Jumat, 01 Juli 2022

Rasulullah Membuat Tugas Istri Semakin Mudah


Meskipun Rasulullah saw adalah seorang nabi utusan Allah, juga sebagai pemimpin kaum muslimin, namun layaknya seorang suami dan ayah dari anak-anaknya, beliau juga melakukan aktivitas rutin di rumah tangga. Kita ketahui bahwa rumah adalah cerminan tempat tinggal yang menggambarkan bagusnya akhlak penghuninya, kesempurnaan peradabannya, kebaikan pergaulannya, dan keseluruhan pribadinya.

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya: “Apakah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam rumah?” Ia radhiyallahu ‘anha menjawab: “Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau sendiri.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Itu dia contoh sebuah ketawadhuan dan sikap rendah hati (tidak takabur) serta tidak memberatkan orang lain. Beliau turut mengerjakan dan membantu pekerjaan rumah tangga. Seorang hamba Allah yang terpilih tidaklah segan atau gengsi mengerjakan hal itu semua.

Sangat sederhana dan kebapakan. Padahal kita tahu, Muhammad saw itu adalah kekasih Allah swt yang memiliki alam semesta ini. Ketika Muhammad belum lahir saja, Allah swt sudah menyebut-nyebut namanya di depan Nabi Adam as. Bahkan Allah swt dan para malaikat bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. Subhanallah, sebuah tanda yang sangat istimewa bagi manusia yang bernama Muhammad saw. Manusia yang ditinggal wafat ayahnya ketika ia masih dalam kandungan, dan ditinggal selama-lamanya oleh sang ibunda manakala ia masih berusia enam tahun.

Inilah profil ketawadhuan dan kerendahhatian Muhammad saw. Tidak sombong dan tidak sewenang-wenang terhadap orang lain. Beliau aktif mengerjakan sendiri pekerjaan dan membantu keluarga dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pekerjaan menjahit bajunya yang robek, menyapu, mencuci pakaian. Itulah pekerjaan yang nyatanya Beliau lakukan sendiri di rumah guna membantu sang istri, Aisyah ra.

Meskipun Muhammad saw bisa mendapatkan apa saja yang ia mau, tapi kerap kali di rumahnya tidak ada makanan yang cukup untuk dimakan sekeluarga. An-Nu’man bin Basyir menceritakan keadaan Rasul, “Sungguh saya telah melihat bagaimana Rasulullah tidak menemukan daqal (kurma yang jelek untuk makanan hari itu.” (HR. Muslim)

Aisyah ra pernah meriwayatkan, “Kami sekeluarga Muhammad sudah biasa tidak menghidupkan perapian selama sebulan. Kami hanya makan dari aswadaani, yaitu kurma dan air.” (HR. Bukhari)

Tapi hal itu tidak menjadikan Beliau malas apalagi berhenti dari bersyukur dan berzikir. Beliau merasa bahwa dunia hanya ada di genggamannya bukan di hatinya. Apalah artinya dunia. Ketika azan sudah berkumandang, Rasulullah saw segera bergegas ke masjid sebagai imam. Aswad bin Yazid berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah, apa yang dikerjakan Nabi di rumahnya?” Aisyah menjawab, “Beliau sibuk dengan pekerjaan keluarganya, tetapi bila mendengar azan, beliau segera keluar rumah.” (HR. Muslim)

Selain mengerjakan pekerjaan rumah untuk keluarganya, Beliau selalu menghiasi rumahnya dengan bacaan Qur’an. Kita tahu bahwa kemerduan suara Nabi saw dalam membaca Qur’an membuat orang kafir rindu akan suara bacaannya tersebut. Beliau mengingatkan kita, “Terangilah rumahmu dengan bacaan Al-Qur’an dan shalat sunnah.” (HR. Bukhari)

Begitu sekelumit kegiatan Rasulullah saw di rumah yang penuh tanggung jawab dan kesederhanaan meskipun Beliau adalah seorang manusia teragung sepanjang usia bumi. Tidak ada yang pantas sombong di dunia ini sebagai manusia kecuali Muhammad saw. Akan tetapi, keistimewaannya tersebut tidak menjadikannya manusia yang angkuh karena Muhammad adalah manusia hebat yang sangat terkenal di muka bumi dan di langit. Tapi, Beliau saw justru memberikan teladan kepada umat manusia untuk berlaku lembut dan bertanggung jawab terhadap kehidupan dalam keluarganya.

Kini, sudahkah kita meneladani kehidupan Rasulullah dalam rumah tangga? Jika belum, jadikanlah Beliau saw sebagai panutan dalam kehidupan berumah tangga. Niscaya istri dan anak Anda akan merasa nyaman karena Anda sudah mempraktikkan kehidupan Nabi saw dalam kehidupan nyata sekarang, bukan hanya membaca hadits atau sejarah Nabi saw saja. “Dan pada diri Rasulullah itu terdapat teladan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Melihat hadits paling atas tersebut, menjadi renungan bagi suami-istri dalam menjalankan kehidupan rumah tangga, Salah satu hal yang sering menjadi sumber konflik adalah pekerjaan rumah tangga, bagi ibu rumah tangga yang suaminya bekerja ataupun suami-istri yang masing-masing berkarir untuk kebutuhan hidup.

Di zaman ini, kebanyakan suami seolah-olah enggan untuk membantu istrinya dalam pekerjaan rumah tangga seperti mencuci baju, piring, mengepel lantai, menyapu atau perkejaan lainnya. Hal ini mungkin bisa dimaklumi seandainya istrinya seorang ibu rumah tangga dan melakukan segala kegiatan di rumah, dan semua pekerjaan rumah bisa diurus dengan baik oleh istri.

Tapi tidak berarti jika istri tidak bekerja tau hanya ibu rumah tangga lalu suami tak mau/tak perlu membantu atau merasa urusan rumah tangga bukanlah urusannya. Pasalnya para pria atau suami biasanya menganggap pekerjaan rumah tangga adalah urusan perempuan/istri dan bukan menjadi tanggungjawab atau kewajiban suami.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar