Minggu, 13 Maret 2022

Hipertensi/Darah Tinggi Pada Masa Kehamilan



Hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu penyakit dimana tekanan darah dalam tubuh meningkat dalam waktu yang lama. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Hal ini tentu saja sangat berbahaya sekali karena hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat menghancurkan pembuluh darah, memicu stroke, memicu penyakit jantng dan penyakit-penyakit yang mengerikan lainya.

Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 100–140 mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya di atas 140/90 mmHG (berarti 140 mmHg tekanan sistolik dan 90 mmHg tekanan diastolik)

Hipertensi terbagi menjadi hipertensi primer (esensial) atau hipertensi sekunder. Sekitar 90–95% kasus tergolong “hipertensi primer”, yang berarti tekanan darah tinggi tanpa penyebab medis yang jelas. Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin menyebabkan 5-10% kasus lainnya (hipertensi sekunder).

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk stroke, infark miokard (serangan jantung), gagal jantung, aneurisma arteri (misalnya aneurisma aorta), penyakit arteri perifer, dan penyebab penyakit ginjal kronik. Bahkan peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait dengan harapan hidup yang lebih pendek. Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat memperbaiki kontrol tekanan darah dan mengurangi resiko terkait komplikasi kesehatan. Meskipun demikian, obat seringkali diperlukan pada sebagian orang bila perubahan gaya hidup saja terbukti tidak efektif atau tidak cukup.

Hipertensi pada Kehamilan

Bila Anda memiliki tekanan darah tinggi dan terjadi kehamilan, maka perlu penanganan yang khusus. Tekanan darah tinggi dapat menurunkan aliran darah ke plasenta, yang akan mempengaruhi persediaan oksigen dan nutrisi dari bayi. 

Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan bayi dan meningkatkan resiko saat melahirkan. Tekanan darah tinggi juga meningkatkan resiko kerusakan tiba-tiba dari plasenta, dimana plasenta akan terpisah dari uterus sebelum waktunya. Komplikasi yang mengancam jiwa karena tekanan darah tinggi juga dapat terjadi tetapi jarang. 

Sebanyak 5% dari wanita memiliki tekanan darah tinggi sebelum kehamilan. Hal ini disebut sebagai essential hypertension. Tipe ini tidak berbeda dengan tekanan darah tinggi yang biasanya diderita oleh orang yang kelebihan berat badan dan malas bergerak. Beberapa wanita tidak didiagnosa memiliki tekanan darah tinggi hingga mereka mulai mengandung. 5%-8% dari wanita lainnya mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan. Hal ini disebut sebagai gestational hypertension. 

Meskipun biasanya hilang setelah kelahiran, gestational hypertension dapat meningkatkan resiko terjadinya tekanan darah tinggi kronis di masa yang akan datang. Kadang hipertensi kronis atau gestational hypertension memicu pada preeklampsia, yaitu suatu kondisi serius yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan protein dalam urin.

Hipertensi pada kehamilan merupakan salah satu penyebab utama peningkatan angka kematian, baik itu untuk ibu maupun untuk janin yang dikandung. Hal ini tidak hanya terjadi pada negara yang sedang berkembang saja, tetapi juga bagi negara maju. Perempuan hamil dengan hipertensi mempunyai resiko tinggi untuk komplikasi yang berat seperti penyakit jantung, penyakit pembuluh darah otak, ataupun gagal organ hingga kematian. Terhadap janin, hipertensi mengakibatkan resiko perkembangan janin dalam rahim yang terhambat, kelahiran sebelum waktunya, dan kematian janin dalam rahim.

Ada 4 jenis hipertensi yang umumnya terjadi pada saat kehamilan, yaitu :

  1. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan kehamilan (selain tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya).
  2. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin.
  3. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.
  4. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang menimpa ibu hamil atau Pregnancy-induced hypertension (PIH) adalah suatu bentuk tekanan darah tinggi selama kehamilan yang lebih sering terjadi pada wanita muda dengan kehamilan pertama, kehamilan kembar, atau pada seorang wanita yang menderita masalah kesehatan lainnya seperti diabetes, hipertensi kronis, dan lainnya. Hipertensi pada kehamilan banyak terjadi pada usia ibu hamil di bawah 20 tahun atau di atas 40 tahun.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang menimpa ibu hamil terjadi pada sekitar 8-10% kehamilan. Kebanyakan wanita hamil yang mengalami hipertensi memiliki kondisi hipertensi primer yang sudah ada sebelumnya. Tekanan darah tinggi dalam kehamilan dapat merupakan tanda awal dari pre-eklampsia, suatu kondisi serius yang muncul setelah melewati pertengahan masa kehamilan, dan dalam beberapa minggu setelah melahirkan. 

Diagnosa preeklampsia termasuk peningkatan tekanan darah dan adanya protein di dalam urin. Preeklampsia muncul pada sekitar 5% kehamilan dan bertanggung jawab atas sekitar 16% dari semua kematian ibu secara global. 

Pre-eklampsia juga menyebabkan risiko kematian bayi meningkat hingga dua kali lipat. Terkadang preeklampsia bisa berkembang menjadi kondisi yang mengancam nyawa yang disebut eklampsia. Eklampsia adalah suatu hipertensi emergensi dan menyebabkan beberapa komplikasi berat. 

Dalam kondisi ekstrim, seorang wanita hamil dapat menderita eklampsia (bentuk yang parah akibat kehamilan hipertensi) yang terjadi di akhir kehamilan dan dapat menyebabkan hilangnya penglihatan, pembengkakan otak, kejang tonik-klonik atau konvulsi, gagal ginjal, edema paru, dan koagulasi intravaskular diseminata (gangguan pembekuan darah). 

Hipertensi dan Pre Eklamsia-Eklamsia (PE-E), sebenarnya saling berkaitan. Penyakit hipertensi pada umumnya sering menyerang orang yang sudah berusia di atas 30 tahun dan yang memiliki pola makan serta pola hidup tidak sehat. Hipertensi adalah naiknya tekanan darah pembuluh balik, yang disebabkan gangguan hormon ataupun kerusakan pada pembuluh darah jantung.

Hipertensi akan lebih berbahaya, apabila menyerang ibu hamil, terutama apabila memiliki kehamilan pertama di atas usia 30 tahun. Hipertensi pada ibu hamil sering dikenal dengan Pre-Eklamsia–Eklamsia (PE-E) yang merupakan keracunan dalam kehamilan. Pre-Eklamsia-Eklamsia (PE-E) telah menjadi salah satu penyebab utama kematian ibu di negara-negara berkembang, seperti Indonesia.

Pre-eklampsia

Jenis hipertensi pada kehamilan yang paling berbahaya adalah pre-eklampsia atau disebut juga keracunan kehamilan. Pre-eklampsia ialah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, biasanya istilah lainnya disebut juga keracunan kehamilan.

Pre-eklampsia merupakan suatu kondisi medis dimana timbul hipertensi dalam kehamilan. Beberapa wanita mengalami tekanan darah tinggi tanpa proteinuria (protein dalam urin), ini disebut Pregnancy-induced hypertension (PIH) atau hipertensi gestasional. Kedua pre-eklampsia dan PIH dianggap sebagai kondisi yang sangat serius dan memerlukan pemantauan yang cermat dari ibu dan janin. 

Pre-eklamsia atau keracunan kehamilan yang disebabkan terjadinya hipertensi pada ibu hamil, merupakan salah satu jenis penyakit yang perlu diwaspadai. Keadaan ini bisa membahayakan ibu hamil, karena pada beberapa kasus pre-eklamsia dengan komplikasi merupakan penyebab utama kematian pada ibu hamil. Tidak mengherankan apabila ibu hamil yang terdeteksi mengidap hipertensi dan pre-eklamsia, tindakan bedah caesar merupakan hal utama dalam proses kelahiran.

Pre-eklampsia terjadi pada sebanyak 10% dari kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga, dan setelah minggu ke-32. Beberapa wanita akan mengalami pre-eklampsia dini pada usia kehamilan 20 minggu, meskipun hal ini jarang terjadi. Hal ini jauh lebih umum pada wanita yang hamil untuk pertama kalinya, dan frekuensi turun secara signifikan pada kehamilan kedua. Sementara perubahan pada kehamilan berikutnya sekarang diduga menurunkan risiko, kecuali pada mereka dengan riwayat keluarga hipertensi kehamilan, karena peningkatan usia ibu meningkatkan risiko telah sulit untuk mengevaluasi bagaimana perubahan signifikan sebenarnya dan penelitian menyediakan data yang bertentangan tentang titik ini. 

Pre-eklampsia juga lebih umum pada wanita yang sebelumnya telah ada hipertensi, diabetes, penyakit autoimun seperti lupus, thrombophilias, penyakit ginjal, wanita dengan riwayat keluarga pre-eklampsia, wanita gemuk, dan pada wanita dengan kehamilan multipel (kembar, kembar tiga, dan banyak lagi). Risiko paling signifikan tunggal untuk mengalami pre-eklampsia adalah telah memiliki pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya. Ada 3 jenis pre-eklamsia, yaitu :

  1. Pre-eklampsia ringan dengan tekanan darah mencapai 140/90 mmHg. Salah satu cirinya yaitu terdapat bagian tubuh ibu hamil yang bengkak. Bed rest merupakan solusi tepat untuk pre-eklamsia ringan ini.
  2. Pre-eklampsia berat, dimana tekanan darah mencapai 160/110 mmHg. Pada kondisi tersebut, ibu hamil sebaiknya menjalani rawat inap untuk mencegah timbulnya komplikasi.
  3. Pre-eklampsia-eklampsia atau kejang pada kehamilan atau keracunan kehamilan. Pada taraf ini resiko ibu hamil meninggal pasca kelahiran sangat besar, sehingga operasi cesar mutlak diperlukan untuk menyelamatkan janin, ibu atau keduanya.

Eklampsia

Pre-eklampsia dapat berkembang menjadi eklampsia. Kata eklampsia diambil dari kata Yunani yang berarti “seperti kilatan petir”. Kondisi ini sepertinya muncul begitu saja disertai kejang dan akhirnya menyebabkan koma. Eklampsia adalah kondisi yang mengancam jiwa baik untuk ibu maupun anak dan biasanya umum terjadi. Untungnya hal ini sekarang semakin jarang terjadi karena dokter bisa mendiagnosa kondisinya pada fase terdini.

Penyebab

Ada dua hal penyebab hipertensi, yaitu hipertensi essensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer disebabkan oleh faktor lain misalnya dikarenakan pola hidup yang tidak sehat; mengalami stress, mengkonsumsi garam yang berlebih, merokok, kebiasaan minuman beralkohol dan kafein, pola makan yang tidak sehat yang mengakibatkan timbunan lemak dan kelebihan berat badan dan adanya faktor keturunan. 

Sedangkan hipertensi yang disebabkan oleh adanya gangguan ginjal atau jantung disebut dengan hipertensi sekunder.

Hipertensi Primer

Hipertensi primer (esensial) adalah jenis hipertensi yang paling umum, meliputi sebanyak 90–95% dari seluruh kasus hipertensi. Dalam hampir semua masyarakat kontemporer, tekanan darah meningkat seiring penuaan dan risiko untuk menjadi hipertensi di kemudian hari cukup tinggi. Hipertensi diakibatkan oleh interaksi gen yang kompleks dan faktor lingkungan. 

Berbagai gen yang sering ditemukan sedikit berpengaruh pada tekanan darah, sudah diidentifikasi, demikian juga beberapa gen yang jarang berpengaruh besar pada tekanan darah tetapi dasar genetik dari hipertensi masih belum sepenuhnya dimengerti. Beberapa faktor lingkungan mempengaruhi tekanan darah. Faktor gaya hidup yang menurunkan tekanan darah di antaranya mengurangi asupan garam dalam makanan, meningkatkan konsumsi buah-buahan dan produk rendah lemak (Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi (diet DASH)). Olahraga, penurunan berat badan dan menurunkan asupan alkohol juga membantu menurunkan tekanan darah. 

Kemungkinan peranan faktor lain seperti stress, konsumsi kafein, dan defisiensi vitamin D kurang begitu jelas. Resistensi insulin, yang umum ditemukan pada obesitas dan merupakan komponen dari sindrom X (atau sindrom metabolik), juga diduga ikut berperan dalam mengakibatkan hipertensi. Studi terbaru juga memasukkan kejadian-kejadian pada awal kehidupan (contohnya, berat lahir rendah, ibu merokok, dan kurangnya air susu ibu) sebagai faktor risiko bagi hipertensi esensial dewasa. Namun, mekanisme yang menghubungkan paparan ini dengan hipertensi dewasa tetap tidak jelas. 

Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi endokrin, seperti sindrom Cushing, hipertiroidisme, hipotiroidisme, akromegali, sindrom Conn atau hiperaldosteronisme, hiperparatiroidisme, dan feokromositoma. Penyebab lain dari hipertensi sekunder di antaranya obesitas, henti nafas saat tidur, kehamilan, koarktasio aorta, konsumsi akar manis (licorice) yang berlebihan, serta obat resep, obat herbal, dan obat-obat terlarang. 

Gejala

1. Pre-eklampsia

Pre-eklampsia biasanya tidak memiliki gejala apapun, tetapi bidan atau dokter mungkin dapat mencurigai keberadaannya jika ada peningkatan tekanan darah yang signifikan, dan adanya protein pada urin. Kedua gejala ini dapat diketahui pada pemeriksaan antenatal. Karena itu, pengukuran tekanan darah sangat penting dilakukan pada tiap kunjungan. Gejala lain yang biasa ditimbulkan adalah munculnya edema (pembengkakan) pada pergelangan kaki dan tangan. 

Pre-eklampsia tidak terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu, tetapi tekanan darah Anda mungkin akan mulai melonjak sedikit demi sedikit setelahnya. Masalah tersebut akan berakhir dengan sendirinya saat bayi dan plasenta dilahirkan.

2. Eklampsia

Eklampsia biasanya ditandai dengan pembuluh darah di dalam rahim mengalami kejang, memutus aliran darah ke bayi sehingga kadar oksigen di darahnya sangat rendah dan membahayakan. Selain itu, oksigen di otak ibu juga berkurang sehingga sensitivitas otak meningkat dan mengakibatkan kejang. Jaringan dipenuhi air karena retensi cairan, dan pendarahan bisa terjadi pada berbagai jaringan seperti hati. 

Gejala lain dari eklampsia adalah rasa pusing, sakit kepala, dan kaburnya pandangan, disertai meningkatnya tekanan darah, adanya protein pada urin, dan edema (pembengkakan).

Pengobatan

Pola hidup sehat akan meningkatkan potensi ibu untuk terhindar dari hipertensi pada kehamilan. Jauhi minuman yang beralkohol, jangan biasakan Anda merokok, hindari stress, pola makan yang sehat (konsumsi protein tinggi, hindari konsumsi berlebih makanan yang mengandung hidrat arang dan garam berlebih) dan berolahragalah. Selain itu ibu bisa mengkonsumsi beberapa makanan yang dapat membantu menurunkan tekanan darah seperti coklat, buah jeruk, buah pisang dan ikan. Lakukan kontrol rutin terhadap kehamilan ibu dan ikuti petunjuk yang disarankan oleh dokter

Pola makan sehat, ataupun mungkin mempunyai program hamil vegetarian, mungkin lebih cocok bagi ibu hamil, yang memiliki kehamilan pertama di atas usia 30 tahun, mengurangi rasa cemas berlebihan, serta sering melakukan yoga atau pilates, dipercaya dapat menurunkan resiko Pre-Eklamsia dan Eklamsia. 

Penanganan hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penanganan terhadap tekanan darah tinggi ibu itu sendiri, dan penanganan terhadap janin yang akan dilahirkan. Penanganan tekanan darah tinggi ibu dapat dengan obat-obatan penurun tekanan darah untuk tekanan darah tinggi yang berat, ataupun hanya dengan perubahan posisi waktu istirahat, disertai diet vitamin, antioksidan bila tekanan darahnya belum terlalu tinggi. 

Untuk janin, perlu dipantau pertumbuhan janin misal dengan alat USG, dan dilakukan penilaian ancaman kegawatan janin misal dengan melihat gerakan janin, denyut jantung janin, volume air ketuban, gerakan pernapasan janin. Apabila dinilai, janin sudah cukup kuat untuk dapat hidup di luar, maka dilakukan pengakhiran kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan dapat dengan obat-obatan, maupun operasi caesar.

Yang terpenting lakukanlah pemeriksaan selama kehamilan secara teratur, dan konsultasikanlah apabila ada sesuatu masalah yang terjadi dalam kehamilan seperti contohnya hipertensi dalam kehamilan ibu.

Untuk pencegahan utama bagi hipertensi dapat dilakukan sebagai berikut :

  1. Menjaga berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 20–25 kg/m2).
  2. Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium sampai <100 mmol/ hari (<6 g natrium klorida atau <2,4 g natrium per hari).
  3. Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat (≥30 menit per hari, pada hampir setiap hari dalam seminggu).
  4. Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-laki dan tidak lebih dari 2 unit/hari pada perempuan.
  5. Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya, sedikitnya lima porsi per hari).

Perubahan gaya hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan darah setara dengan masing-masing obat antihipertensi. Kombinasi dari dua atau lebih perubahan gaya hidup dapat memberikan hasil lebih baik.

1. Pre-eklampsia

Pre-eklampsia dapat dicegah dengan beberapa tindakan sebagai berikut :

  • Diusahakan kehamilan pertama antara usia 20-35 tahun, hindari kehamilan pertama pada usia di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun.
  • Konsumsi kalsium dan antioksidan selama kehamilan. Kalsium dan antioksidan bisa didapatkan pada konsumsi susu sampai ikan laut.
  • Apabila terlanjur terjangkit pre-eklamsia, segera ke dokter untuk mendapatkan obat hipertensi yang tepat.

Apabila Anda mengalami pre-eklampsia di saat hamil, maka Anda akan dirawat di rumah sakit. Hal ini dilakukan agar pengaturan kelahiran bayi bisa dilakukan sebelum terjadi komplikasi serius. 

Tekanan darah, fungsi ginjal dan hati, serta pembekuan darah akan dimonitor dengan ketat karena mungkin saja terpengaruh oleh kondisi ini. 

2. Eklampsia

Pada kasus yang sangat jarang, pre-eklampsia bisa berkembang menjadi eklampsia. Ini adalah salah satu komplikasi paling berbahaya dari kehamilan dan dapat menyebabkan koma dan kejang. 

Apabila eklampsia telah terjadi, dokter akan mencoba meningkatkan aliran darah ke otak ibu, menenangkan otak, dan mengurangi tekanan darah yang tinggi. Bayi biasanya akan dilahirkan melalui operasi caesar. Begitu melahirkan, kondisi mulai mereda meski ibu berisiko mengalami kejang hingga lima hari setelah kelahiran.

Jika Terjadi Tekanan Darah Tinggi, Lalu Bagaimana Saat Melahirkan?

Ketika terjadi tekanan darah tinggi ketika hamil dan mau melahirkan, kemungkinan Dokter akan merekomendasikan untuk induksi kelahiran beberapa minggu sebelum waktu melahirkan agar terhindar dari komplikasi, atau bila menderita pre-eklampsia atau komplikasi lainnya. 

Bila Anda mengalami pre-eklampsia yang parah, maka Anda akan diberikan pengobatan selama melahirkan untuk mencegah kejang. Pada beberapa kasus, Anda mungkin akan diberikan injeksi steroid poten untuk memastikan bahwa paru-paru bayi terbentuk sempurna sebelum lahir.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar