Senin, 17 Januari 2022

Resiko Wanita Hamil Usia Diatas 35 Tahun




Berbagai pertanyaan yang berkecamuk tentu selalu menghantui dalam pikiran pada seorang ibu yang sedang menghadapi kehamilan dengan usia di atas 35 tahun. Sekarang ini, banyak sekali pasangan yang memutuskan untuk menikah dan memiliki anak pada usia 35 tahun atau lebih, terutama di kota0kota besar. Jumlahnya juga cenderung meningkat pada tahun ke tahun.


Survei di Amerika Serikat pada tahun 2006 menunjukkan, jumlah persalinan pada wanita berusia 35 - 39 tahun meningkat sekiatr 60% dibandingkan dengan tahun 1998. Peningkatan yang hampir sama terjadi pada wanita dengan rentan usia 40 - 44 tahun, yakni sekitar 50%. Beragam sekali alasan yang dikemukakan dalam menunda menikah atau menunda memiliki anak. Namin yang paling sering dalam menjadi alasan karena merasa belum siap secara finansial, sehingga pasangan-pasangan muda itu memutuskan untuk menunda menikah dan memiliki anak sampai tabungan mereka dirasa cukup. Sibuk dalam meniti karier juga kerap dikemukakan sebagai alasan sehingga tanpa terasa waktu berjalan dengan cepat.

Bila Anda sudah hidup di dunia ini selama lebih dari 35 tahun, tentu Anda tahu bahwa tidak ada hal yang tanpa resiko. Begitupula dengan kehamilan, pada usia berapapun memiliki resiko. Usia yang paling aman pada wanita untuk hamil dan melahirkan adalah sekitar 20 - 30 tahun. Pada usia ini wanita dalam keadaan optimal dengan kata lain resiko angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) ibu dan bayi yang terjadi akibat kehamilan dan persalinan dalam kelompok usia tersebut paling rendah dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Resiko ini akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur.

A. Penyebab Resiko Tinggi

  • Bertambahnya Usia
Bertambahnya usia pada wanita sangat berpengaruh terhadap jumlah sel telur yang belum dikeluarkan dari ovarium atau indung telur. Saat pubertas seorang wanita akan memiliki sekitar 400 ribu sel telur. Telur-telur ini akan dilepaskan satu demi satu setiap bulan bersama dengan siklus menstruasi (ovulasi) dan siap untuk dibuahi.

  • Jumlah Sel Telur yang Tinggal Sedikit
Selain telur-telur yang telah dilepas tersebut, terdapat pula puluhan sel telur yang setiap bulan mengalami kematian alamiah karena gagal untuk dilepaskan dari indung telur, sehingga telur yang terbaiklah yang dilepaskan sedangkan telur yang tidak sempurna akan tetap tinggal dan mati. Oleh karena itu, ketika wanita mengalami menopause di usia 50 - 55 tahun, maka hanya terdapat beberapa ribu sel telur berusia tua saja yang masih tinggal di indung telur. Itu sebabnya, wanita yang menjelang menopause kesulitan mengalami ovulasi. Sel-sel yang sudah tua itu mengalami penurunan kemampuan untuk dibuahi dan kehilangan kemampuan untuk menghasilkan hormon, terutama estrogen dan progesteron.

  • Semakin Menurunnya Kemampuan Rahim Untuk Menerima Embrio atau Bakal Janin.
Selain jumlah sel telur yang tinggal sedikit, faktor usia (di atas 35 tahun) juga berpengaruh terhadap kemampuan rahim untuk menerima bakal janin atau embrio. Dalam hal ini, kemampuan rahim untuk menerima janin, menurun. Faktor penuaan juga akan menyebabkan embrio yang dihasikan oleh wanita di atas 35 tahun terkadang mengalami kesulitan untuk melekat di lapisan lendir rahim atau endometrium. Ini dapat meningkatkan kejadian keguguran
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh U.SCenters for Diseas Control dan Prevention (CDC) pada tahun 2006 menyatakan adanya kenaikan resiko kematian saat persalinan, hampir tiga kali lipat pada wanita yang melahirkan lebih dari usia 35 tahun. Penyebabnya antara lain pendarahan, emboli darah adalah sumbatan yang berasal dari percahan trombus atau bekuan darah dalam sistem pembuluh darah jantung.


B. Resiko yang Harus Diwaspadai pada Kehamilan Di Atas 35 Tahun

Pada kehamilan di usia 35 tahun ke atas perlu diwaspadai meningkatnya resiko sebagai berikut:

Resiko Ibu

  1. Pendarahan, yang dapat membahayakan ibu dan bayinya.
  2. Bayi dilahirkan secara cesar.
  3. Gangguan fungsi dan kerja organ - organ pada ibu.
  4. Hipertensi esensial dan hipertensi dalam kehamilan meningkat 2 - 4 kali lipat.
  5. Obesitas (kegemukan) sebelum dan selama kehamilan akan meningkat setelah usia 35 tahun. Obesitas akan menambahkan resiko hipertensi dan diabetes melitus.
  6. Pendarahan postpatrum atau pendarahan setelah melahirkan, misalnya yang disebabkan oleh letak plasenta yang menutup jalan lahir (plasenta previa). Resiko plasenta previa meningkat dua kali lipat pada usia 30 - 39 tahun dan meningkat tiga kali lipat pada usia 40 tahun. Pendarahan ini juga disebabkan oleh karena fungsi saluran reproduksi yang sudah menurun.
  7. Persalinan preterm dengan tindakan akan meningkat 2-4 kali lipat. Tindakan lainnya seperti induksi persalinan dan persalinan dengan tang (froseps) juga meningkat.
  8. Kehamilan di luar rahim atau kehamilan ektopik meningkat 2-4 kali lipat.
  9. Diabetes mellitus akibat kehamilan atau lebih dikenal dengan istilah diabetes gestasional dapat meningkat 2-5 kali lipat. Lakukan pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya diabetes gestational atau diabetes yang terjadi hanya pada ibu-ibu hamil akibat dari perubahyan hormon selama kehamilan yang membuat masa kerja insulin berhenti. Gejala dari diabetes gestational adalah penurunan berat badan dengan alasan tidak jelas, mata kabur, kesemutan, gatal-gatal pada daerah kewanitaan. Bayi yang dilahirkan akan mengalami obesitas. Pendarahan yang terjadi pasca melahirkan bisa mengancam nyawa ibu.
  10. Hipertensi (pre eklamasi). Hal lain yang perlu diwaspadai pada kehamilan di usia 35 tahun ke atas adalah terjadinya pre-eklamsia. Gejala awalnya adalah tekanan darah yang meningkat secara drastis lebih dari 140/90 mmHg, rin menggunakan protein, terjadi pembengkakan pada pergelangan kaki, tangan dan wajah. Bila terdiagnosis pre-eklamsia harus diperiksa juga fungsi organ-organ tubuh yang lain seperti ginjal, jantung, paru, mata, otak dan sistem syaraf.
Resiko bagi Bayi :


  • Cacat bawaan, baik yang disebabkan oleh kelainan kromosom atau bukan. Kelainan kromosom yang paling sering dijumpai adalah Down Sindrom (yang berciri khas berbagai tingkat keterbelakangan mental, ciri wajah tertentu, berkurangnya tonus otot dan kadang kala kesehatan lainnya). 
Ada resiko kelainan kromososm akan meningkat menurut usia ibu hamil, yaitu ;
- Usia 25 tahun: 1 di antara 1.200 - 1.250 kehamilan.
- Usia 30 tahun: 1 di antara 1.000 kehamilan.
- Usia 35 tahun: 1 di antara  400 kehamilan.
- Usia 40 tahun: 1 di antara 100 kehamilan. 
- Usia 45 tahun: 1 di anatara 30 kehamilan.
- Usia 49 tahun: 1 di antara 10 kehamilan.
Diperkirakan 25% dari kasus Down Sindrom berhubungan dengan cacat pada sperma ayah. Dengan mengingat bahwa ayah juga turut andil dalam terjadinya pembuahan, dimana calon sperma dari ayah yang berusia baya sudah lama terkena pengaruh bahaya lingkungan dan mungkin juga mengandung gen atau kromososm yang telah berubah atau rusak. Dengan makin meningkatnya usia ayah, maka kualitas dari sperma juga sudah makin menurun.
  • Keguguran.
Resiko terjadinya keguguran akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia ibu hamil yang disebabkan penurunan kemampuan rahim untuk menerima janin :
  1. Usia 20 - 29 tahun : 10 %
  2. Usia 35 - 39 tahun : 20 % 
  3. Uaia 40 - 44 tahun : 50 %
  4. Usia di atas 48 tahun : 84 %
  •  Kelahiran prematur, meningkat sekitar 40 % pada ibu di atas 40 tahun.
  • Persalinan bayi besar (lebih dari 4.000 gram)
  • Persalinan bayi kecil (kurang dari 2.500 gram)
  • Kelainan sindroma down pada janin karena kelainan kombinasi dari retardasi mental dan abnormalitas bentuk fisik yang disebabkan oleh kelainan kromosom.
Kelainan kromosom sendiri diperkirakan terjadi karena sel telur sudah berusia lanjut, terkena radiasi, pengaruh obat-obatan, infeksi dan lain sebagainya. Kelainan ini dapat dideteksi lewat screening darah dan USG. Lakukan pemeriksaan amniocentesis terutama bila hamil anak pertama. Pemeriksaan amniocentesis dilakukan dengan jalan mengambil cairan ketuban pada usia kehamilan 16 – 20 bulan.
  • Infeksi.
Dapat terjadi setiap saat dan harus segera diobati dengan antibiotika yang dianjurkan oleh dokter. Adanya infeksi pada kandungan dapat mengancam kehamilan Anda. Keluhan nyeri pada saat buang air kecil atau demam selama masa kehamilan harus segera diperiksa ke dokter.
  • iKanker.
Pada awal kehamilan, Pap smear dapat dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kanker. Bila hasilnya positif maka perlu dilakukan upaya untuk menekan pertumbuhan sel kanker karena hal tersebut dapat mengganggu proses normal kehamilan.
  • Pemeriksaan pap smear hanya berfungsi sebagai pendeteksi adanya sel-sel pre kanker. Pengobatannya mengunakan bantuan laser tetapi pada kebanyakan kasus, hal ini dapat ditunda sampai bayi lahir.
  • Pada masa kehamilan, ukuran payudara wanita akan berubah dan dapat ditemukan adanya benjolan. Jika ditemukan adanya benjolan yang tidak wajar, Anda harus segera memeriksanya ke dokter dan jika perlu dilakukan biopsi jaringan.
  • Anemia atau kurang darah.
Dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah yang teratur. Gejalanya antara lain : pusing, lemas dan nafas memendek. Gejala dengan kondisi seperti ini harus segera diobati dengan mengkonsumsi suplemen yang mengandung zat besi dan makanan kaya mineral.
  • Trombosis atau penggumpalan darah di tungkai.
Hal ini diakibatkan aliran darah menjadi lebih lambat terutama pada kehamilan trimester ketiga (6-9 bulan), dimana terjadi penekanan terhadap pembuluh darah yang penting. Trombosis terjadi pada sekitar 1 % kehamilan dan dapat diobati dengan heparin, yang berfungsi menghancurkan bekuan darah sehingga aliran darah dapat kembali lancar meskipun pembuluh darah tetap sempit karena tertekan rahim yang semakin membesar. Bila trombosit terjadi pada pembuluh darah balik yang terletak di bagian dalam tubuh, maka diperlukan perawatan di rumah sakit dan istirahat yang cukup.
  • Pre eklampsia.
Pre eklampsia disebut juga dengan istilah keracunan dalam kehamilan. Beberapa ahli menyebutnya sebagai tekanan darah tinggi yang dicetuskan oleh kehamilan. Kondisi ini menimbulkan risiko bagi Anda dan janin Anda.Gejala-gejala :Gejala-gejala yang paling sering adalah meningkatnya tekanan darah, yaitu tekanan darah sitolik > 140 mmHg dan diastolic >90 mmHg. Selain itu ada gejala yang menyertai :
  • Pembengkakan, terutama pada wajah dan tungkai
  • Peningkatan protein di air seni melebihi normal
  • Pusing
  • Rasa mual di akhir kehamilan
  • Perut sebelah kanan terasa nyeri
  • Sakit kepala di bagian depan
  • Gangguan penglihatan
  • Kuping berdenging
Jika Anda menunjukkan salah satu atau lebih dari tanda gejala di atas, sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke dokter sebelum gejala semakin memburuk dimana seluruh organ tubuh (hati, pancreas, pembuluh darah, ginjal, paru, jantung, tiroid, anak ginjal) akan terkena dampaknya. Sehingga tak mengherankan jika pre eklampsia merupakan penyumbang angka kematian pada ibu hamil.
Kandidat penderita Preeklampsia :
  • Wanita yang baru pertama kali hamil.
  • Wanita hamil di atas usia 35 atau di bawah usia 17 tahun.
  • Sudah mengidap penyakit ginjal hipertiroid, diabetes, dan hipertensi sebelum kehamilan.
  • Wanita dengan kehamilan kembar, semakin banyak kembarnya maka semakin tinggi risikonya.
  • Seorang wanita yang hamil di atas usia 35 tahun tidak harus melahirkan dengan operasi. Bila jalan lahir dan kemampuan ibu melahirkan secara nomal dan kondisi bayi memungkinkan maka dapat melahirkan secara normal. Lakukan proses persalinan pada rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap.

E. Upaya menghindari risiko kematian ibu
Ada beberapa tindakan yang bisa Anda lakukan untuk menghindari risiko kematian ibu tersebut, antara lain :
  1. Perencanaan kehamilan dengan baik
  2. Pemeriksaan kehamilan secara kontinyu
  3. Mempersiapkan persalinan
  4. Meningkatkan pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan
  5. Menggunakan jasa tenaga medis yang terlatih untuk membantu menyukseskan kehamilan dan persalinan Anda
  6. Segera menghubungi tenaga medis jika membutuhkan pertolongan berkenaan dengan kehamilan Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar