Senin, 01 Agustus 2022

Gambaran Alam Kubur Dari Hari Pertama sampai Tahun Ke 2





Di alam setelah kehidupan yaitu alam kubur, banyak kejadian yang dialami oleh si mayit. Tentunya hal ini tidak bisa dilepaskan dari amalnya selama hidup di dunia. Seandainya orang yang telah mati bisa menuliskan kejadian yang terjadi sejak ia meninggalkan dunia, maka akan berlembar-lembar ia menulis kejadian setiap hari yang dialaminya dalam kubur dan di alam akhirat. 

Bagaimana ia sedih luar biasa meninggalkan  orang-orang yang dicintainya, bagaimana ia sangat menyesal tidak mempersiapkan bekal menghadapi kematiannya, bagaimana ia didatangi malaikat dalam kuburnya lantas ditanyai tentang apa yang telah ia lakukan selama di dunia. Dan itu ia menunggu berhari-hari, bertahun-tahun bahkan ada yang sampai berjuta-juta tahun sampai hari kiamat tiba untuk dikumpulkan semuanya di padang mahsyar. Belum lagi bila ia mendapatkan siksa dan azab di dalam kuburnya. Betapa sangat mengerikan kisahnya.

A. Hari pertama di alam kubur

Di dalam kitab Daqaiq al-akbar diceritakan mengenai keadaan mayit di alam kubur pada hari pertama ini. 

“Diriwayatkan dari Abdullah bin Salam, sebelum mayit bertemu dengan Munkar dan Nakir, mayit didatangi oleh malaikat bernama Rauman yang wajahnya bersinar bagaikan matahari. Rauman mendatangi mayit dan duduk lalu berkata, “Tulislah apa yang telah engkau lakukan, baik dan jelek.” Mayit berkata, “Dengan apa aku menulis, mana pena dan tintaku?” Rauman lalu berkata, “Ludahmu adalah tintamu dan jari-jarimu adalah penamu.” Mayit berkata, “Pada apa aku menulis, sedangkan aku tidak mempunyai lampiran.” Malaikat kemudian memotong kain kafan dan memberikannya pada mayit, ia berkata, “Ini lampiranmu, maka tulislah.” Maka mayit menulis amalnya yang baik, ketika sampai pada amalnya yang jelek ia malu kepada malaikat tersebut. 

Malaikat langsung berkata, “Wahai orang yang salah, kenapa kamu tidak malu kepada Dzat yang menciptakan kamu ketika kamu melakukannya di dunia dan sekarang kamu malu padaku?” Malaikat kemudian mengangkat batang kayu lalu memukulnya, mayit berkata, “Bangkitkan aku sehingga aku menulisnya.” 

Kemudian ia menulis semua amal baik dan jeleknya. Malaikat Rauman lalu menyuruhnya agar melipat dan mengecapnya, kemudian mayit itu melipatnya dan berkata, “Dengan apa aku mengecapnya, sedangkan aku tidak punya cap?” Malaikat berkata, “Caplah dengan kukumu.” Maka ia mengecapnya dengan kukunya dan menggantungkannya di lehernya sampai hari kiamat.”

Sungguh beruntunglah bagi mereka yang selama hidup di dunia senantiasa mengingat Allah dalam setiap aktifitasnya. Ketika hendak berbuat maksiat maka ia bersegera beristighfar dan kemudian kembali mengingat Allah. 

B. Hari ketiga, kelima dan ketujuh

Setelah keluar dari jasadnya selama tiga hari, maka ruh tersebut kemudian berkata, “Wahai Tuhanku, izinkan aku sehingga aku berjalan dan melihat jasadku yang dulu aku berada di dalamnya.” Kemudian Allah swt memberikan izin, sehingga ia mendatangi kuburnya dan melihat keadaannya dari kejauhan, kemudian dia menyaksikan darah yang mengalir dari lubang hidung dan mulutnya. Iapun lalu menangis lama sekali, kemudian ia berkata, “Celakalah wahai badanku yang miskin. Wahai kekasihku, apakah engkau masih ingat saat-saat kehidupanmu. Ini adalah tempat bala bencana, kesempitan, kesusahan dan penyesalan.”

Lantas pada saat melewati hari kelima, ruh berkata, “Wahai Tuhanku, izinkanlah aku melihat jasadku.” Kemudian Allah swt mengizinkannya dan kemudian ia mendatangi kubur dan melihat jasadnya dari jauh. Maka iapun kemudian melihat nanah yang keluar dari lubang hidung dan mulut serta kedua telinganya. Kemudian iapun menangis lagi. Lalu ia berkata, “Wahai jasadku yang miskin, apakah engkau masih ingat hari-hari kehidupanmu ini adalah tempat duka cita, kesusahan, cobaan, tempat ular dan kalajengking. Sungguh ular telah memakan dagingmu, mengoyak kulitmu dan anggota tubuhmu.”

Pada hari ketujuh ia juga berkata, “Wahai Tuhanku, izinkanlah aku sehingga aku melihat jasadku. Kemudian Allah swt memberikan izin sehingga ia mendatangi kuburnya. Ia melihat jasadnya dari kejauhan yang sudah dihinggapi banyak ulat. Kemudian ia menangis sekencang-kencangnya, kemudian ia berkata, “Wahai jasadku, apakah engkau ingat hari-hari kehidupanmu, dimanakah anak-anakmu, keluargamu, istrimu, saudaramu, sahabatmu, teman-temanmu, tetanggamu yang mereka ridha menemanimu pada hari ini,  yang mereka menangisi jasad untukku dan untukmu.

Seperti itulah kejadian yang menimpa si mayit ketika berada di dalam kuburnya pada hari ketiga, kelima dan ketujuh. Benar-benar tiada yang kuasa menyelamatkan kondisi tersebut selain amal shalih kita selama hidup di dunia. 

Terkadang kita merasa hidup di dunia sangat lama, padahal dibandingkan dengan kehidupan akhirat tidak ada apa-apanya. Hanya sekejap saja kita hidup di dunia. Oleh karena itu, demi membaca kisah di atas, sudah cukupkah bekal kita menghadapi hari-hari di alam barzakh? Apa yang telah kita siapkan untuk menghadapi setiap kejadian di alam kubur nantinya? 

C. Sebulan, setahun dan dua tahun

Gambaran kondisi mayit setelah sebulan, setahun dan dua tahun diceritakan dalam  kitab Daqaiq al-Akhbar pada kisah berikut ini :

“Dan diriwayatkan dari Abi Hurairah ra ketika seorang mukmin meninggal maka ruhnya mengitari sekitar rumahnya selama satu bulan, kemudian ia melihat harta yang ditinggalkannya, bagaimana harta tersebut dibagikan atau bagaimana dilunasi hutang-hutangnya. Kemudian ketika sempurna satu bulan, maka kembalilah ruhnya ke dalam kuburnya. Kemudian ia berputar setelah itu sehingga sempurnalah satu tahun. Kemudian ia berputar lagi, sehingga ia melihat siapakah yang mendoakannya, siapa yang merasa susah kepadanya, maka ketika sempurna putarannya maka ruhnya kembali hingga masa seluruh ruh dikumpulkan di hari kiamat.”

Berdasarkan kisah tersebut kita jadi tahu bahwa ketika ruh telah berpisah dengan jasad, maka dalam masa-masa tertentu sepeninggal si mayit, ruh tersebut akan mengawasi keadaan yang sedang terjadi di tempat tinggal semula. Ia akan merasa bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya menjaga harta dan seluruh yang ditinggalkannya dengan baik serta mendoakan untuk kebaikannya.

Ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua bahwa betapa berharganya setiap detik hidup di dunia. Waktu yang telah kita lewati sedetik,  sejam bahkan sehari yang lalu takkan pernah terulang lagi. Ketika kita terlahir ke dunia, orang-orang di sekitar kita tersenyum bahagia, maka jadikan ketika kita meninggal mereka menangis karena sedih telah ditinggalkan oleh orang yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar