Rabu, 16 Maret 2022

Bebas dari Riba dengan Sedekah



Berawal dari renungan kakak beradik sebagai pengusaha yang tidak mampu membeli baju dan celana. Mereka telah terlilit utang bank untuk mengembangkan usahanya. 

Katanya, “Kenapa usaha kita seperti ini terus? Uang kita habis untuk membayar tenaga dan THR sementara kita tidak mampu membeli celana dan baju.”

Renungan itu membuahkan sebuah keputusan, yaitu ‘mencari orang yang paling sengsara yang bisa ia temui’. Hampir setiap malam mereka berdua berdo’a kepada Allah agar dipertemukan dengan orang yang paling sengsara yang ia bisa temui. Tak lain tujuannya untuk memberi sedekah.

Esoknya salah satu dari keduanya pergi ke toko untuk membeli celana dengan membawa uang Rp 300.000. Qodarallah adzan Dzuhur berkumandang di mesjid Al Karim Pabelan. Maka ia masuk mesjid untuk shalat berjama’ah. Tidak biasanya ia menyelesaikan dzikirnya di luar ruangan. Maka pada waktu itu ia berdzikir di serambi mesjid hingga selesai. Kemudian ia mendapati seseorang yang duduk agak dekat dengannya dan menurut pandangannya orang itu sedang terkena musibah.

Maka ia bertanya kepada orang asing tersebut, “Mas kok nampaknya sedang terkena sesuatu yang tidak mengenakkan?”

Jawabnya, “Iya. Saya selama ini pulang ke Jawa Timur berjalan kaki dari Cirebon karena dompet dan seluruh isinya dicopet orang. Padahal itu bekal untuk pergi mencari kerja di Jakarta.”

“Sudah berapa lama berjalan kaki?”

“Sudah dua minggu ini sampai sini.”

“Lha terus makannya?”

“Selama ini saya mencari di tempat pembuangan sampah.”

“Baik kalau gitu, Mas ikut saya makan siang.”

Setelah makan siang orang itu diajak melihat pabrik kue yang selama ini jalannya kembang kempis.

“Mas ini ada uang 300 ribu pakailah untuk perjalanan pulang ke Jawa Timur.” Pikirnya inilah orang kesusahan yang ia cari selama ini.

“Mas, Njenengan (Anda) sudah saya kasih uang untuk pulang sekarang giliran saya minta bantuan Njenengan.”

“Apa itu yang bisa saya bantu?”

“Sebenarnya saya sedang ada masalah dengan utang, saya terlilit utang sampai 40 juta. Njenengan sudah tahu keadaan pabrik saya maka saya minta Njenengan doakan agar saya bisa melunasi utang saya itu saja.”

“Ya, Inshaa Allah.”

Kemudian orang asing itu diantar sampai terminal dan pulanglah ia menuju Jawa Timur. Setelah shalat Ashar kakaknya menelpon dan mengatakan kepadanya bahwa utang 40 juta telah lunas dan ia sekarang kebanjiran permintaan. Stelah kejadian itu ia berjanji tidak akan lagi meminjam ke bank.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar