Minggu, 27 Maret 2022

Kriteria Jodohmu Tak Perlu Sampai Mirip Ibu



Ada satu hal yang menarik tentang jodoh. Urusan jodoh ini seringkali dikaitkan dengan kemiripan wajah. Padahal, tidak ada satu pun data yang bisa disebutkan untuk membuktikan kebenaran dari asumsi keliru ini. Dan tidak ada satu pun riwayat hadits, bahkan yang paling dhaif atau yang palsu sekalipun, yang mendasari kepercayaan seperti ini.

Maka dalam pandangan Islam, kepercayaan ini jauh dari kebenaran ilmiah, apalagi pengakuan syari’ah. 

Ada mitos yang mengatakan bahwa pasangan yang berjodoh akan punya wajah yang mirip. Tidak sedikit dari kita yang juga beranggapan begitu. Karena dari beberapa orang yang sering kita lihat, pasangan yang sudah menikah dan hidup lama, mereka punya wajah yang mirip satu sama lain. Bahkan bukan hanya satu pasangan yang punya wajah mirip.

Ternyata ada seorang peneliti yang tertarik meneliti kebenaran mitos itu. Adalah Robert Zajonc, seorang psikolog dari University of Michigan. Zajonc meneliti foto-foto pasangan yang telah berhubungan selama 25 tahun lamanya. Hasilnya, masing-masing pasangan itu ternyata punya kemiripan wajah. 

Zajonc juga menemukan bahwa dari pasangan-pasangan yang hidup bersama lebih dari 20 tahun, memiliki mimik wajah dan ekspresi yang semakin mirip. Tapi ternyata, kemiripan itu disebabkan oleh interaksi dan komunikasi yang intens antara pasangan itu selama mereka hidup bersama.

Hal ini karena semakin lama hidup bersama, artinya semakin sering mereka berinteraksi, maka mereka semakin memahami satu sama lain. Dan kemungkinan untuk saling mengikuti kebiasaan pasangannya, termasuk berekspresi, akan semakin besar. Lama-kelamaan bisa saja bentuk ekspresi yang terbiasa itu membentuk guratan-guratan wajah yang mirip.

Di dalam Islam, yang namanya jodoh atau pasangan sudah diatur oleh Allah swt. Dalam pencarian ini, tak perlulah kita sampai pusing tujuh keliling mencari calon yang wajahnya mirip dengan kita atau mirip dengan ibu kita. Islam itu memudahkan, bukan mempersulit. Jika kita keliling dunia mencari orang yang wajahnya mirip dengan ibu kita, bisa jadi sampai kita tua tak akan pernah menemukannya. Kalaupun menemukan, mungkin sudah jadi milik orang. Masa iya mau kita rebut. 

Kecocokan antara kedua calon suami istri dimulai dari proses ta’aruf atau saling kenal. Yang perlu dikenal tentu saja bukan hanya dari penampilan fisik saja, tetapi termasuk juga sifat, karakter, hobi, kebiasaan, cara pandang, minat, dan beragam sisi lainnya.

Semua bisa dicari titik temunya dan momentumnya adalah ta’aruf, bukan pacaran. Sebab terkadang orang menganggap yang namanya pacaran itu adalah masa untuk penyesuaian diri dan penjajakan. Padahal pacaran itu justru menyesatkan. Sebab sebagian besar orang berpacaran malah memanfaatkannya untuk berzina.

Yang dibenarkan Islam adalah ta’aruf, karena konsepnya adalah saling mempelajari, saling meneliti, saling mencari tahu dan saling melakukan keterbukaan. Dari sanalah kita akan dapat hasil bahwa kemungkinan akan menjadi pasangan yang cocok atau tidak.

Penelitian oleh psikolog R. Christ Fraley dari University of Illionis menemukan bahwa orang memiliki kecenderungan bawaan untuk tertarik pada seseorang yang mirip dengan mereka, karena mereka menginginkan apa yang tidak asing bagi mereka. Pasti kita akan merasa nyaman dengan sesuatu yang memiliki kemiripan dengan diri kita.

Alasan kesamaan genetik yang diwakilkan dengan kesamaan fisik, membuat pasangan memiliki potensi untuk menikah. Wajah dan tubuh yang simetris secara tidak sadar menjadi aspek penting dalam mencari pasangan.

Dalam penelitian lain yang dilakukan di University of Liverpool tahun 2006, ditemukan bahwa kemiripan DNA-lah yang membuat pasangan menemukan jodohnya. Mungkin secara fisik mereka tidak mirip, tetapi mereka punya banyak kesamaan hal yang dilakukan (konsepnya sama seperti anak kembar).

Genetik yang sama akan menghasilkan hobi atau selera yang juga sama. Dalam Al Qur'an, Allah sudah sangat jelas menginformasikan bahwa dua insan manusia yang berjodoh kemudian menikah itu mempunyai kesamaan-kesamaan secara kepribadian yang akhirnya menjadi karakter. 

Sebagaimana dalam surah An Nuur ayat 26: 

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” 

Nah, ternyata bukan masalah wajah yang mirip saja. Al Qur’an telah memberikan indikasi bahwa seseorang itu akan berjodoh dengan yang memiliki kesamaan karakter, yakni… laki-laki baik untuk perempuan baik, dan laki-laki keji untuk perempuan keji.

Kalau ternyata ada pasangan suami istri yang salah satunya baik, tapi yang lainnya keji, bisa jadi itu adalah ujian. Karena Allah mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya.

Jadi sudah jelas bahwa wajah mirip saja tidak menjamin kita berjodoh dengan seseorang. Jadi, daripada kita pusing mencari orang yang wajahnya mirip kita atau keluarga kita, lebih baik perbaiki akhlak saja agar kelak mendapat jodoh yang baik.

Tak perlu sampai harus mirip ibu, pintar masak seperti ibu, bisa memijit seperti ibu, seperti ibu, ibu dan ibu. Sampai kiamat tak akan dapat yang sama dengan ibu kita. Samanya mungkin hanya satu, sama jenis kelaminnya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar