Rabu, 24 November 2021

Penyebab Manusia Lupa Akan Kematian



Kehidupan dunia begitu indah memukau pandangan manusia. Banyak di antara kita yang terpesona oleh keindahannya sehingga melalaikan kehidupan setelah di dunia yaitu kematian. Ia sibuk dengan aktifitas keseharian dan melupakan Allah swt dalam setiap langkahnya. Ia lupa bahwa yang menciptakan ia di dunia adalah Allah swt. Ia juga lupa bahwa yang telah memberikan rezeki kepadanya sehingga ia bisa bertahan hidup bahkan lebih dari cukup memenuhi kebutuhannya adalah Sang Pemberi Rizki Allah swt. 

Ia hanya sibuk menghitung berlembar-lembar uang yang telah ia usahakan tiap hari. Ia simpan, ia hitung bunganya. Ia berpikir, masih terlalu sedikit, ia usaha lagi sampai tak sadar usia telah menginjak tua, tulang-tulang mulai lemah, kulit mulai berkerut, ingatan mulai hilang, pandangan mulai kabur. Akhirnya kematian telah mendekatinya, namun ia belum sempat menyiapkan apapun untuk menyambutnya. Hanya penyesalan yang ia rasakan setelah dijemput malaikat maut menuju alam akhirat. Ia ingin kembali ke dunia untuk memperbaiki amalnya, namun sudah terlambat. Tiada kesempatan untuk yang kedua kalinya.

Di antara yang melalaikan kita dengan kehidupan akhirat adalah : 

A. Dunia dan segala isinya

Ayat-ayat yang menyatakan tentang kehidupan dunia yang melenakan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. QS.Al-Hadid : 20


“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

2. (QS.Ali Imran : 185)

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” 

3. QS.Al-An’am : 32


“Dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka[468]. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”

[468] Maksudnya: kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal. janganlah orang terperdaya dengan kesenangan-kesenangan dunia, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.

4. QS. Al-Baqarah : 86


“Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, Maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.”

5. QS. An-Naazi’at : 37-39


37. Adapun orang yang melampaui batas,

38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,

39. Maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).

6. QS. Al-Qashash : 77


 “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

7. QS. Ali Imran : 14

 


“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

[186] Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang Termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.

8. QS. Huud : 15-16


15. Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.

16. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan[714].

[714] Maksudnya: apa yang mereka usahakan di dunia itu tidak ada pahalanya di akhirat.


Begitulah dunia, isinya begitu melenakan pandangan manusia. Sebagaimana penjelasan Allah swt bahwa Dia memang menciptakan langit dengan segala keindahannya.


“Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang dekat (as-sama’aaddun ya) dengan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syetan, dan kami sediakan siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. 67: 5)

Langit dunia artinya langit yang dekat. Kehidupan dunia artinya kehidupan yang dekat. Memang arti addun-ya menurut ayat di atas ialah ‘dekat’, akhirat artinya akhir. Kehidupan akhirat artinya kehidupan tahap akhir yang jaraknya cukup jauh dari sekarang.

Allah mengabarkan bahwa bintang-bintang adalah hiasan yang letaknya di langit pertama (dekat). Allah tidak menghiasi langit kedua sampai langit ketujuh dengan bintang-bintang itu.

Banyak manusia terpesona dan terkagum-kagum menyaksikan gemerlap bintang yang terlihat dengan mata yang telanjang. Jumlahnya kira-kira tiga ribu buah. Padahal di balik taburan gemerlap itu, jutaan bahkan miliaran bintang menghuni angkasa langit pertama. Sedikit manusia yang menyakini bahwa di balik tiga ribu itu, terdapat miliaran rahasia yang lain.

Ternyata benar di balik yang nampak mata, tersimpan miliaran yang jauh lebih mempesona. Diketemukan bintang-bintang yang ukurannya jauh lebih besar daripada matahari, dengan jarak miliaran kali lebih jauh. Sementara cahaya matahari saja dengan kecepatan seperti itu untuk mencapai bumi membutuhkan waktu sekitar delapan menit. Dapat dibayangkan berapa jauh  jarak antara bintang itu, hingga sejumlah astronom dibuat gemas dan penasaran.

Dalam memahami kehidupan bintang tentu berbeda dengan memahami kehidupan manusia. Namun di sisi kehidupan tertentu ada persamaannya, yaitu menyangkut rahasia di balik apa yang nampak. Orang enggan membayangkan bahwa di atas langit dengan berbagai hiasan itu masih ada langit kedua, ketiga hingga ketujuh, bahkan masih ada Sidratul Muntaha, mustawaa, dan seterusnya yang hanya Allah yang mengetahuinya.

Apabila memahami fenomena alam saja enggan, maka bagaimana mau memahami fenomena manusia yang permasalahannya lebih rumit? Kebanyakan manusia memandang hidup hanyalah apa yang bisa mereka rasakan dan saksikan di sekitar diri mereka sendiri.

“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (45: 14)

Firman Allah itu merupakan gambaran pola pandang orang-orang kafir tulen. Mereka mengingkari sama sekali keberadaan alam akhirat. Pandangan seperti ini besar pengaruhnya pada model kehidupan sehari-hari, karena bagi mereka tidak jadi soal melakukan dosa-dosa besar semacam zina, asalkan secara pragmatis menimbulkan kesenangan dunia dan kenikmatan hidup. Mereka dibebani perasaan berdosa, karena aqidah mereka mendukungnya. Mereka bilang, bila di akhirat kelak mendapatkan sanksi berat, itu urusan nanti. Yang penting bagaimana hari ini bisa enjoy. Aqidah yang terakhir ini dimiliki orang-orang kafir yang masih sedikit agak mempercayai adanya alam akhirat. Sejumlah orang muslim munafik juga dekat sekali dengan paham semacam itu.

Mereka bisa mempercayai bahwa Allah senantiasa mengawasi hamba-Nya, tapi pada saat yang sama mereka bisa bermaksiat. Mereka bisa, sehabis menangis tersedu-sedu sambil mencoba menyesali dan beristigfar, tetapi di lain waku mereka kadang masih bermaksiat lagi.

B. Makhluk

Di antara yang melenakan manusia dengan akhirat adalah makhluk. Kita sibuk menuruti hawa nafsu dengan makhluk. Kita sungkan menolak ajakan berbuat maksiat bahkan kita takut menolak ajakan mereka. Kita menghabiskan waktu kita dengan makhluk sampai-sampai membuat kita kekurangan waktu di setiap harinya. Ada nasehat dari Imam al-Ghazali yang bisa kita jadikan wasilah dalam memudahkan kita berpaling dari makhluk, yaitu :

  1. Menghabiskan waktu untuk beribadah kepada Allah swt. Sehingga kita memiliki kesibukan tersendiri dan mengabaikan bergaul yang tiada manfaatnya dengan orang lain. Ini bukan berarti kita mengasingkan diri, namun kita tetap bergaul dengan makhluk asalkan kita bisa menjaga diri dan menjauhi segala yang sia-sia.
  2. Memutuskan harapan kepada makhluk. Kita tidak bergantung kepada makhluk sehingga kita  menganggap mudah kepada mereka. Karena sesungguhnya orang yang tidak diharapkan manfaatnya dan tidak ditakuti dharuratnya maka wujud dan tiadanya itu hukumnya sama.
  3. Engkau melihat dan tancapkan di dalam hatimu kejelekan berbaur kepada mereka.

C. Syetan

Ada sebuah firman Allah swt berikut :



“Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk.” (QS.Ali Imran : 36)

Sejak setan dikeluarkan dari surga, ia bersumpah untuk melakukan berbagai cara dalam menyesatkan manusia dari jalan Allah menuju neraka dan menemaninya.

Dalam kitab Al-Bada’iul Fawaaid di akhir juz kedua Ibnu Qayyim menyebutkan bahwa,

“Sesungguhnya setan mengajak manusia kepada enam perkara. Ia baru melangkah kepada perkara kedua bila perkara pertama tidak berhasil dilakukannya.”

  1. Mengajak berbuat syirik dan kekufuran. Jika berhasil maka setan telah menang.
  2. Jika tidak berhasil, setan mengajak berbuat bid’ah. Jika telah terjerumus ke dalamnya, maka setan akan membuat bid’ah itu indah di matanya hingga dia rela dan setanpun membuatnya puas dengan bid’ah itu.
  3. Jika tidak berhasil juga, maka setan akan menjerumuskannya ke dalam dosa-dosa besar.
  4. Jika tidak berhasil, maka setan akan menjerumuskannya ke dalam dosa-dosa kecil.
  5. Jika ternyata tidak berhasil juga, setan akan menyibukkannya dengan perkara-perkara mubah hingga ia lupa beribadah.
  6. Jika tidak mempan juga, setan akan membuainya dengan perkara-perkara kurang penting hingga ia abaikan perkara-perkara terpenting.
  7. Jika gagal juga, maka setan akan melakukan tipu daya terakhir, jarang orang yang selamat darinya hingga para nabi dan rasul sekalipun. Yaitu mengerahkan bala tentaranya dari jenis manusia untuk menyerang orang-orang yang berpegang teguh dengan agamanya.

Adapun berikut diterangkan beberapa cara setan dalam menyesatkan manusia, yaitu :

1. Menimbulkan rasa was-was

Seseorang yang telah diserang rasa was-was, maka ia akan ragu-ragu dalam setiap aktifitasnya. Akibatnya rasa tersebut akan merusak tingkat keimanan seseorang kepada Allah swt dan segala yang berkaitan dengan iman. Sebagaimana penjelasan Allah dalam surat an-naas berikut :


“Katakalah, “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (biskan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia.”

2. Menghilangkan ingatan/lupa

Setan begitu lihai menggoda manusa agar jauh dari Rabbnya. Sebagaimana contoh kisah Yusuf saat difitnah dijelaskan dalam surat Yusuf ayat 42 berikut ini,


“Dan Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, “Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.” Maka setan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya.” 

Juga dijelaskan dalam surat al-kahfi ayat 63,

“Muridnya menjawab, “Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.”

3. Memanjangkan angan-angan

Manusia sibuk melamun berangan-angan sampai melayang tinggi. Seadainya aku menjadi, seandainya aku punya, dan sebagainya. Ia menikmati kondisi seperti itu. Ia lupa ajal senantiasa mengintainya setiap saat. Ia juga lupa menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan malaikat maut. Sebagaimana firman Allah dalam surat an-nisaa ayat 119 berikut,



“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya”. Barangsiapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.”

Juga dalam surat Muhammad ayat 25,


“Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, setan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.”

4. Memperindah perbuatan maksiat

Sudah digariskan oleh Allah bahwa manusia sangat mencintai kehidupan dunia yaitu wanita, anak-anak, binatang ternak, emas, perak dan sebagainya. Padahal di mata Allah segalanya tidak bernilai apa-apa selain ujian semata. Namun, bagi manusia yang telah terpedaya oleh setan, ia menjadi terpesona dan terperangah melihat dunia. Seakan ia lupa kematian sehingga setan semakin senang menggoda dan terus menggoda manusia. Setan tidak rela jika ada mausia yang taat kepada Allah swt. Setan berusaha sekuat tenaga memperdaya manusia dengan menyilaukan pandangan manusia terhadap dunia. Seakan-akan dunia adalah tujuan utama hidup ini dan melupakan kehidupan akhirat. Sebagaimana diterangkan dalam surat al-hijr ayat 39 berikut,


“Iblis berkata, “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkaua telah memutuskan aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.”

5. Memberikan janji-janji palsu

Seseorang sangat mudah melakukan pelanggaran ketika jiwanya telah dirasuki setan. Ketika dia melakukan pelanggaran tersebut, maka setan akan kembali datang untuk mendukungnya dengan membawa janji-janjinya. Ia akan membisikkan kata-kata tipu daya agar seseorang terus melakukan kemaksiatan tersebut. Ia mendatangi penjudi, pembunuh, pezina dan pelaku maksiat lainnya agar terus melakukan kegiatan tersebut. 

Dalam surat Ibrahim ayat 22 Allah berfirman,


“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.”

6. Membuat tipu daya

Setan terus berusaha sekuat tenaga membuat manusia menurutinya melakukan kemaksiatan. Manusia yang kalah dengan setan maka akan bertekuk lutut di hadapannya. Setan melakuka tipu daya yang licik untuk mengelabui manusia sehingga tertutup mata hatinya dengan kebaikan. Firman Allah swt dalam surat an-Nisaa ayat 61,


“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.”

7. Menghalang-halangi manusia berbuat kebajikan

Karena selalu berusaha menjerumuskan manusia berbuat kemaksiatan tentunya setan akan berusaha juga menghalangi manusia berbuat kebaikan. Ia membuat manusia jadi malas sehingga tidak lagi melakukan kebaikan sama sekali meskipun tidak berbuat kemaksiatan.

  


“Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu Lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.”

8. Mengobarkan api permusuhan

Betapa pintar setan dalam menghancurkan manusia. Ia berjanji mengajak seluruh anak cucu Adam masuk neraka menemaninya. Ia mengadu domba antar manusia agar berselisih sehingga ukhuwah berantakan. Ia membuat propaganda agar manusa saling serang saling menyalahkan, merasa ia paling benar sehingga terjadilah perdebatan sengit dan dendam. Firman Allah swt dalam surat al-Israa’ ayat 53 berikut,


“Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”

9. Menyuruh manusia berbuat keji dan menyatakan terhadap Allah apa yang tidak ia ketahui

Setan selalu ingin membuat manusia tersesat. Maka ia memutarbalikkan perintah Allah dengan menyuruh manusia berbuat keji dan mengatakan terhadap Allah apa yang ia tidak ketahui. Karena itu manusia diingatkan Allah swt tentang langkah setan ini dalam QS. Al-Baqarah ayat 169.


“Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.”

10. Syahwat

Dalam sebuah kisah diriwayatkan oleh Baihaqi bahwa saat kembali dari sebuah perang Rasulullah saw berkata, “Kita baru saja pulang dari jihad (perang) kecil menuju jihad terbesar.” Para sahabat terperangah dan bertanya, “Apakah gerangan perang terbesar itu wahai Rasul?” Rasul menjawab, “Mujahadat al nafs” (perang menaklukkan diri sendiri).

Agar kita menang dalam perang melawan syahwat, maka ada beberapa tips yaitu :

  • Mengenali musuh utama kita sendiri/nafsu.
  • Mengelola dan mengendalikan nafsu dengan kekuatan dan kecerdasan akal.
  • Melawan dan menolak kecenderungan nafsu/tidak menuruti kemauannya.
  • Menaklukkan nafsu dan menguasainya serta mengendalikannya.

Begitulah, nafsu begitu dahsyat kekuatannya. Oleh karena itu kita harus pintar dalam mengelolanya. Bila tidak, maka kita sendiri yang kalah oleh nafsu diri kita sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar