Kamis, 18 Agustus 2022

Ubah Keterpurukan Jadi Kesuksesan



Dalam belitan hutang Rp 62 miliar, Heppy Trenggono bukannya mengencangkan ikat pinggang, ia justru membuat program berderma kepada sesama. Tak ayal keputusan ini menimbulkan perpecahan manajemen yang meruncing. Namun tanpa diduga, Ia akhirnya mampu melunasi hutang tersebut bahkan berhasil menghidupkan kembali usahanya yang sudah terpuruk.

Awalnya Heppy Trenggono adalah seorang profesional di bidang teknologi informasi (IT). Berbekal latar belakangnya tersebut, ia sempat menjadi salah satu karyawan di salah satu stasiun televisi swasta di Jakarta pada kurun 1992 dengan posisi yang cukup bagus.

Sebagai anak muda yang menyukai tantangan, Heppy merasa kariernya di dunia pertelevisian tersebut tidak bisa berkembang hingga ia pun mengambil keputusan yang berani yaitu berhenti dari pekerjaan dan memilih untuk berusaha sendiri.

Di tahun 1994, Heppy memulai usahanya di bidang jasa kontraktor kelapa sawit. Baginya bisnis ini bukanlah hal baru mengingat kakaknya juga berbisnis yang sama dan cukup sukses pada waktu itu sehingga ia pun semakin mantap menerjuni usaha tersebut. Bahkan sejak masih berstatus pegawai, ia sejatinya sudah merintis kecil-kecilan usaha kontraktor kelapa sawit ini meski tidak fokus mengerjakannya.

Perlahan tapi pasti usahanya berkembang hingga membuat Bank Niaga mau mengucurkan kredit untuk keperluan ekspansi usaha. Melalui kredit tersebut ia akhirnya bisa memiliki beberapa alat berat yang berguna demi mendukung roda usaha bisnisnya tesebut.

Sebuah badai pun mengancam perusahaannya di tahun 2004. Kala itu Bank Niaga menyatakan bahwa perusahaan kontraktor kelapa sawit ini pailit dan memiliki hutang sebesar Rp 63 miliar. Sejak saat itu kehidupannya pun berubah. Demi menutup utang tersebut ia sempat berpikir untuk menjual semua aset usahanya hingga habis tidak tersisa. Namun tetap tidak sanggup untuk menutup semua hutang-hutang tersebut sampai lunas.

Dalam kondisi yang terpuruk, Heppy mencoba terus berpikir keras bagaimana caranya supaya terlepas dari belitan hutang yang besar tersebut. Selain itu ia pun tetap harus memikirkan masa depan dirinya dan keluarganya setelah bisnisnya bangkrut.

Akhirnya dengan tabungan sebesar Rp 1 miliar ia mencoba bertahan sambil tetap membayar cicilan hutang kepada bank. Namun dalam situasi sulit, Heppy malah membuat keputusan yang kontroversi di lingkungan perusahaannya tersebut. Ia justru menyisihkan tabungan itu untuk berderma kepada mereka yang lebih membutuhkan.

Alasannya adalah dengan dana Rp 1 miliar pun tetap tidak akan cukup untuk menutup hutang. Ia merasa dengan keputusan berderma tersebut dirinya akan mendapatkan pengalaman hidup yang lebih bermakna dan bermanfaat. Hati menjadi lebih hidup dan terang karena memikirkan kepedulian terhadap sesama. Ia juga yakin dengan jalan ini maka pertolongan Tuhan akan segera hadir untuk menyelesaikan semua hutangnya itu.

Namun demikian, keputusan yang berisiko itu pada akhirnya menimbulkan konflik manajemen yang cukup panas hingga membuat beberapa orang memilih mengundurkan diri. Namun sekali lagi Heppy tetap tegar dan percaya bahwa jalan yang ditempuhnya ini benar dan lebih mendamaikan.

Seiring berjalannya waktu, Heppy mulai mencari-cari apa yang bisa dikembangkan demi masa depan tersebut. Ia pun mulai melihat bahwa satu-satunya jalan yang bisa membuat kehidupannya lebih baik adalah dengan menekuni usaha kelapa sawit. Pilihan untuk menekuni kelapa sawit tentu berdasarkan proses perenungan yang panjang dan matang serta kekuatan feeling sebagai seorang pebisnis.

Setidaknya ada tiga alasan kenapa ia harus menekuni bisnis kelapa sawit. Pertama karena sejak berbisnis jasa kontraktor ia secara langsung juga memahami seluk beluk industri kelapa sawit. Kedua adalah munculnya dorongan dari para kolega dan konsumennya agar terjun di industri tersebut sambil mencari investor yang mau mengembangkan bisnis kelapa sawit. Ketiga, dirinya sudah tidak bisa mengajukan kredit ke bank lain karena hutangnya belum lunas.

Berbekal pengalaman yang dimilikinya, Heppy lantas memulai usaha barunya itu di tahun 2006. Ia pun berhasil menggandeng beberapa investor untuk bekerja sama membuat proyek-proyek kelapa sawit. Sejak saat itu usahanya kian bertambah pesat. Bahkan usaha kontraktornya yang bangkrut berhasil dihidupkan kembali. Ia juga mengakuisisi perusahaan sebagai bagian dari strategi ekspansi usaha. Dengan aksi itu, Heppy menjual kembali sebagian saham sehingga mendapatkan keuntungan. Dari bisnis kelapa sawit ini Heppy mulai melunasi semua hutangnya di bank.

Sebenarnya apa yang menjadi kunci kesuksesan Heppy dalam membayar lunas hutangnya itu? Jawabnya adalah bukan pada kebijakan berbagi kepada sesama karena kebijakan itu hanyalah bagian kecil dari sebuah pemahaman baru yang didapat oleh Heppy dalam mengelola kehidupan barunya tersebut.

Sejatinya ia berhasil mengubah mindset untuk lebih mengikuti feelingnya dalam berbisnis ketimbang mengikuti pikiran dan nafsu berbisnisnya. Dengan mengikuti feelingnya itu ia akan mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh perusahaan dan juga kehidupan agar lebih bermakna dan bermanfaat bagi banyak orang. 

Keberhasilannya mengubah mindset tersebut membuat ia semakin peduli dengan para staffnya. Ia berusaha untuk membuat seseorang merasa nyaman dan tidak tertekan saat berinteraksi dengannya. Setelah berhasil membuat nyaman maka ia pun bisa mulai mengarahkan para staffnya untuk mencapai tujuan dan target perusahaan yang sudah ditetapkan.

Tidak berhenti sampai disitu, Heppy juga secara berkesinambungan terus menekankan betapa pentingnya tanggungjawab pekerjaan yang diemban oleh para staffnya tersebut. Ia pun selalu memberikan motivasi agar staffnya itu mau melakukan pekerjaan dengan hati dan penuh kesadaran.

Dan sejak mengembangkan metode tersebut, Heppy turut pula merasakan dampak positif. Ia menjadi lebih percaya diri, lebih tenang dalam menjalani hidup, dan tidak panik serta kuatir saat menghadapi tantangan yang muncul di hadapan. Ia selalu yakin bahwa setiap persoalan selalu ada jalan keluar asalkan seseorang tetap berada dalam keimanannya kepada Tuhan.

Hal ini sangat berbanding terbalik manakala ia masih memimpin usaha kontraktornya itu. Kala itu ia mudah tersulut emosi, buru-buru dalam mengambil keputusan, mudah tersinggung dan marah bila berinteraksi dengan orang lain. Ia pun sering merasa kalau usahanya hanya segini-gini aja tidak merasakan suatu kemajuan yang berarti.

Selain berdampak positif bagi perubahan sikap pada diri seorang Heppy, ternyata juga menimbulkan efek positif bagi para staffnya. Mereka menjadi lebih terbuka satu sama lain bahkan terbuka dengan persoalan-persoalan keluarga. Staff baru juga menjadi tidak merasa asing saat berada di lingkungan perusahaan dan lebih diterima sebagai bagian dari keluarga besar perusahaan.

Salah satu contohnya adalah pada saat salah seorang sopirnya harus pulang cepat, padahal saat itu Heppy memintanya untuk mengantar ke sebuah acara di malam hari. Dengan terus terang sang sopir berkata bahwa ia tidak bisa mengantarnya karena di rumah sedang ada pengajian dan mengumpulkan anak yatim. Heppy pun merasa tidak keberatan bahkan malah mengizinkan sopir tersebut untuk pulang ke rumah lebih awal dari biasanya.

Saat ini Heppy kian mantap menjalani kehidupannya yang semakin damai dan terarah. Perlahan ia juga sedang membangun karakter para staffnya tersebut dalam konsep-konsep yang bisa diterima seperti kerja keras, cara menjual dan menghargai satu sama lain.

Ia juga sedang menyiapkan pemimpin-pemimpin di level bawah di perusahaan. Tidak hanya itu saja, Heppy juga mengembangkan sikap entrepreneurship kepada para staffnya dengan menekankan pada kehidupan spiritual yang matang sehingga mereka memiliki bekal yang cukup untuk dibawa pulang di akhirat kelak. 

Terbelit hutang riba 600 juta, bagaimana mengatasinya?

Beberapa waktu yang lalu, seorang kawan bercerita mengenai kondisinya yang tengah terbelit hutang riba dengan total nilai sekitar 600 juta.

Akumulasi dari hutang kartu kredit, hutang KTA (kredit tanpa agunan) dan hutang dari sebuah BPRS dengan agunan rumah mertuanya. Dana hutang dipakai sebagiannya untuk modal usaha yang gagal dan sebagiannya untuk biaya hidup. Tiap hari dikejar-kejar debt collector untuk segera menyelesaikan hutang-hutangnya.

Kawan ini bercerita panjang lebar mengenai kondisinya dan menutupnya dengan satu pertanyaan penghabisan, “Bagaimana mengatasinya?” Mengelola usaha ODNV yang tidak jauh dari perihal pengelolaan keuangan memang membuat saya (dan kawan-kawan lain) menjadi tempat bertanya. Padahal seringkali kami juga belum berpengalaman mengenai hal yang ditanyakan dan kadang kami malah belum tahu jawabannya. So, bagaimana mengatasi belitan hutang riba 600 juta? Beristighfar dan bertaubat. Berhutang, meskipun diperbolehkan, bukanlah hal yang dianjurkan. Rasulullah mengajarkan doa agar kita terhindar dari hutang.

Riba adalah sesuatu yang diharamkan dalam Islam. Sehingga ketika kita terbelit dalam hutang riba, sudah sewajarnya kita memohon ampunan Allah dan bertaubat dengan tidak lagi berhutang riba dan berdoa agar segera lepas dari hal ini. Restrukturisasi hutang. Pindahkan hutang yang berbunga besar menjadi hutang berbunga kecil atau bahkan tidak berbunga alias non riba. Pindahkan menjadi hutang yang panjang waktu pelunasannya sehingga menjadi kecil cicilan perbulannya. Namun pastikan, kita bisa melunasi total hutang sebelum jangka waktu pelunasan tanpa ada denda.

Apakah bisa? Yakin bisa, tinggal dicoba. Mengusahakan penghasilan 2x lebih besar dari hutang. Ini bukan hal yang mudah, namun juga bukan hal yang tidak mungkin. Alih-alih hanya fokus memikirkan hutang dan cicilan, fokus terbesar kita sebaiknya kita curahkan pada langkah nyata mengusahakan penghasilan yang jumlahnya 2x lebih besar dari total hutang.

Fokus pada memperbesar pendapatan besar!

Sembari terus mengusahakan pendapatan yang besar, langkah awalan bisa menggunakan rumus ini: 50% penghasilan untuk melunasi hutang, 10% untuk zakat dan sedekah, 20% untuk investasi dan 20% untuk biaya pribadi dan keluarga. 

10% untuk zakat dan sedekah. Meskipun tengah dalam kondisi sempit, adalah hal yang baik jika kita tetap mengalokasikan dari rezeki kita seberapapun besarnya untuk berzakat dan bersedekah. Bisa jadi belum jatuh kewajiban zakat karena masih dalam kondisi terbelit hutang, namun kita ikhlaskanlah untuk berbagi. Mudah-mudahan Allah swt akan membagikan rezekinya lebih banyak lagi.

20% untuk investasi. Kita tetap perlu menyisihkan sebagian penghasilan kita untuk melakukan investasi. Alokasi ini bisa untuk menambah besar modal usaha kita dan yang lebih penting adalah untuk investasi pengetahuan dan memperluas jaringan pertemanan.

Pergunakan alokasi investasi untuk memperluas dan memperkuat jaringan pertemanan, temui orang-orang positif dan lebih berpengalaman untuk berbagi ilmu dan wawasan, baik dengan ikut seminar/pelatihan/komunitas atau yang lain. Bertemu dan berteman dengan orang-orang positif penting agar kita juga tetap positif dan bersemangat dan makin panjang akal.

20% untuk biaya pribadi dan keluarga. Alhamdulillah kawan ini beristrikan wanita shalihah yang ikhlas bersedekah seluruh penghasilannya untuk menafkahi keluarga. Jadi sang suami cukup fokus pada penghasilan untuk segera melunasi hutang-hutangnya.

Namun tetap penting untuk mengalokasikan sebagian pendapatan untuk pribadi dan keluarga agar kita tetap bersemangat merengkuh hidup karena tahu bahwa yang kita usahakan bukan hanya untuk melunasi hutang, namun juga masih bisa berbagi dengan orang-orang yang kita cintai. (Sumber: http://bebashutangriba.blogspot.co.id)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar