Selasa, 05 Juli 2022

Hidup Terpuruk karena Riba



Berikut kisah nyata dari seorang pengusaha yang terjerat riba. Semoga bisa kita ambil hikmahnya. Dahulu ia seorang yang kaya, pendapatan bersih perbulan dari usahanya naik turun di angka 50 juta, pernah beberapa kali mencapai 100 juta! Umurnya masih muda sekitar 40 tahun, shalatnya selalu di awal waktu, ia sebisa mungkin berjamaah, tapi kalaupun tidak ia berusaha di awal waktu, shalat malam dan dhuhanya rutin, sangat berbakti kepada orang tua, istrinya cantik berjilbab dan umurnya jauh dibawahnya. Oh ya hampir lupa, sedekah itu nafas baginya, ia sangat ringan tangan. Pernah seorang temannya curhat terlilit hutang 10 juta, saat itu juga ia kasih. Ia juga pernah meminjami temannya uang dalam jumlah besar, 100 juta dan 250 juta, semuanya hanya lisan saja, tidak ada kuitansi atau materai apalagi notaris. Ia sepertinya sudah mendapatkan segalanya dari dunia dan akheratnya.

Beberapa bulan yang lalu ia bercerita bahwa semuanya telah hancur! Usahanya bangkrut, uangnya habis, ia pun bercerai dengan istrinya, ia kembali ke rumah orang tuanya, memulai semuanya dari nol. Tahukah apa gerangan penyebabnya?

Orang lain dan tetangganya atau teman dia yang lain mungkin akan kesulitan melihat kelemahan teman saya tadi. Sayapun begitu, hingga kemudian ia bercerita bahwa di masa puncak kejayaannya ia tergiur untuk membeli property (rumah dan ruko di kota tempat ia tinggal di salah satu kota di Kalimantan). Akhirnya ia panggil kepala sebuah bank di kotanya demi mengajukan proposal pembelian ruko. Oh ya, dia cerita bahwa ia sering sekali didatangi bukan saja oleh marketing bank, bahkan kepala kantor bank-nya langsung yang datang ke rumahnya menawarkan kredit hingga puluhan milyar.

Nah, dia cerita bahwa dia membeli ruko seharga 800 juta dengan uang bank senilai 1,2M. Sisa 400 juta ia gunakan untuk piknik bersama keluarga ke negara-negara Timur Tengah; Mesir, Turki dan lain-lain. Dari hutang tersebut, ia wajib membayar cicilan sebesar 30 juta/bulan selama 5 tahun. Saya tidak tahu cicilannya yang lain.

Bisnis tidak selamanya di atas, kadang baik kadang jatuh. Bisnis yang sedang sepi tidak begitu berdampak jika ia tidak terlibat peminjaman dana di bank, karena risiko gagal bayar adalah disitanya agunan yang dijaminankan. Di tengah usahanya, ada kejadian-kejadian yang berhubungan dengan keluarganya. Yang dengannya membuat limbung usahanya hingga sampailah ia pada kondisi saat ini. (Sumber: http://doadankajianislami.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar