Senin, 20 Desember 2021

Membaca Pikiran & Perasaan Orang Lain



Banyak orang berpendapat bahwa hanya orang yang berprofesi sebagai psikolog, paranormal, atau dukun saja yang memiliki kemampuan untuk membaca pikiran seseorang. Padahal sebenarnya, dalam kehidupan sehari-hari, kita semua adalah seorang pembaca pikiran. Sebab tanpa mampu membaca pikiran atau perasaan orang lain, kita semua tidak akan mampu menghadapi situasi sosial semudah apapun. Dengan membaca pikiran dan perasaan orang lain maka kita bisa membuat perkiraan tentang tingkah laku orang lain sehingga memudahkan kita dalam membuat keputusan berikutnya. Selain itu kita juga terbebas dari repotnya menjelaskan dengan kata-kata, dan kesalahpahaman pun dapat dihindari.


Lantas, bagaimana caranya agar bisa membaca pikiran dan perasaan orang lain?

Anda dapat melakukannya dengan membaca bahasa tubuhnya. Karena bahasa tubuh mencerminkan apa yang ada dalam pikiran seseorang. Dengan melihat gaya bicaranya, atau bisa pula dengan melihat ekspresi wajahnya, Anda akan mampu menyimpulkan tentang apa yang ia rasakan atau apa yang sedang dia pikirkan. Semua itu bisa terlihat dari bahasa tubuhnya, walaupun ia tidak mengatakan secara langsung kepada kita
Namun apabila kita melakukan pembacaan ini dengan buruk, maka bisa berdampak serius karena bisa terjadi konflik akibat kesalahpahaman. Contoh konkret dari ketidakmampuan membaca pikiran dan perasaan orang lain bisa ditemukan pada penyandang autisme, dimana ketidakmampuan tersebut menjadi suatu kondisi yang sangat mengganggu.

A. Asal-Usul Tentang Membaca Pikiran

Kemampuan setiap orang dalam membaca pikiran orang lain, walaupun sangat terbatas namun memiliki sejarah yang amat panjang. Setidaknya begitulah yang dinyatakan oleh Ross Buck, seorang professor Communication Sciences di University of Connecticut. Buck mengatakan bahwa setelah melewati jutaan tahun evolusi, sistem komunikasi manusia berkembang menjadi lebih rumit seiring dengan kehidupan yang juga semakin kompleks.

Sedangkan menurut seorang psikiater dari UCLA, Daniel Siegel, kemampuan membaca pikiran adalah suatu kemampuan untuk mempersepsi isi pikiran orang lain dengan mengartikan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh orang tersebut, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Sebenarnya kemampuan membaca pikiran sudah muncul sejak manusia dilahirkan. Menurut Nancy Eisenberg, seorang professor psikologi dari Arizona State University, kemampuan membaca pikiran dimulai sejak bayi melalui beberapa tahapan: 

  • Bayi yang baru lahir lebih menyukai wajah seseorang dibandingkan stimulus lainnya. 
  • Bayi yang berusia beberapa minggu sudah mampu menirukan ekspresi wajah. 
  • Di usia 2 bulan, bayi sudah dapat memahami dan merespon keadaan emosional dari pengasuhnya. 
  • Menginjak usia 1 tahun, bayi mampu mengamati ekspresi orang dewasa dan menggunakannya untuk menentukan tingkah laku berikutnya.
  • Di usia 2 tahun, bayi mampu menyimpulkan keinginan orang lain dari tatapan matanya.
  • Di usia 3 tahun, bayi dapat mengenali ekspresi wajah gembira, sedih, atau marah.
  • Dan ketika menginjak usia 5 tahun, ia sudah memiliki kemampuan dasar untuk membaca pikiran orang lain. Mereka telah memiliki “Teori Pikiran”. Ia mampu memahami bahwa orang lain memiliki pemikiran, perasaan, dan kepercayaan yang berbeda dengan yang ia miliki.

Anak-anak mengembangkan kemampuan membaca pikiran dengan mengamati pembicaraan orang dewasa, dimana mereka membedakan kompleksitas aturan dan interaksi sosial. Selain itu, kegiatan bermain dengan teman-teman sebaya juga dapat melatih seorang anak untuk membaca pikiran anak-anak lainnya.

Namun sayangnya, tidak semua anak mampu mengembangkan kemampuan ini. Anak-anak yang ditelantarkan dan mengalami kekerasan cenderung mengalami hambatan dalam mengembangkan kemampuan membaca pikiran. Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh kekerasan, mungkin akan jauh lebih peka terhadap ekspresi marah, walaupun sesungguhnya ekspresi marah tidak muncul.

Sedangkan kemampuan membaca pikiran yang lebih maju bisa ditemukan pada masa remaja akhir. Hal ini disebabkan karena kemampuan untuk menyimpan perspektif dari beberapa orang di saat yang sama (dan kemudian mengintegrasikannya dengan pengetahuan kita dan orang yang bersangkutan itu) seringkali membutuhkan kemampuan otak yang sudah jauh lebih berkembang.

Membaca pikiran pun kemudian menjadi alat untuk menciptakan dan menjaga keteraturan sosial; seperti membantu mengetahui kapan harus menyetujui sebuah komitmen dengan pasangan atau melerai perselisihan dengan tetangga.

B. Cara Membaca Pikiran Seseorang 

Komponen inti dari membaca pikiran, salah satunya adalah membaca bahasa tubuh. Melalui bahasa tubuh, kita dapat mengetahui emosi dasar seseorang. Salah seorang peneliti terkenal menemukan bahwa ketika seseorang mengamati gerak tubuh orang lain, mereka akan dapat mengenali ekspresi sedih, marah, gembira, takut, dll. Bahkan ketika pengamatan hanya dilakukan dengan pencahayaan yang minim sekalipun.

Untuk dapat mengetahui apa yang dipikirkan oleh orang lain, salah satunya adalah dengan membacanya melalui ekspresi wajah. Namun sayangnya, tidak banyak dari kita yang mampu mendeteksi ekspresi ini. Salah satu sumber yang kaya akan penanda pada ekspresi wajah adalah mata, terutama otot-otot di sekitar mata. Sebagai contoh adalah: mata yang turun ketika sedih, terlihat tidak fokus ketika sedang berkhayal, terbuka lebar ketika sedang merasa takut, menatap tajam ketika sedang cemburu, atau melihat-lihat sekelilingnya ketika sedang tidak sabar.

Selain itu kita juga bisa lebih mengetahui apa yang dipikirkan orang lain melalui komponen-komponen dalam percakapan seperti dalam kata-kata, gerak tubuh, dan nada suara. Namun dari ketiga komponen tersebut, kata-kata atau isi pembicaraan merupakan komponen terpenting untuk bisa membaca pikiran dengan baik. Namun demikian, masih ada beberapa hal yang bisa membantu untuk menjadi seorang pembaca pikiran yang baik, yaitu:

- Pikiran yang tenang

Dimulai dengan mengatur pernapasan, selanjutnya perhatikan bagaimana perasaan dan pikiran Anda. Satu hal yang perlu disadari adalah bahwa pikiran dan emosi berubah seiring dengan perubahan waktu, yang mencerminkan bahwa pandangan setiap orang tidak pernah tetap dan memiliki kemungkinan untuk berubah.

- Umpan balik

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kita dapat meningkatkan kemampuan membaca pikiran dengan cara menanyakan kebenaran dari tebakan kita. Misalnya:

“Saya mendengar sepertinya Anda sedang marah, benar tidak?”

Anda juga bisa menanyakan kebenaran yang memang terjadi atau dialaminya, jadi bukan hanya sekedar mengamati dan membaca pikiran saja. Anda bisa mulai dengan memberi pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban yang menyatakan kebenaran atau ketidakbenaran dalam tebakan Anda.

- Tingkat kesadaran

Bayangkan 3 orang berdiri di hadapan Anda, seorang dari mereka adalah teman dekat Anda, seorang lagi adalah orang yang tidak Anda kenal dengan baik, dan yang seorang lagi adalah orang yang mempunyai masalah yang sama dengan Anda. Perhatikan, apa yang Anda rasakan terhadap setiap orang tersebut. 

Anda bisa mencoba untuk terhubung dengan mereka pada tingkat yang lebih dalam dengan mencoba mengakui bahwa ketiga orang tersebut juga sama seperti Anda, yaitu menginginkan kebahagiaan, dan juga rentan terhadap stress dan penderitaan. Usahakan untuk meluangkan waktu sejenak untuk merenungkan hal ini.

- Pengenalan yang baik

William Ickes mengatakan, “Kemampuan seseorang dalam membaca pikiran orang lain akan meningkat ketika ia mengenal dengan baik lawan bicaranya.”

Ketika kita berinteraksi dengan seseorang selama setidaknya sebulan, maka kita akan lebih mudah mengenali apa yang ia pikirkan dan rasakan. Hal ini bisa terjadi karena kita mampu mengartikan kata-kata dan tindakan orang lain dengan lebih tepat, yaitu setelah mengamatinya dalam berbagai situasi. Kemudian kita mengetahui apa yang terjadi dalam hidup mereka, dan mampu menggunakan pengetahuan itu untuk memahami mereka dalam konteks yang lebih luas. 

- Rileks

Apabila ingin membaca pikiran orang lain, usahakan untuk selalu bersikap rileks, santai, tidak tegang. Dengan demikian, orang yang akan kita baca pikirannya tidak akan menjadi resah dan merasa gelisah. Karena jika kita bersikap tegang, maka lawan bicara kita akan menjadi gelisah. Oleh karena itu bersikaplah yang terbuka agar lawan bicara bisa memberikan respon yang baik. 

- Sikap ekspresif

Ekspresi emosi berbeda-beda di setiap budaya. Ekspresi sedih di satu pihak bisa saja diterjemahkan sebagai ekspresi emosi yang lain pada budaya yang berbeda. Oleh karena itu, jika ingin membaca pikiran seseorang, maka kita tidak boleh mengabaikan unsur budaya yang berlaku di lingkungan tempat tinggal orang tersebut, sehingga tidak terjadi salah menebak apalagi sampai timbul perselisihan akibat kesalah-pahaman, karena ekspresivitas emosi cenderung timbal balik, sebagaimana dikatakan oleh Ross Buck:

“Semakin kita ekspresif, semakin banyak pula informasi yang kita dapatkan terutama mengenai kondisi emosional dari orang lain di sekitar kita.”

Hal tersebut akan membantu kita untuk mengetahui banyak hal yang sebelumnya tidak kita ketahui.

- Perkuat empati dan kasih sayang

Perkuatlah perasaan positif terhadap orang lain dengan mengenali persamaan mereka dengan Anda. Perhatikan bahwa segala sesuatu tempat Anda bergantung untuk bertahan hidup sangat berkaitan dengan upaya dan kebaikan orang lain. Dengan menggeser perspektif seperti ini, Anda akan mampu menghargai orang lain dengan lebih mendalam, sehingga akan lebih memperkuat empati dan rasa kasih sayang terhadap orang lain. 

- Perhatian utama pada bagian atas wajah

Bagian atas dari wajah merupakan area yang paling sering menampakkan ekspresi dari apa yang dipikirkan oleh seseorang. Dengan memperhatikan area sekitar mata, Anda dapat melihat apa yang ada di pikiran orang lain, setidaknya begitulah pandangan dari Calin Prodan yang mengatakan bahwa emosi utama seseorang bisa dilihat dari sebagian ke atas wajah dan biasanya di area sekitar mata. Sedangkan emosi palsu biasanya bisa dilihat melalui area bagian bawah wajah seseorang.

Fenomena tentang kemampuan membaca pikiran orang lain adalah sebuah fenomena yang sering dihubung-hubungkan dengan kemampuan supranatural, karena ada beberapa orang tertentu yang memiliki kemampuan untuk membaca pikiran yang sulit dijelaskan oleh ilmu pengetahuan. Bagaimanapun selalu gunakan cara yang positif dalam membaca pikiran orang lain, yaitu dengan menggunakan langkah-langkah yang tidak membuat orang lain merasa terganggu agar tidak menimbulkan masalah. 

C. Mengasah Empati Agar Terampil Membaca Pikiran Orang 

William Ickes dari University of texas memberikan sebuah konsep yang disebutnya sebagai Empathic Accuracy atau keakuratan empati, yaitu kemampuan untuk secara tepat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Tingkat keakuratan seseorang dalam membaca pikiran seseorang yang baru ditemuinya pertama kali adalah sekitar 20 persen. Sedangkan tingkat keakuratan membaca pikiran antar teman dekat atau antara suami dan istri adalah sekitar 35 persen. Hampir tidak ada manusia yang memiliki tingkat keakuratan membaca pikiran di atas 60 persen. Tetapi kabar baiknya adalah, bahwa kemampuan yang cukup penting dalam mendukung seseorang untuk bisa sukses di kehidupan sosialnya ini adalah suatu ketrampilan yang bisa dilatih.

Bagaimana cara kita melatih ketrampilan tersebut?

Dalam membaca pikiran orang, perlu diperhatikan bahwa komunikasi haruslah dilakukan dengan tepat. Bila kita melakukannya dengan buruk, dampaknya bisa menjadi serius: konflik bisa saja terjadi akibat kesalahpahaman. Jadi, selalu gunakan hati dan nurani ketika Anda berkomunikasi. Ada alasan khusus mengapa kita harus mengedepankan hati dan nurani ketika berkomunikasi dengan orang lain. Yaitu, karena setiap orang tidak hanya memiliki akal rasionalitas tapi juga memiliki hati nurani yang berfungsi untuk merasakan dan mempertimbangkan sesuatu. Sehingga setiap kata atau sikap tidak hanya ditangkap oleh akal namun juga akan diolah oleh rasa.

Sebagaimana orang-orang tua dahulu mendidik dan mengarahkan anak-anaknya untuk selalu menjaga hati, pikiran dan ucapan-ucapannya. Semuanya itu memiliki alasan yang menuntun kita ke arah kebaikan. Adakah kita tahu bahwa kata-kata merupakan cerminan isi hati orang yang mengucapkannya. Setiap orang berpeluang untuk menilai ucapan-ucapan kita, menterjemahkan setiap pesan yang kita komunikasikan. Karena, sesungguhnya ucapan-ucapan dan sikap Anda adalah sebuah kemasan yang mencakup segala informasi tentang diri Anda, tentang siapa Anda, dan bagaimana karakter Anda. Perlu untuk selalu diingat bahwa pesan yang Anda komunikasikan akan membangun citra diri Anda. Jadi, ternyata memang benar para orang tua dahulu yang selalu mengarahkan kita untuk selalu menjaga hati, pikiran dan ucapan-ucapan kita. Semuanya adalah demi kebaikan semata.

Lantas, bagaimanakah cara berkomunikasi dengan hati?

Beberapa hal dapat kita lakukan untuk berkomunikasi dengan hati. Namun yang paling utama adalah dengan membangun kepekaan atau sensitivitas diri kita terhadap sikap-sikap orang lain, dan juga dengan mencermati bahasa tubuh orang lain saat mereka berinteraksi dengan kita. Sikap-sikap bahasa tubuh yang tersirat ketika mereka mengkomunikasikan pesan mereka akan menjelaskan tentang hal-hal apa saja yang sedang terjadi dalam pikiran mereka yang tidak diungkapkan saat berkomunikasi dengan Anda atau orang lain. Hal ini dikarenakan, bahasa tubuh yang merupakan bentuk dari komunikasi non verbal akan bertindak sebagai penjelas yang akan menegaskan pesan-pesan verbal yang dikomunikasikan oleh seseorang.

Selain itu, hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengasah empati. Perlihatkan bahwa Anda sangat peduli terhadap orang lain, bahkan terhadap hal-hal sekecil apapun yang mereka lakukan. Misalkan saja, ketika seseorang di lingkungan tempat tinggal Anda sedang terpuruk dan membutuhkan bantuan, maka cobalah menjadi pihak yang lebih aktif menanyakan kepadanya mengenai apa saja yang bisa Anda lakukan untuk bisa membantu meringankan penderitaannya, dan bantulah kebutuhannya tanpa dia harus memintanya. Karena dengan hal seperti ini, Anda akan dapat menunjukkan empati Anda yang tentu saja akan memberikan nilai tambah pada kompetensi sosial Anda.

Selanjutnya, cobalah untuk mengoptimalkan indera Anda, terutama dalam mengamati sikap dan cara berkomunikasi orang lain. Karena setiap orang memiliki ciri khas masing-masing dalam berinteraksi dengan orang lain. Usahakan untuk selalu menjadi pendengar yang baik, mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian. Dengarkanlah dengan penuh antusias setiap ucapan mereka, sekaligus lihat dan cermati dengan teliti sikap dan bahasa tubuh mereka, sehingga Anda dapat membaca tentang pesan apa sebenarnya yang ingin mereka sampaikan kepada Anda.

Adakah cara lain untuk mengasah empati?

Setiap manusia memiliki kemampuan untuk memahami dan mengalami suatu perasaan positif dan negatif yang akan membantunya dalam memahami makna kehidupan yang sebenarnya. Kemampuan seperti ini biasa disebut sebagai atribut empati. Sedangkan empati itu sendiri adalah suatu keadaan mental yang membuat seseorang bisa merasa atau mampu mengidentifikasi dirinya berada dalam keadaan dimana pikiran dan perasaannya sama dengan seseorang atau kelompok lain. Dengan kata lain, empati adalah kemampuan seseorang dalam turut serta merasakan atau menghayati perasaan dan pengalaman orang lain. Seseorang tersebut tidak hanyut dalam suasana perasaan orang lain, tetapi memahami apa yang dirasakan orang lain tersebut.

Dalam pengertian yang lebih luas, empati diartikan sebagai ketrampilan sosial yang bukan sekedar ikut merasakan pengalaman orang lain, tetapi juga mampu memberikan respons kepedulian terhadap perasaan dan pengalaman orang lain tersebut. Ketrampilan sosial seperti ini bisa dilatih dengan bersedekah atau memberikan sesuatu secara ikhlas kepada orang lain yang membutuhkan. Kegiatan seperti ini selain berguna sebagai sarana ibadah, juga bisa melatih empati anak terhadap orang lain yang juga memunculkan sifat suka berderma.

Kemampuan berempati haruslah selalu dilatih dan diasah sejak dini. Walaupun usia seseorang telah beranjak dewasa, tetap harus mengasah empatinya agar selalu peka terhadap dinamika kehidupan sosial di sekitarnya.
Ada banyak teknik yang bisa kita gunakan dalam rangka mengasah empati kita sehingga kita bisa menjadi lebih peka dalam membaca pikiran orang lain. Yang cukup sederhana dan mudah dipraktekkan, diantaranya adalah:

Merekam emosi pribadi

Beragam pengalaman positif maupun negatif pernah dialami setiap orang dalam hidupnya. Misalnya perasaan sedih, senang, bahagia, marah, kecewa, dan lain sebagainya. Akan sangat bermanfaat bila kita mencatat atau merekamnya dalam ingatan kita, karena hal ini akan membantu kita memahami perasaan yang sama jika kelak kita mengalami kembali kondisi yang serupa. Kaitannya dengan empati, dalam hal ini adalah ketika kita mengetahui bahwa perasaan tersebut sedang dialami oleh seseorang, kita akan mampu memahami kondisi tersebut sehingga kita dapat memberikan respons seperti yang diharapkan. 

Peduli dengan sekitar kita

Untuk peduli dengan orang-orang di sekitar kita membutuhkan ketrampilan sosial tersendiri, yang tidak semua orang menyukainya. Peduli bukanlah sekedar memperhatikan orang per orang, tetapi juga harus bisa menghilangkan perasaan-perasaan subyektif kita terhadap obyek kepedulian kita, dengan demikian akan tumbuh keinginan untuk mendalami perasaan dan pikiran orang lain.

Dengan kita peduli pada orang-orang di lingkungan sekitar, maka kita telah membuka diri untuk masuknya berbagai informasi mengenai situasi dan kondisi di sekitar kita. Dimana, informasi-informasi ini sangat penting untuk dijadikan panduan dalam melakukan penilaian dan mengambil keputusan tertentu. Informasi-informasi tersebut sekaligus juga menjadi pembanding bagi diri kita dalam bersikap dan menempatkan posisi, sehingga kita bisa mengetahui apakah sikap dan perilaku kita dalam berinteraksi dengan masyarakat sudah sesuai dengan lingkungan di sekitar kita. 

Menjadi pendengar yang baik

Untuk bisa berhasil dalam hidup bermasyarakat, kita harus bisa menjadi seorang pendengar yang baik, yang bersedia membuka diri kita untuk orang lain, khususnya dengan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara mengenai segala hal yang ingin diungkapkannya, tanpa kita interupsi sampai dia selesai berbicara. Mendengarkan adalah suatu hal yang dibutuhkan untuk bisa memahami dengan lebih jelas akan pesan-pesan yang dikomunikasikan kepada kita. 

Hal utama yang di butuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah dengan menghilangkan atau meminimalkan perasaan negatif atau prasangka terhadap lawan bicara kita. Selain itu juga perlu adanya kemauan untuk selalu melatih kemampuan mendengarkan agar memberikan dampak positif dalam menjalani hidup bermasyarakat.

Dalam interaksi sosial, mendengarkan keluh kesah maupun cerita bahagia dari orang lain akan memberi pengalaman dan warna lain pada suasana hati kita, yang akan membangkitkan empati kita. Dan dengan pengalaman-pengalaman tersebut, pada akhirnya Anda akan semakin mengetahui bagaimana cara memahami pikiran dan perasaan orang lain.

Memahami kondisi orang lain

Untuk bisa memahami situasi maupun kondisi yang dialami orang lain, tentu tidak bisa lepas dari keharusan untuk mampu membayangkan kejadian yang dialaminya. Refleksi keadaan orang lain dapat membuat kita merasakan apa yang sedang dialami orang tersebut, dan akan membangkitkan suasana emosional. Kemampuan dalam membayangkan tersebut menjadi mudah dilakukan manakala kita pernah mengalami kejadian yang serupa. Semua ini akan memudahkan kita merasakan suasana emosi seseorang manakala menyaksikan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan situasi yang penuh dengan emosi tertentu.

Ringan tangan dalam memberi bantuan

Salah satu teknik dalam mengasah empati adalah dengan bersikap ringan tangan dalam memberi bantuan. Yang dimaksudkan disini adalah memberikan respons yang cepat terhadap situasi di lingkungan sekitar yang membutuhkan bantuan. Dalam memberikan bantuan, tidak perlu menunggu waktu terlalu lama, tetapi berusahalah memberikan segenap kemampuan saat melihat atau menyaksikan bahwa orang-orang di lingkungan sekitar sedang membutuhkan pertolongan. 

Bantuan yang kita berikan dapat merangsang kita untuk melihat lebih jauh perasaan orang yang sedang mengalami kesulitan dan membutuhkan pertolongan tersebut. Memberikan bantuan kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan dapat membangkitkan kemampuan empati. Semakin sering kita memberikan respons kepada mereka yang membutuhkan bantuan, akan menjadi semakin mudah pula bagi kita untuk mengembangkan kemampuan empati terhadap orang lain.

Dan apakah manfaat empati bagi kita?

Sering disebutkan bahwa agar berhasil dalam berinteraksi di masyarakat, seseorang perlu mengembangkan kemampuan empati dalam dirinya. Namun demikian, mungkin tidak banyak yang mengetahui apa saja manfaat empati dalam mendukung keberhasilan seseorang dalam kehidupan pribadi maupun dalam bermasyarakat. 

Berikut ini adalah beberapa manfaat yang bisa kita petik apabila kita ada kemauan untuk mengasah kemampuan empati kita.

- Menyingkirkan sikap egois

Sikap egois adalah sikap yang kontraproduktif dalam pergaulan sosial. Dan sikap seperti ini hampir bisa ditemukan pada setiap individu di dalam lingkungan masyarakat, tidak memandang usia maupun jenis kelamin. 

Mereka yang telah mampu mengembangkan kemampuan empati dapat menghilangkan sikap seperti ini. Karena orang-orang yang memiliki kemampuan empati tersebut bisa merasakan dan memahami kesulitan orang lain, sehingga bisa menahan diri untuk tidak berbicara atau bersikap yang dapat menimbulkan rasa ketidaksukaan dari pihak lain, malah dengan berkembangnya empati dalam dirinya akan membuatnya terdorong untuk memberikan segala kemampuannya untuk membantu orang-orang yang berada dalam kesulitan dan membuang jauh sikap egois atau mementingkan diri sendiri yang ada pada dirinya.

- Menghilangkan sikap sombong

Individu yang memiliki kemampuan berempati yang bagus, dapat ikut merasakan apa yang terjadi dan dialami oleh orang lain, dengan demikian akan terhindar dari sikap sombong atau tinggi hati. Dan karena memiliki empati yang bagus, maka dengan sendirinya orang-orang seperti ini tidak akan punya keinginan untuk merendahkan orang lain karena mereka bisa memahami dan bahkan ikut merasakan kesulitan yang menimpa orang-orang di sekitarnya.

- Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri

Kemampuan memahami pikiran, perasaan, maupun perilaku orang lain merupakan bagian dari bagaimana kita akan merefleksikan keadaan tersebut pada diri kita. 

Apabila kita telah memiliki kemampuan seperti ini, berarti kita telah berhasil mengembangkan kemampuan evaluasi diri yang baik, sehingga sebagai hasilnya kita dapat melakukan kontrol diri yang baik pula, karena pada dasarnya empati merupakan salah satu upaya kita untuk melakukan evaluasi diri sekaligus mengembangkan kontrol diri yang positif. Dengan demikian kita akan senantiasa berhati-hati dalam bersikap, berperilaku, dan berbuat di dalam lingkungan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar