Kepribadian atau personality berasal dari kata “persona” yang merujuk pada topeng yang biasa dikenakan oleh para pemain sandiwara di era Romawi. Namun secara umum, kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya.
Kepribadian merupakan gabungan dari jiwa, hasrat, dan keinginan, sehingga menjadi suatu hal yang akan selalu menarik untuk dibahas. Tanpa kepribadian, hidup manusia tidak akan teruji, tidak terarah, dan tidak bermakna. Tanpa kepribadian, individu tidak memiliki arti sebagai manusia. Kepribadian selalu berhubungan dengan manusia yang memiliki eksistensi penting sebagai makhluk sosial, baik secara internal atau untuk dirinya sendiri, maupun secara eksternal atau untuk orang lain. Dengan kata lain, setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Kepribadian akan membedakan manusia yang satu dengan yang lainnya.
Definisi di atas adalah definisi kepribadian secara umum dan memiliki kelemahan karena hanya menilai perilaku yang dapat diamati saja dengan mengabaikan kemungkinan bahwa perilaku bisa berubah tergantung pada situasi di sekitarnya. Selain itu juga karena definisi tersebut bersifat evaluatif (menilai), padahal kepribadian itu sendiri tidak bisa dinilai “baik” atau “buruk” karena pada dasarnya kepribadian itu bersifat netral. Kepribadian juga memiliki arti yang banyak dan bermacam-macam, sehingga bisa dikatakan jumlah definisi dan arti dari kepribadian adalah mengikuti jumlah orang yang menafsirkannya. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian, maupun pengukurannya.
Beberapa ahli menjadikan kepribadian sebagai sebuah kajian ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu yang lainnya. Dalam beberapa teori, masalah ini menjadi isu sentral sehingga banyak ahli yang memberikan interprestasi yang berbeda tentang kepribadian.
C.G Jung pada tahun 1971, menuliskan dalam bukunya yang berjudul “Psychological Type”, bahwa kepribadian secara umum bisa digolongkan ke dalam dua tppe yaitu introvert dan ekstrovert. Kedua tipe tersebut bisa dilihat dari sikap seseorang terhadap suatu obyek. Pada tipe introvert, akan bersikap untuk cenderung menjauhi obyek, seolah-olah ingin mencegah agar obyek tersebut tidak menguasainya. Sedangkan pada tipe ekstrovert, ia memiliki sikap positif terhadap obyek dan beranggapan bahwa dialah yang menguasai obyek tersebut.
Lain halnya dengan G.W All Port yang mengemukakan bahwa, “Personality is a dynamic organization within the individual those psychological system that determine his unique adjustment to his environment.”
Terjemahannya kurang lebih adalah: “Kepribadian adalah suatu organisasi dinamis yang ada pada seseorang di dalam suatu sistem kejiwaan yeng menentukan keunikan penyesuaian dengan lingkungannya.”
Berdasarkan pemahaman itu, maka dapat dilihat bahwa kepribadian merupakan suatu organisasi yang tersusun dari banyak unsur yang saling bergantung satu sama lain. Ketergantungan ini mempunyai sistem pengaturan dalam hubungan fungsional.
Sedangkan Isabel Briggs Myers, menuliskan dalam bukunya “Gifts Differing” yang mengelompokkan kedelapan tipe dari C.G Jung menjadi dua sub tipe yang berhubungan dengan penilaian dan pemahaman. Dialah yang menemukan tipe Myers-Briggs yang menjadi indikator terhadap pengukuran preferensi kepribadian, kapasitas, dan keterbatasannya. Karena ia yakin bahwa setiap sub tipe memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Kepribadian manusia sangat dipengaruhi oleh tatanan dan kaidah-kaidah nilai yang rumit yang secara bertahap terbentuk dari mulai masih kecil. Namun jika diamati, secara garis besarnya, perpaduan antara konsep diri dan karakter manusialah yang membentuk sebuah pola kepribadian, dimana kedua komponen tersebut saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.
Pengertian akan konsep diri itu sendiri bisa dibagi dua, yaitu konsep diri yang sebenarnya dan konsep diri yang ideal. Konsep diri yang sebenarnya, adalah mengenai siapa dirinya dan apa saja yang dia tahu tentang dirinya. Konsep diri seperti ini sangat ditentukan oleh peran dan interaksinya di dunia sosial. Sedangkan konsep diri yang ideal adalah gambaran sebuah figur, termasuk didalamnya adalah penampilan dan kepribadian yang didambakannya.
Masing-masing konsep diri tersebut memiliki aspek fisik dan aspek psikologis. Aspek fisik meliputi konsep yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan penampilannya, arti penting tubuhnya sehubungan dengan perilakunya, dan prestise yang diberikan tubuhnya di mata orang lain. Sedangkan aspek psikologis meliputi konsep seseorang tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, termasuk juga harga diri dan interaksinya dengan orang lain. Pada awalnya, dari mulai seseorang masih kanak-kanak, kedua aspek yang mempengaruhi konsep diri ini terpisah. Namun, seiring dengan berjalannya waktu menuju dewasa, kedua aspek ini menyatu secara bertahap.
Komponen kedua yang membentuk pola kepribadian adalah karakter individu yang bersangkutan. Karakter merupakan kualitas perilaku yang notabene juga merupakan suatu pola penyesuaian khusus, misalnya reaksi berbeda yang diperlihatkan oleh tiap individu terhadap rasa frustrasi yang dialaminya, cara-cara yang juga berbeda dari tiap individu dalam menghadapi masalah yang menimpanya, perilaku agresif maupun defensif, dan juga perilaku terbuka atau tertutup di hadapan orang lain. Karakter-karakter tersebut terintregasi dengan dan dipengaruhi oleh konsep diri.
Dan jika dicermati lebih lanjut, karakter memiliki dua ciri yang menonjol, yaitu:
- Individualitas, yang diperlihatkan dalam variasi kuantitas ciri tertentu, dan bukan dalam kekhasan ciri bagi individu tersebut.
- Konsisten, yang berarti bahwa dalam situasi dan kondisi yang serupa, individu tersebut bersikap dengan cara yang hampir sama.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, karakter dan konsep diri berkembang seiring dengan berjalannya waktu dari kanak-kanak menuju dewasa. Sehingga, dengan demikian pola kepribadian pun juga mengalami perkembangan. Ada tiga faktor yang menentukan perkembangan kepribadian seseorang. Ketiga faktor tersebut adalah; faktor bawaan, pengalaman masa kecil, dan pengalaman-pengalaman yang didapat dalam perjalanannya menuju dewasa. Pola tersebut memiliki kaitan yang sangat erat dengan kematangan ciri fisik dan mental yang merupakan unsur bawaan dari individu tersebut. Selanjutnya, ciri fisik dan mental tersebut akan menjadi landasan bagi struktur pola kepribadian yang secara bertahap dibangun melalui pengalaman belajar.
Pengalaman-pengalaman yang didapat melalui proses belajar tersebut membentuk sikap terhadap diri dan menumbuhkan metode yang khas dari individu tersebut dalam menghadapi situasi tertentu, mengatasi masalah, maupun dalam berinteraksi dengan orang lain. Sifat-sifat kepribadian yang demikian terbentuk melalui pengulangan dan kepuasan yang didapatnya.
Pengalaman belajar yang pada masa kanak-kanak diperoleh terutama dari rumah, kemudian berkembang seiring bertambahnya usia, dan individu tersebut mendapatkan berbagai pengalaman baik dan buruk dari berbagai lingkungan di luar rumah.
Berbagai pengaruh yang terus-menerus didapat dari berbagai lingkungan akan berpengaruh pada temperamen individu tersebut, yang pada perkembangannya akan berpengaruh kuat dalam membentuk kepribadiannya. Dalam bahasa yang singkat bisa dikatakan bahwa pola kepribadian terbentuk dari pengaruh hereditas dan lingkungan yang berlangsung berulang selama perjalanan individu tersebut dari mulai masa kanak-kanak sampai dewasa. Jadi jika kedua pengaruh tersebut positif, bisa diharapkan perkembangan individu yang sehat secara fisik dan mental.
Namun, hal sebaliknya bisa juga terjadi. Jika tekanan dan pengaruh sosial di lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan kelompok pertemanannya bersifat negatif tentu juga akan memberi corak warna tersendiri bagi perkembangan kepribadiannya di kemudian hari.
A. Pembagian Tipe Kepribadian Manusia
Terdapat 4 macam kepribadian inti pada manusia, hal tersebut akan dibahas pada bab ini yang menjelaskan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kita akan berhubungan dengan 4 macam kepribadian manusia yang berbeda-beda. Dengan demikian, setelah mengetahui perbedaan tersebut, diharapkan akan timbul rasa saling memahami antar sesama.
Keempat kepribadian yang ada pada diri manusia tersebut adalah:
1. Kepribadian Sanguin
Seseorang dengan kepribadian sanguin cenderung pandai, persuasif, dan ingin terkenal.
2. Kepribadian Koleris
Kepribadian jenis ini sering dijuluki sebagai “Si kuat”, karena sifatnya yang dominan dan kompetitif.
3. Kepribadian Melankolis
Seseorang dengan kepribadian seperti ini, cenderung perfeksionis dan serba teratur.
4. Kepribadian Plegmatis
Tipe kepribadian jenis ini biasanya dimiliki oleh mereka yang memiliki kesetiaan yang tinggi dan sering menghindari konflik.
Keempat jenis kepribadian di atas tidak ada yang lebih bagus atau lebih jelek dari yang lainnya. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Dan berikut ini akan kita bahas mengenai apa saja yang menjadi kelebihan maupun kekurangan dari masing-masing tipe kepribadian tersebut:
1. Tipe Sanguin
Kelebihannya:
• Antusias dan ekspresif
• Menyukai hal-hal yang sifatnya spontan
• Suka bicara
• Berhati tulus dan kekanak-kanakan
• Menyenangkan, ceria, dan penuh rasa ingin tahu
• Menyukai kehidupan masa kini
• Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian
• Senang berkumpul dan umumnya hebat di permukaan
• Mudah berteman dan menyukai orang lain
• Mudah memaafkan (tidak suka menyimpan dendam)
• Pintar mengambil inisiatif untuk menghindar dari keadaan yang membosankan
Kekurangannya:
- Suka membesar-besarkan suatu hal/kejadian
- Susah diam, suara dan tertawanya keras
- Mudah berubah-ubah sehingga prioritas kegiatannya kacau
- Lebih suka membelanjakan uang daripada mendapatkannya
- Egois dan pelupa
- Mudah dipengaruhi orang dan keadaan lain
- Sering berdalih dan mengulang-ulang cerita yang sama
- Sering mencari persetujuan bahkan untuk hal-hal yang sepele sekalipun
- Suka mendominasi percakapan, suka menyela, dan enggan mendengarkan orang lain bicara sampai tuntas
- Dalam bekerja lebih suka bicara dan enggan bertindak
2. Tipe Koleris
Kelebihannya:
• Bebas dan mandiri, tidak begitu membutuhkan teman
• Suka memimpin, membuat keputusan, dinamis, dan aktif
• Berani menghadapi tantangan dan masalah
• Unggul dalam keadaan darurat
• Biasanya benar dan memiliki visi ke depan
• Memiliki kemauan keras untuk mencapai target
• Mampu memimpin dan mengorganisir
• Pandai mencari pemecahan praktis dan bergerak cepat
• Mendelegasikan pekerjaan dan fokus pada produktivitas
Kekurangannya:
• Suka memerintah
• Tidak sabar dan mudah marah
• Sering membuat keputusan dengan tergesa-gesa
• Sulit mengaku salah dan meminta maaf
• Sering menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan
• Menyukai kontroversi dan perselisihan
• Tidak menyukai hal-hal yang bertele-tele
• Suka memanipulasi dan mengeksploitasi orang lain
• Terlalu keras dan kaku, tidak luwes
• Tidak suka air mata dan emosi tidak simpatik
3. Tipe Melankolis
Kelebihannya:
• Memiliki standar tinggi dan perfeksionis
• Sangat memperhatikan orang lain
• Bersifat analitis, mendalam, dan penuh kehati-hatian
• Serba tertib dan teratur, suka perincian, dan tekun
• Hemat, sensitif, dan artistik, musikal, dan kreatif
• Berhati-hati dalam berteman
• Mau mendengarkan keluhan, setia, dan mengabdi
• Berorientasi pada jadwal, serius, dan fokus pada tujuan
• Idealis, dan bersedia berkorban
• Mampu melihat permasalahan, dan kreatif dalam mencari pemecahannya
• Puas di belakang layar, menghindari perhatian
Kekurangannya:
• Hidup berdasarkan definisi
• Tertekan pada situasi yang tidak sempurna dan berubah-ubah
• Mudah curiga, pendendam dan suka mengingat-ingat hal yang negatif
• Sulit bersosialisasi karena suka pilih-pilih, dan sulit mengungkapkan perasaan
• Cenderung melihat suatu masalah dari sisi negatif
• Selalu mencari persetujuan, dan melewatkan banyak waktu untuk analisa dan rencana
• Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri yang rendah
• Menetapkan standar terlalu tinggi sehingga susah mendapatkan kepuasan
• Suka mengkritik tetapi tidak siap menerima keritik
• Lebih menekankan cara daripada tercapainya tujuan
4. Tipe Plegmatis
Kelebihannya:
• Senang melihat dan mengawasi
• Memiliki rasa humor yang tajam
• Simpatik dan baik hati
• Mudah bergaul, santai, tenang, dan teguh
• Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik
• Kuat di bidang administrasi, dan ingin segalanya terorganisir dengan baik
• Memiliki kepedulian yang tinggi
• Tidak banyak bicara, dan cenderung bijaksana
• Penengah masalah yang baik, dan kuat sekalipun di bawah tekanan
• Pandai menemukan cara praktis dan termudah
• Mudah berdamai, menyenangkan, dan tidak suka menyinggung perasaan
Kekurangannya:
• Kurang berorientasi pada tujuan
• Susah berkompromi dan keras kepala
• Suka menunda-nunda dalam menyelesaikan suatu masalah
• Kurang antusias terhadap perubahan dan kegiatan baru
• Menghindari keterlibatan langsung (lebih suka jadi penonton)
• Mudah takut dan khawatir
• Lamban bergerak dan tidak kreativ dalam memotivasi diri
• Suka menghindari konflik dan tanggung jawab
• Humor kering dan suka mengejek
• Tidak suka diburu-buru
• Terlalu pendiam dan pemalu
Itulah kelebihan dan kekurangan dari masing-masing kepribadian. Setiap manusia bisa saja memiliki keempat jenis kepribadian sekaligus, namun bisa dipastikan akan ada satu kepribadian yang lebih dominan dari yang lain. Sehingga jika ada seseorang yang bertipe sanguin, bukan tidak mungkin ada sifat kolerik, melankolis, maupun plegmatis pada dirinya. Hanya saja, tipe sanguin lah yang paling mendominasi kepribadian orang tersebut.
B. Aspek Kepribadian
Abin Sayamsuddin (2003), mengemukakan tentang aspek-aspek apa saja yang terdapat dalam kepribadian seseorang. Dan di dalamnya mencakup antara lain:
• Sikap
Yaitu sambutan terhadap obyek yang bersifat positif, negatif, maupun ambivalen.
• Karakter
Yaitu konsekuen atau tidaknya seseorang dalam mematuhi etika perilaku, serta konsisten atau tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
• Sosiabilitas
Yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Misalnya: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup, serta kemampuan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
• Stabilitas emosi
Yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan, seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, dan putus asa.
• Temperamen
Yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat lambatnya dalam bereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
• Responsibilitas
Yaitu kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Misalnya bersedia menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau malah melarikan diri dari risiko yang harus dihadapi.
C. Beberapa Faktor yang Menentukan Kepribadian
Berikut ini adalah beberapa faktor yang menentukan kepribadian seseorang:
1. Sifat-sifat kepribadian.
Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku individu seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.
2. Faktor keturunan.
Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik, bentuk waha, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orangtua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis dan psikologis bawaan dari individu.
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang.
• Berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak.
• Berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir.
• Meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
3. Faktor lingkungan.
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan dimana seseorang tumbuh dan dibesarkan -norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial- dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain.
D. Kepribadian yang Sehat dan yang Tidak Sehat
Semenjak dilahirkan hingga menuju ke masa dewasanya, setiap manusia mendapatkan berbagai pengaruh dari lingkungannya terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehingga terbentuklah suatu kepribadian yang unik pada setiap manusia. Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat.
Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat adalah sebagai berikut:
1. Kepribadian yang sehat
• Realistik dalam meniali prestasi yang diraihnya
Dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan menanggapinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, terutama ketika memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Dan jika mengalami kegagalan, dia tidak akan menanggapinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
• Menilai situasi secara realistik
Dalam menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya, ia mampu menilainya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang harus sempurna.
• Menilai diri sendiri secara realisitik
Mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
• Dapat menerima tanggung jawab
Mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
• Memiliki filsafat hidup
Mampu mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan yang dipercayainya.
• Dapat mengontrol emosi
Ia dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress dengan cara-cara yang positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak), dengan demikian ia selalu merasa nyaman dengan emosinya.
• Bersikap mandiri
Ia memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
• Berbahagia
Kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
• Berorientasi pada tujuan
Mampu merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
• Berorientasi keluar (ekstrovert)
Memiliki sifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
• Penerimaan sosial
Bersedia untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
2. Kepribadian yang tidak sehat
- Hiperaktif
- Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
- Mudah marah (tersinggung)
- Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
- Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
- Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
- Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
- Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
- Kebiasaan berbohong
- Senang mengkritik/mencemooh orang lain
- Pesimis dalam menghadapi kehidupan
- Sulit tidur
- Kurang memiliki rasa tanggung jawab
- Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
- Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar