Kamis, 10 Februari 2022

Diet Untuk Penderita Sakit Jantung



Diet pada penderita penyakit jantung adalah pengaturan pola makan khusus terhadap penderita penyakit jantung baik kuantitas maupun jenis makanan.


Diet jantung (diet pada penderita penyakit jantung terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Diet disipidemia tahap I, mengandung kolesterol dan lemak jenuh tinggi.
2. Diet pisipidemia tahap II, mengandung kolesterol dan lemak jenuh lebih rendah.

Dengan catatan apabila penderita ternyata sudah sesuai dengan diet tahap I, maka langsung diberikan diet tahap II dan bila tidak maka diet dimulai lagi dari tahap I.

Tujuan diet jantung:

1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan pekerjaan jantung.
2. Menurunkan berat badan penderita bila si penderita mengalami obesitas.
3. Mencegah dan menghilangkan penimbunan garam dan air.
4. Menurunkan kadar kolesterol dibawah 130 mg/dl dan kadar kolesterol total sebesar 200 mg/dl.

Dalam permulaan pelaksanaan diet jantung ada beberapa tatalaksana serta syarat yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Gizi seimbang

Diet terapeutik apapun harus memadai dalam keseimbangan zat-zat gizi/diet seimbang sesuai dengan nilai kecukupan yang dianjurkan. Pada pelaksanaannya harus terdiri dari bermacam-macam makanan dari semua kelompok makanan dengan mengacu pada slogan “4 sehat 5 sempurna.”

2. Lemak total

Lemak total pada diet sebaiknya < 30% kalori total. Pengurangan lemak total mempermudah pengurangan lemak jenuh dan mungkin membantu penurunan berat badan pada pasien dengan obesitas. Asupan lemak total saat ini di Amerika Serikat rata-rata adalah 36-37% dari seluruh kalori, sedangkan di Indonesia rata-rata hanya 18% dari seluruh kalori. Pada masyarakat ekonomi golongan menengah dan atas di Indonesia asupan lemak kira-kira 35% dari total kalori. Oleh karena itu, asupan lemak harus dikurangi sekitar seperlimanya untuk mencapai sasaran tersebut di atas.

3. Lemak jenuh

Lemak jenuh terdiri dari 3 asam lemak utama yang dapat meningkatkan kolesterol, yang mempunyai panjang rantai karbon 12 (asam laurat), 14 (asam miristat) dan 16 (asam palmitat). Makanan yang kaya ketiga asam lemak jenuh ini adalah target utama yang harus dikurangi. 

Efek dominan lemak jenuh adalah meningkatkan kadar kolesterol. Untuk Indonesia, termasuk di antaranya adalah lemak mentega (terdapat pada mentega, susu, krim, es krim dan keju) dan lemak sapi, babi, kambing dan unggas. Sisanya adalah dari produk nabati. 

Hidrogenasi (penambahan atom hidrogen) adalah suatu proses mengubah minyak nabati menjadi lemak yang lebih padat, mengubah asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak trans. Pasien dengan kadar kolesterol yang tinggi sebaiknya membatasi asupan makanan yang tinggi asam lemak trans, misalnya shortening yang dihidrogenasi, beberapa jenis margarin, dan makanan yang mengandung lemak ini.

Namun demikian, margarin lunak atau cair umumnya mempunyai kandungan asam lemak trans yang lebih rendah dibanding jenis yang padat, bahkan margarin mempunyai potensi yang lebih rendah untuk meningkatkan kolesterol dibanding mentega. Margarin lunak masih menjadi pilihan yang lebih baik untuk olesan dan memasak dibanding mentega. Konsumsi santan yang kental juga harus dihindari.

4. Lemak tidak jenuh rantai tunggal

Pada kedua tahap diet terapeutik, lemak tak jenuh rantai tunggal, terutama asam oleat, dapat mencapai 15% kalori total. Asam oleat adalah asam lemak utama yang terdapat pada kacang tanah, minyak zaitun, minyak canofa. Selama bertahun-tahun, asam oleat dianggap netral terhadap kolesterol total, tidak meningkatkan maupun menurunkan kadar kolesterol. 

Namun demikian bukti terbaru menunjukkan bahwa asam oleat dapat menyebabkan penurunan kadar kolesterol hampir sebesar asam linoleat yang tidak jenuh dan berantai ganda jika salah satunya menggantikan lemak jenuh dalam diet.

5. Lemak tidak jenuh rantai ganda

Ada dua kelompok utama lemak tak jenuh rantai ganda, yang biasa disebut asam lemak omega-6 dan omega-3. Asam lemak omega-6 utama adalah asam linoleat. Substitusi lemak jenuh tinggi dengan makanan yang kaya asam linoleat menghasilkan penurunan kadar kolesterol. 

Beberapa minyak nabati kaya akan asam linoleat, misalnya minyak kedelai, minyak jagung, minyak safflower dan biji bunga matahari. Minyak ini, sebagaimana yang tinggi asam lemak tak jenuh tunggal, mempunyai densitas kalori yang tinggi sehingga dapat menaikkan asupan kalori dan menaikkan berat badan. 

lkan dan kerang adalah sumber utama asam lemak omega-3. Asam lemak utama pada kelompok ini adalah asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA). Keduanya mempunyai efek yang kecil terhadap kadar kolesterol pada pasien dengan kadar trigliserida normal. 

Beberapa data epidemiologis menunjukkan bahwa konsumsi ikan jenis apa pun, yang mengandung asam lemak omega-3, berhubungan dengan penurunan risiko, belum jelas apakah hubungan nyata ini disebabkan oleh lemak ikan itu sendiri atau faktor lain. Karena mengandung lemak jenuh yang rendah, ikan baik sebagai sumber protein dalam diet.

6. Kolesterol

Konsumsi kolesterol yang tinggi menyebabkan hiperkolesterolemia dan aterosklerosis pada sejumlah besar hewan penelitian, termasuk primata bukan manusia. Meskipun asupan tinggi kolesterol pada manusia tidak selalu menyebabkan peningkatan secara nyata kadar kolesterol serum seperti pada kelinci dan beberapa primata, studi epidemiologis menunjukkan bahwa peningkatan asupan kolesterol meningkatkan rata-rata kadar kolesterol serum pada suatu populasi.

7. Protein

Asupan protein pada diet adalah 15% dari kalori total. Pada beberapa hewan penelitian, protein nabati (contohnya protein kedelai) menurunkan kadar kolesterol dibandingkan dengan protein hewan, efek ini tidak ditemukan pada manusia dengan jumlah asupan protein yang biasa.

8. Karbohidrat

Karbohidrat sebaiknya merupakan penyumbang > 55% dari jumlah kalori total pada diet dan sebaiknya berupa karbohidrat kompleks.

9. Serat

Serat makanan adalah polimer karbohidrat yang tak dapat dicerna. Satu jenis serat dapat larut dalam air; jenis ini menambah massa feces (tinja) dan membantu menormalkan fungsi kolon. Serat makanan yang tidak larut misalnya bekatul, yang tidak menurunkan kadar kolesterol serum meskipun memberikan manfaat yang lain bagi kesehatan. 

Serat yang larut dalam air, misalnya pektin, beberapa jenis gum, dan psyllium seed husks, mempunyai potensi menurunkan kolesterol. Asupan serat dalam menu sehari-hari sebaiknya 20-30 g/hari untuk orang dewasa. Rekomendasi ini dibuat terutama untuk mencapai fungsi gastro-intestinal yang normal dan mungkin memberikan manfaat yang lain bagi kesehatan. Sekitar 25% (6 g) sebaiknya berupa serat yang dapat larut. Bahan makanan yang mengandung banyak pektin adalah apel, kesemek dan lain-lain. Karena itu perbanyaklah konsumsi sayuran dan buah-buahan.

10. Garam

Penyakit jantung juga berhubungan dengan tekanan darah yang kemudian berhubungan dengan asupan natrium. Banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa pembatasan asupan garam dapur (natrium klorida) akan menurunkan rata-rata tekanan darah. Konsumsi garam rata-rata di Amerika Serikat adalah 8-12 g/hari, di Indonesia diperkirakan 11-15 g/hari meskipun asupannya sangat bervariasi. Asupan ini jauh lebih besar dibanding kebutuhan natrium bagi kesehatan, yaitu sebesar 500 mg/hari.

11. Vitamin dan mineral yang cukup serta supplement kalium, kalsium, magnesium bila diperlukan.

Sesuai dengan pengertian serta tujuan diet yaitu mengatur pola makan dengan berbagai syarat yang ditentukan maka terhadap diet jantung adap beberapa makanan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi namun tetap dalam batas yang dianjurkan.

Hal yang harus diperhatikan:
  • Kenali kebutuhan untuk perubahan permanen dan gaya hidup untuk mengurangi risiko terkena penyakit jantung.
  • Kurangi konsumsi lemak dan kolesterol dalam diet.
  • Tingkatkan pemasukan serat dalam tubuh.
  • Capai dan pertahankan berat badan ideal pada penderita penyakit jantung serta lakukan olahraga ringan.

Jenis makanan yang cocok untuk diet jantung:
  1. Sumber karbohidrat: beras (baik di tim ataupun dijadikan bubur), roti, mie, makaroni, biskuit, kentang, dan madu.
  2. Sumber protein hewani: daging sapi, ayam tanpa kulit, ikan, telur ayam, susu rendah lemak dengan takaran rendah.
  3. Sumber protein nabati: kacang-kacangan kering, seperti kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe.
  4. Sayuran: sayuran yang tidak mengandung gas, seperti bayam, kangkung, kacang buncis, kacang panjang, wortel, tomat, labu siam, dan tauge. Dan hindari sayuran seperti kol, lobak, sawi, dan nangka muda.
  5. Buah-buahan: semua buah-buahan segar seperti pisang, pepaya, jeruk, apel, melon, semangka, dan sawo, dan hindari buah seperti durian dan nangka masak.
  6. Minuman: baik mengonsumsi teh encer, coklat, dan sirup, dan menghindari minuman seperti teh/kopi kental, dan minuman bersoda serta beralkohol.

Contoh menu sehari:
1. Pagi
Bubur ayam

2. Jam 10
Biskuit dan teh

3. Siang
Nasi
Pepes ikan
Sayur asam
Tempe bacem
Semangka

4. Jam 16.00
Puding buah

5. Malam
Nasi
Daging merah
Tahu kuning
Sup wortel buncis
Pisang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar