Senin, 11 April 2022

Peristiwa Keluarnya Nabi Musa As dari Mesir


Sejak ia dikembalikan ke istana oleh ibunya setelah disusui, Musa hidup sebagai salah seorang dari keluarga kerajaan hingga mencapai usia dewasanya, dimana ia mendapatkan asuhan dan pendidikan sesuai dengan tradisi istana. Allah mengaruniakannya hikmah dan pengetahuan sebagai persiapan tugas kenabian dan risalah yang diwahyukan kepadanya. Di samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikaruniai oleh Allah kesempurnaan tubuh dan kekuatan jasmani.

Musa mengetahui dan sadar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah Firaun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani Israil yang ditindas dan diperlakukan sewenang-wenang oleh kaum Firaun. Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan menjadi pembela kepada kamunya yang tertindas dan menjadi pelindung bagi golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para penguasa. 

Suatu hari ia melihat dua orang berkelahi seorang dari golongan Bani Israil bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum Firaun bernama Fatun. Musa yang mendengar teriakan Samiri mengharapkan akan pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih kuat dan lebih besar itu, ia segera melontarkan pukulan kepada Fatun yang seketika itu juga jatuh dan menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Musa terkejut melihat Fatun, orang Firaun itu mati karena pukulannya yang tidak disengaja dan tidak berniat membunuhnya. Ia merasa berdosa dan beristighfar kepada Allah memohon ampun atas perbuatannya yang tidak sengaja, telah membunuh salah seorang dari hamba-hamba-Nya.

Peristiwa matinya Fatun menjadi pembicaraan ramai dan menarik perhatian para penguasa kerajaan yang menduga bahwa pasti orang-orang Israillah yang melakukan pembunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang berat, bila ia tertangkap.

Anggota dan pasukan keamanan negara disebar ke seluruh pelosok kota mencari jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri dan Musa saja. Alangkah malangnya nasib Musa yang sudah cukup berhati-hati menghindari kemungkinan terbongkarnya rahasia pembunuhan yang ia lakukan tatkala ia terjebak lagi tanpa disengaja dalam suatu perbuatan yang menyebabkan namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi dengan Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan berkelahi untuk kali keduanya dengan salah seorang dari kaum Firaun. Melihat Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa menghampiri mereka yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri: “Sesungguhnya engkau adalah seorang yang telah sesat.”

Samiri menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu berteriaklah Samiri berkata: “Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana engkau telah membunuh seorang kemarin? Rupanya engkau hendak menjadi seorang yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang mengadilkan kedamaian.”

Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Firaun, yang dengan cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang mencari jejaknya. Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Firaun.

Selagi orang-orang Firaun mengatur rancangan penangkapan Musa, seorang lelaki salah satu dari sahabatnya datang dari ujung kota memberitahukan kepadanya dan menasihati agar segera meninggalkan Mesir, karena para penguasa Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya apabila ia ditangkap. Lalu keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan Mesir, sebelum pasukan kerajaan sempat menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya. Akhirnya pergilah Musa keluar dari Mesir menuju Madyan. Dan disana jugalah ia bertemu Shafura putri dari Nabi Syua’aib AS dan dinikahkan dengannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar