Kamis, 04 Agustus 2022

Gejala dan Pengobatan Hidramnion (Air Ketuban Berlebih)





Gejala

Gejala utama yang menyertai hidramnion terjadi semata-mata akibat faktor mekanis dan terutama disebabkan oleh tekanan di dalam dan di sekitar uterus yang mengalami overdistensi terhadap organ-organ di dekatnya. Apabila peregangannya berlebih, ibu dapat mengalami dispnea, dan pada kasus ekstrim, mungkin hanya dapat bernafas apabila dalam posisi tegak. Sering terjadi edema akibat penekanan sistem vena besar oleh uterus yang sangat besar, terutama di ekstremitas bawah, vulva, dan dinding abdomen. Walaupun jarang, dapat terjadi oliguria berat akibat obstruksi ureter oleh uterus yang sangat besar.

Pada hidramnion kronik, penimbunan cairan berlangsung secara berhadap dan wanita yang bersangkutan mungkin mentoleransi distensi abdomen yang berlebihan tanpa banyak mengalami rasa tidak nyaman. Namun, pada hidramnion akut, distensi dapat menyebabkan gangguan yang cukup serius dan mengancam. Hidramnion akut cenderung muncul pada kehamilan dini dibandingkan dengan bentuk kronik, pada minggu ke 16 sampai 20, dan dapat dengan cepat membesar uterus yang hipertonik sehingga ukurannya menjadi sangat besar. 

Biasanya hidroamnion akut menyebabkan persalinan sebelum usia gestasi 28 minggu, atau gejala dapat menjadi sedemikian parah sehingga harus dilakukan intervensi. Pada sebagian kasus hidramnion kronik, beberapa pada hidramnion akut, tekanan air ketuban tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan pada kehamilan normal. Beberapa gejala yang dirasakan oleh ibu hamil yang menderita hidramnion adalah sebagai berikut :

  • Susah bernafas, berdebar-debar, dan bengkak pada kaki.
  • Tinggi rahim melebihi usia kehamilan
  • Bagian-bagian janin sulit diraba dari luar.
  • Rasa nyeri pada ulu hati dan perut
  • Sering mual dan muntah
  • Perut terasa lebih berat dari biasanya

Untuk mendeteksi adanya hidramnion, dapat dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :

1. Inspeksi

Perut ibu tampak lebih besar, tegang, mengkilat dan tampak retak-retak, bila tidur telentang, perut tampak melebar ke samping, Ibu terlihat sesak serta terlihat susah membawa kandungannya, tampak edema pada vulva.

2. Palpasi

Perut teraba tegang serta terjadi edema pada dinding perut dan tungkai, fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya, bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan, karena bebasnya janin bergerak, maka dapat terjadi perubahan posisi/letak janin.

3. Auskultasi : DJJ suka didengar.

Pengobatan

Hidramnion ringan jarang memerlukan terapi. Bahkan yang derajat sedang dengan sedikit gangguan biasanya dapat ditangani tanpa intervensi sampai terjadi persalinan atau sampai selaput ketuban pecah spontan. Apabila terjadi dispnea atau nyeri abdomen, atau apabila rawat jalan sulit, pasien perlu dirawat inap. Tirah baring jarang berpengaruh, dan pemberian diuretika serta pembatasan air dan garam juga biasanya kurang efektif. Baru-baru ini diakukan terapi indometasin untuk hidramnion simtopatik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar