suami istri yang sah dan usia istri tidak lebih dari 45 th
  • Tidak ada kontraindikasi untuk hamil
  • Reproduksi istri dapat merespon terhadap obat pemicu ovulasi
  • Kedua saluran telur normal/ tidak ada sumbatan
  • Bebas dari infeksi TORCH, hepatitis, sifilis, dan HIV/AIDS

Sebelum melakukan IUI, pasangan suami istri harus melakukan pemeriksaan awal. 

Pemeriksaan awal bagi istri

Sebelum dilakukan pemeriksaan awal, diperlukan juga data diri, riwayat kehamilan, dan siklus haid enam bulan terakhir. Kemudian baru dilakukan pemeriksaan awal yang meliputi :

  1. Pemeriksaan ginekologis, untuk mengetahui ada/tidak nya infeksi
  2. Pemeriksaan USG transvaginal
  3. Pemeriksaan HSG, untuk melihat keadaan saluran telur (apakah ada sumbatan atau tidak) dan rahim
  4. Pemeriksaan hormonal, untuk melihat FSH, LH, PS, dan E2. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada wanita dengan siklus haid tidak teratur, amenorea, dan kurangnya respon terhadap obat pemicu ovulasi
  5. Trial sounding (sondase rahim), untuk mengetahui arah panjang leher dan rongga rahim


Pemeriksaan awal bagi suami

Beberapa pemeriksaan awal bagi suami meliputi:

  • Analisa sperma, untuk melihat apakah dimungkinkan untuk dilakukan inseminasi, termasuk pemeriksaan antibody sperma. Pada hari perkiraan inseminasi, suami harus menahan ejakulasi setidaknya 2-3 hari untuk mendapatkan jumlah dan kualitas yang baik pada sperma.
  • Pencucian cairan sperma, yang dilakukan minimal dua jam sebelum inseminasi. Pencucian ini dilakukan untuk menghitung konsentrasi, mobilitas, dan morfologi sel sperma. Melalui pencucian ini, jumlah dan kualitas sperma akan sedikit meningkat.


Prosedur pelaksanaan IUI, meliputi:

  • Pemberian obat kepada istri untuk memacu ovulasi
  • Pasangan suami istri normal hanya diberi klomifen sitrat mulai hari ke 3-5 menstruasi selama 5 hari
  • Pasangan suami istri dengan masalah seperti anovulasi atau gangguan hormon diberi HMG atau FSH untuk memicu perkembangan sel telur. Dosis ini umumnya diberikan pada hari ke 5-9
  • Pemeriksaan USG vaginal untuk melihat perkembangan folikel
  • Setelah dilihat dan sel telur ukurannya sudah mencapai minimal 18 mm, maka akan diberikan suntikan HCG untuk memecah sel telur. Ovulasi terjadi 36-42 jam setelah suntik HCG
  • Pemasukan sel-sel sperma yang telah dicuci ke rongga rahim yang dilakukan 36 jam setelah suntik HCG
  • Kehamilan bisa dilihat dari tidak terjadinya haid pada siklus selanjutnya.


Teknik Pelaksanaan IUI, meliputi :

  1. Pasien berbaring telentang di meja periksa khusus yang biasa dipakai untuk periksa dalam atau ibu hamil. Pasien tidur dengan posisi pinggang lebih tinggi dari badan dan kepala. Kaki dalam posisi terbuka dan tegantung pada penyangga kiri dan kanan,
  2. Dokter memasukkan speculum, yaitu alat untuk memeriksa bagian dalam yang terbuat dari logam/plastik ke dalam vagina sampai tampak mulut rahim,
  3. Sperma dimasukkan melalui kateter, lalu ujung kateter dimasukkan melalui mulut rahim, saluran leher rahim, sampai ke rongga rahim secara hati-hati untuk menghindari cedera lapisan rongga rahim,
  4. Setelah ujung kateter berada di rongga rahim paling luas, sperma disemprotkan dari dalam kateter. Lalu kateter yang telah kosong ditarik kembali,
  5. Pasien tetap berbaring dengan posisi sama selama kurang lebih satu jam, lalu pasien diperbolehkan pulang. Sesampainya dirumah, dianjurkan untuk bed rest. 


Metode IUI mempunyai tingkat keberhasilan hanya sekitar 10%. Apabila terjadi kegagalan, sebaiknya dilakukan pengulangan dengan metode yang sama tetapi tidak lebih dari tiga kali. Hal ini dikarenakan akan tetap memberikan kegagalan pada pelaksanaan selanjutnya. Oleh karena itu disarankan untuk melakukan program lain seperti bayi tabung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar