Senin, 27 Desember 2021

Kehamilan Berisiko Tinggi




Kehamilan berisiko tinggi merupakan kehamilan yang membahayakan, baik bagi sang ibu ataupun bagi janin yang dikandungnya. Oleh karena itu, sebaiknya Anda perlu mengetahui beberapa hal yang dapat mengakibatkan kehamilan berisiko tinggi. 

Ada beberapa hal yang dapat mengakibatkan Anda mengalami kehamilan berisiko tinggi, diantaranya sebagai berikut :

1. Sulit hamil dan penggunaan obat-obat penyubur

Kehamilan berisiko tinggi lebih mungkin terjadi pada wanita yang mengalami kesulitan untuk hamil, baik melalui atau tanpa bantuan dari terapi kesuburan berteknologi tinggi. Selain itu, wanita yang hamil dengan menggunakan fertilisasi in vitro dan perawatan kesuburan lainnya juga memiliki risiko komplikasi lebih tinggi selama kehamilan. Oleh karena itu, selama melakukan terapi kesuburan, pasangan suami istri harus mempertimbangkan risiko yang harus dihadapi tersebut. Komplikasi yang diakibatkan oleh penggunaan obat–obat kesuburan dapat berupa tekanan darah tinggi atau preeklampsia, adanya protein dalam urine yang muncul pada trimester kedua atau trimester ketiga kehamilan, kelahiran prematur dan berat lahir rendah.

2. Obesitas saat hamil

Kegemukan atau obesitas dapat menyebabkan kehamilan berisiko tinggi. Tubuh yang overweight bisa memunculkan risiko tersendiri bagi kehamilannya, salah satu hal yang harus dijaga adalah asupan makanan selama hamil supaya tubuh tidak terus membesar, karena tubuh yang terlalu besar membuatnya sulit melahirkan karena tumpukan lemak di perut dan sekitarnya. 

Para peneliti mencatat bahwa obesitas merupakan faktor risiko yang signifikan untuk diabetes dan hipertensi, dan ditandai oleh peningkatan resistensi insulin dan peradangan kronis, seperti diabetes dan hipertensi.

Menurut peneliti, pada ibu penderita diabetes dan kemungkinan kondisi pra-diabetes di masa kehamilan, pengaturan glukosa menjadi sulit diatur sehingga meningkatkan produksi insulin pada janin. Produksi insulin yang tinggi membuat kebutuhan akan oksigen menjadi lebih besar, akibatnya suplai oksigen bagi janin menjadi berkurang. Diabetes juga dapat mengakibatkan kekurangan zat besi pada janin.

Sebuah riset menemukan bahwa wanita hamil yang kelebihan berat badan (tetapi belum masuk kategori obesitas) dan memiliki kadar gula darah sedikit lebih tinggi, dapat mengalami kehamilan berisiko tinggi. Menurut peneliti, risiko mereka bahkan lebih tinggi daripada rekan mereka yang mengalami obesitas dengan kadar gula darah normal atau wanita hamil yang menderita diabetes gestasional dengan berat badan normal.
Peneliti yang mempublikasikan penelitian ini dalam jurnal Diabetes Care edisi April menjelaskan, selama ini para dokter umumnya hanya fokus pada wanita hamil dengan obesitas atau diabetes gestasional, tetapi cenderung mengabaikan ibu hamil yang mengalami kegemukan (tidak obesitas) dan memiliki kadar gula cukup tinggi.

Dalam kajiannya terhadap lebih dari 23.000 wanita di sembilan negara, peneliti menemukan bahwa wanita hamil yang mengalami obesitas dan menderita diabetes gestasional serta ibu hamil yang kelebihan berat badan dan kadar gula darahnya sedikit lebih tinggi, lebih mungkin melahirkan bayi berukuran besar, sehingga meningkatkan risiko cedera pada bayi saat melahirkan melewati vagina (persalinan normal). 

Akibatnya, hal ini meningkatkan kemungkinan untuk menjalani bedah caesar. Dibandingkan bayi yang lahir dari ibu dengan berat badan dan gula darah normal, bayi yang lahir dari ibu dengan obesitas dan diabetes bobotnya sekitar 12 ounce (340 gram) lebih berat. Sedangkan mereka yang lahir dengan kelebihan berat badan (tetapi tidak obesitas) dan gula darah sedikit lebih tinggi bobotnya 7, 5 ounce (213 gram) lebih berat. 
Sedangkan bayi yang lahir dari ibu dengan berat badan normal dan diabetes gestasional bobotnya 6 ounce (170) lebih berat, dan mereka yang lahir dari ibu dengan obesitas dan kadar gula darah normal, bobotnya 6 ounce lebih berat.

Para peneliti juga mencatat bahwa bayi lahir dari ibu dengan kelebihan berat badan (tapi tidak obesitas) dan lebih tinggi tingkat gula darah, lebih mungkin untuk memiliki kadar insulin lebih tinggi dan kadar gula darah yang lebih rendah. Efek ini akhirnya dapat memicu obesitas dan diabetes pada anak.

Obesitas saat hamil juga memungkinkan anak yang dilahirkan berisiko menyandang autisme atau gangguan perkembangan saraf. Autisme ditandai dengan gangguan dalam interaksi sosial, defisit komunikasi dan perilaku repetitif dan sering disertai dengan cacat intelektual. 

Penelitian terbaru yang dilakukan para ilmuwan yang berafiliasi dengan UC Davis MIND Institute menemukan bahwa ibu yang obesitas berisiko 67 persen lebih besar melahirkan anak yang menyandang autisme dan berisiko dua kali lipat memiliki anak dengan gangguan perkembangan lain seperti terlambat bicara atau bahkan gagal mencapai tahapan tumbuh kembang sesuai usia. Sementara ibu penderita diabetes berisiko 2, 3 kali lebih besar memiliki anak dengan gangguan perkembangan dibandingkan ibu dengan kondisi sehat. Namun, proporsi ibu dengan diabetes yang memiliki anak autis lebih tinggi ketimbang ibu yang sehat, meski secara statistik tidak terlalu signifikan.

Studi ini juga menemukan, anak penyandang autis dari ibu penderita diabetes lebih mungkin mengalami kecacatan (rendahnya pemahaman bahasa dan komunikasi) ketimbang anak autis yang lahir dari ibu yang sehat. Namun, anak-anak tanpa autisme yang lahir dari ibu penderita diabetes juga rentan mengalami gangguan sosialisasi seperti, rendahnya pemahaman dan produksi bahasa, jika dibandingkan dengan anak tanpa autis dari ibu yang sehat.

3. Memiliki riwayat penyakit darah tinggi

Kasus darah tinggi atau hipertensi pada ibu hamil merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai, bahkan wanita yang sebelum hamil tidak mengalami hipertensi pun kadang ketika hamil bisa mengalami penyakit ini.

Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah melakukan pemeriksaan laboratorium secara lengkap untuk mengetahui tingkatan hipertensi yang diderita dan dilakukan pengawasan secara rutin oleh tim dokter.

4. Memiliki riwayat penyakit jantung

Penyakit jantung bisa jadi adalah bawaan, namun adanya penyakit jantung bisa juga mengakibatkan kehamilan berisiko tinggi. Suatu kehamilan yang sehat haruslah aman bagi sang ibu maupun bagi sang bayi. 
Beberapa langkah yang harus dilakukan untuk meminimalisir kehamilan berisiko tinggi adalah dengan melakukan perawatan selama kehamilan bersama dokter kandungan dan dokter ahli jantung.

5. Memiliki riwayat penyakit diabetes

Kondisi hamil dengan penyakit diabetes yang diderita harus dalam pengawasan ketat agar bayi yang dilahirkan kelak tidak memiliki kadar gula darah di bawah 60 mg/dl.

Salah satu penanganan yang harus dilakukan untuk menekan kehamilan berisiko tinggi adalah dengan menghentikan obat-obatan penekan gula darah dan menggantinya dengan insulin sesuai kebutuhan, menjalankan pola hidup sehat dengan mengurangi makanan manis serta diet karbohidrat, selalu memantau ukuran janin, dan selalu kontrol kehamilan ke dokter.

6. Memiliki riwayat penyakit lainnya, seperti anemia, rhesus, dan pernah mengalami keguguran berulang Tanda Bahaya pada Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).

Menurut Pusdiknakes (2003), ada enam tanda bahaya kehamilan selama periode antenatal yaitu sebagai berikut :
a. Pendarahan pervaginam
b. Sakit kepala yang hebat
c. Masalah penglihatan
d. Bengkak pada muka atau tangan
e. Nyeri abdomen yang hebat
f. Bayi kurang bergerak seperti biasa

Selain itu, ada beberapa tanda bahaya pada kehamilan yang perlu segera dirujuk untuk mendapatkan pertolongan. Tanda bahaya tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Keluar darah dari jalan lahir
Pendarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal. Pada masa awal sekali kehamilan, ibu mungkin akan mengalami pendarahan yang sedikit atau spotting di sekitar waktu pertama haidnya. Pendarahan ini adalah pendarahan implantasi, dan ini normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan, pendarahan ringan mungkin pertanda dari servik yang rapuh atau erosi. Pendarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda adanya infeksi.

Pada awal kehamilan, pendarahan yang tidak normal adalah yang merah, pendarahan yang banyak, atau pendarahan dengan nyeri. Pendarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut, pendarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri. Pendarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa atau abrupsio plasenta. (Pusdiknakes, 2003).

Seorang ibu hamil yang mengeluarkan darah dan lendir dari kemaluan, disertai mulas-mulas, dan muncul pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu merupakan tanda-tanda akan terjadi keguguran kandungan. Oleh karena itu perlu segera pertolongan dini agar anak dalam kandungan dapat diselamatkan. Ibu harus segera dibawa ke puskesmas atau rumah bersalin terdekat.

Sedangkan ibu hamil yang mengeluarkan darah dari kemaluan sebelum ada tanda-tanda akan melahirkan dan timbul setelah usia kehamilan 28 minggu serta diikuti rasa nyeri perut, kemungkinan terjadi kelainan ari-ari. Ari-ari ibu terlepas dari perlekatannya pada dinding rahim. Keadaan ini sangat berbahaya karena nyawa anak yang dikandungnya mungkin terancam. Oleh karena itu ibu harus dirawat di rumah bersalin. Namun apabila tanda tersebut tidak diikuti rasa nyeri perut, kemungkinan disebabkan oleh letak ari-ari yang menghalangi jalan lahir anak. Ari-ari semakin meregang dengan semakin membesarnya rahim. Keadaan ini pun memerlukan perawatan rumah bersalin.

b. Keluar air ketuban sebelum waktunya (ketuban pecah dini)
Ketuban pecah dini adalah apabila terjadi sebelum persalinan berlangsung yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut, juga karena adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik dan penilaiannya ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru (Saifuddin, 2001).

Ibu hamil yang mengeluarkan cairan ketuban dari kemaluan dan timbul sebelum terasa mulas-mulas adalah tanda dari awal persalinan. Cairan ketuban menjadi berwarna putih keruh mirip air kelapa, atau mungkin sudah berwarna kehijau-hijauan (hal ini harus dibedakan dengan air seni karena tidak berbau pesing) adalah tanda–tanda ibu mengalami gangguan ketuban pecah dini. Selaput ketubannya sudah pecah lebih dulu sebelum persalinan dimulai. Lazimnya, ketuban pecah merupakan tanda awal dimulainya persalinan atau tanda awal anak akan lahir.

c. Kejang
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya gejala-gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklampsia (Saifuddin, 2001). Kondisi kejang-kejang pada ibu hamil berarti ada penyakit yang berat dan kemungkinan membahayakan ibu sendiri. Apabila penyebabnya keracunan kehamilan akan membahayakan anak yang dikandungnya.

d. Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam)
Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik (Pusdiknakes, 2003). Apabila kehamilan berusia 5 bulan dan ibu tidak merasakan gerakan anak atau gerakan anak tak terasakan lagi, kemungkinan anak sudah mati dalam kandungan. Oleh karena itu, dokter atau bidan perlu memastikannya. Jika waktu diperiksa bunyi jantung anak sudah tidak terdengar, berarti anak sudah mati. Bayi yang mati dalam kandungan harus segera dikeluarkan, karena bayi mati dapat mengganggu ibu. Jika tidak dikeluarkan, bayi akan mengering dan tertahan lama di dalam rahim ibunya. Perut ibu pun mengempis dengan sendirinya.

e. Demam tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh > 38oC dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi yang terjadi lebih dari 3 hari dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Penanganan demam antara lain dengan istirahat berbaring, minum banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin, 2002). Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala–gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes, 2003).

f. Nyeri perut yang hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Hal ini bisa berarti appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan pre term, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya (Pusdiknakes, 2003).

Ibu hamil yang mengeluh nyeri hebat di perut bagian bawah disertai muntah-muntah dan mungkin sampai pingsan pada usia kehamilan 6–10 minggu merupakan tanda dan gejala dari kehamilan di luar kandungan yang terganggu. Lazimnya, kehamilan harusnya tumbuh di dalam rahim. Adakalanya kehamilan tumbuh di luar rahim. Mungkin disaluran telur, di indung telur, atau dimana saja di dalam perut. Kehamilan di luar rahim dapat lahir dengan selamat. Namun, seringkali kehamilannya terganggu. Jika sampai terganggu, anak harus segera dikeluarkan, meskipun belum waktunya lahir.

g. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia (Pusdiknakes, 2003).

Ibu hamil yang mengalami nyeri kepala di dahi disertai penglihatan kabur, nyeri uluhati, mual dan muntah kemungkinan merupakan tanda bahwa ibu hamil mengidap penyakit ginjal dan tekanan darah tinggi. Keadaan ini tergolong berat. Ibu harus dirawat di rumah sakit. 

h. Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan muda
Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, gejala ini biasa terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung selama 10 minggu. Perasaan mual ini karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Mual dan muntah yang sampai mengganggu aktifitas sehari-hari dan keadaan umum menjadi lebih buruk, dinamakan Hiperemesis Gravidarum (Wiknjosastro, 2001). Ibu hamil yang mengalami muntah-muntah lebih dari 7 kali sehari disertai kondisi ibu yang lemah, tidak selera makan, berat badan turun, dan nyeri ulu hati kemungkinan merupakan suatu tanda ibu hamil menderita penyakit berat. Pada penyakit ini, ibu hamil semakin tidak mau makan. Semakin hari muntah-muntahnya semakin hebat. Ibu hamil harus dirawat di rumah sakit. Mungkin perlu segera diberikan infus cairan. Ibu hamil yang kekurangan cairan sangat buruk akibatnya bagi dirinya sendiri dan juga bagi anak yang dikandungnya.

i. Selaput kelopak mata pucat
Ibu hamil yang mengalami kelopak mata yang menonjol, jemari gemetaran, sering berdebar-debar, badan panas dan banyak berkeringat, serta tampak pembengkakan di batang leher bagian depan adalah merupakan gejala ibu hamil mengalami penyakit gondok. Kelenjar gondok di leher membengkak dan fungsinya terganggu.

j. Berat badan naik secara berlebihan
Ibu hamil yang mengalami kenaikan berat badan berlebihan (lebih dari 1 kg dalam seminggu), mata kaki dan tungkai membengkak, tekanan darah naik, air seni keruh, nyeri kepala dan penglihatan berkunang-kunang dapat berarti ibu hamil mengalami keracunan kehamilan.

k. Sering berdebar-debar, sesak napas, dan mudah lelah
Ibu hamil yang sering berdebar-debar, sesak napas, dan mudah lelah merupakan tanda ibu mengidap penyakit jantung dalam kehamilan.

l. Pucat, mata berwarna merah dadu, bibir dan telapak tangan kurang merah
Ibu hamil yang tampak pucat, mata berwarna merah dadu, bibir dan telapak tangan kurang merah merupakan tanda ibu hamil kekurangan darah (anemia). Kondisi seperti ini biasanya diikuti dengan rasa pening, lesu, lemas, dan mudah lelah. Apabila kondisi sudah berat dapat memicu keluhan sesak napas dan jantung berdebar-debar terus. 

Ibu hamil yang kekurangan darah perlu diberikan obat penambah darah. Hal ini diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dikandungnya.

m. Obesitas atau kegemukan
Ibu hamil yang gemuk biasanya berasal dari keluarga penderita kencing manis atau pernah melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg. Apabila ibu hamil yang tergolong begini mengeluh merasa haus terus, banyak berkemih terutama di malam hari, dan merasa lapar terus, kemungkinan ibu ini mengidap penyakit kencing manis dalam kehamilan.

Adapula beberapa tanda bahaya pada kehamilan yang sesegera mungkin dibutuhkan pertolongan dokter. Tanda-tanda bahaya tersebut dapat berupa : 
  • Sakit perut yang hebat atau bertahan lama.
  • Pendarahan atau terjadi bercak pada vagina.
  • Bocornya cairan atau perubahan dalam cairan yang keluar dari vagina. Yakni jika menjadi berair, lengket, atau berdarah.
  • Adanya tekanan pada panggul, sakit di punggung bagian bawah atau kram sebelum usia 37 minggu kehamilan.
  • Kencing yang sakit atau terasa seperti terbakar.
  • Sedikit kencing atau tidak kencing sama sekali.
  • Muntah berat atau berulangkali.
  • Menggigil atau demam di atas 101oF (38, 3oC).
  • Rasa gatal yang menetap di seluruh tubuh, khususnya jika dibarengi kulit tubuh menguning, urine berwarna gelap, dan feses berwarna pucat.
  • Gangguan penglihatan, seperti pandangan ganda, pandangan kabur, buram, atau ada titik mata yang terasa silau jika memandang sesuatu.
  • Sakit kepala berat yang bertahan lebih dari 2-3 jam.
  • Pembengkakan atau terasa berat akibat cairan (edema) pada tangan, muka dan sekitar mata, atau penambahan berat badan yang tiba-tiba, sekitar 1 kilo atau lebih, yang tidak berkaitan dengan pola makan.
  • Kram parah yang menetap pada kaki atau betis, yang tidak mereda ketika ibu hamil menekuk lutut dan menyentuhkan lutut itu ke hidung.
  • Penurunan gerakan janin. Sebagai panduan umum, jika terjadi kurang dari 10 gerakan dalam 12 jam pada kehamilan minggu ke-26 atau lebih, artinya kondisi janin tidak normal.
  • Trauma atau cedera pada daerah perut.
  • Pingsan atau pusing-pusing, dengan atau tanpa palpitasi (pupil mata menyempit).

Apabila tanda–tanda bahaya tersebut di atas ditemukan pada ibu hamil maka kehamilannya berada pada kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan rujukan segera. Bila ibu ataupun keluarga terlambat menyadarinya dan terlambat untuk mencari pertolongan kepada tenaga kesehatan ataupun mendatangi tempat pelayanan kesehatan terdekat akan menyebabkan ibu dan janinnya dalam bahaya dan akan sulit untuk diupayakan selamat. 

Ibu ataupun keluarga dapat bekerja sama dengan bidan, kader–kader kesehatan, bahkan tokoh masyarakat yang dapat membantu untuk memperoleh pertolongan segera dan merujuk ketempat pelayanan kesehatan yang memadai fasilitasnya dalam upaya penanganan kondisi ibu tersebut.

Penanganan untuk mencegah keterlambatan dalam pengambilan keputusan dan upaya rujukan saat terjadinya komplikasi; menasehati ibu hamil, suaminya, ibunya atau anggota keluarga yang lain untuk melakukan beberapa hal ini :
  1. Mengidentifikasi sumber transportasi dan menyisihkan cukup dana untuk menutup biaya–biaya perawatan kegawatdaruratan.
  2. Rujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat dimana tersedia palayanan kegawatdaruratan obstetrik yang sesuai. Sambil menunggu transportasi, berikan pertolongan awal kegawatdaruratan, jika perlu berikan pengobatan.
  3. Mulai memberikan cairan infus (IV).
  4. Menemani ibu hamil dan anggota keluarganya.
  5. Membawa obat dan kebutuhan–kebutuhan lain.
  6. Membawa catatan medik atau kartu kesehatan ibu hamil dan surat rujukan.

Mengenali tanda bahaya pada kehamilan sangatlah penting untuk diketahui oleh ibu hamil. Salah satu cara untuk mengetahui adanya tanda bahaya pada kehamilan adalah dengan melakukan perawatan antenatal secara rutin.

Perawatan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin sejak mengetahui dirinya hamil untuk mendapatkan asuhan antenatal. Salah satu tujuan dari asuhan antenatal adalah untuk mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.

Suatu kehamilan mungkin saja akan mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetri, yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak ditangani dengan memadai. Dengan kesadaran dari ibu hamil bahwa kehamilan adalah salah satu kodrat perempuan, besar kemungkinannya ia akan menerima kehamilannya, dan akan merasa bahagia dengan kehamilannya. Sehingga ibu peduli dengan kondisi keselamatan jiwanya dan janin yang dikandungnya. Dengan kesadaran yang dimiliki ibu maka ada kemungkinan untuk dapat dideteksinya risiko dan penyulit dalam kehamilan.

Untuk mengantisipasi adanya risiko yang terlalu berat pada ibu berkaitan dengan kehamilannya, penting dilakukan sosialisasi kesehatan kepada ibu–ibu hamil tersebut tentang tanda–tanda bahaya dalam kehamilan, yang mencakup; keluarnya darah dari jalan lahir, keluar air ketuban sebelum waktunya, kejang, gerakan janin tidak ada atau berkurang, demam tinggi, nyeri hebat di perut, sakit kepala atau kaki bengkak, muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan muda, dan selaput kelopak mata pucat. 

Apabila tanda-tanda bahaya tersebut diabaikan dan menyebabkan ibu berada dalam kondisi yang mengancam jiwa dan sulit untuk ditolong, maka bukan tidak mungkin risiko kematian ibu dan janinnya di depan mata dan akan menambah deret Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Oleh karena itu, penting bagi ibu dan keluarga untuk mengenali tanda–tanda bahaya tersebut supaya tidak terlambat dalam mengambil keputusan untuk memperoleh pertolongan dari tenaga kesehatan (bidan atau dokter) bahkan mendatangi tempat pelayanan kesehatan terdekat guna mendapatkan layanan yang memiliki standar dan dapat dipertanggungjawabkan.


Kehamilan yang Memerlukan Perhatian Khusus

Pada umumnya kehamilan berlangsung normal dan alamiah. Untuk mendapatkan kehamilan yang sehat perlu pemeriksaan kehamilan yang teratur. Namun, adakalanya kehamilan disertai penyakit, gangguan, atau kelainan. Keadaan ini tidak boleh diabaikan. Agar kehamilannya sehat, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :

a. Keracunan kehamilan
Keracunan kehamilan biasanya ditandai dengan kaki membengkak, tekanan darah naik, penglihatan terganggu, dan air seni keruh. Dalam keadaan yang berat, ibu hamil mengalami kejang-kejang, tak sadar, dan dapat berakhir dengan kematian serta anak yang dikandungnya pun dapat meninggal pula.

b. Pendarahan
Keluarnya darah secara terus menerus dari kemaluan ketika sedang hamil tidaklah normal dan perlu dicurigai. Apabila usia kehamilannya masih muda, mungkin ini merupakan gejala ancaman keguguran. Namun, apabila terjadi pada usia kehamilan tua dimungkinkan adanya gangguan ari-ari.

c. Persalinan lama/sulit
Persalinan lama atau tidak maju-maju dapat mengancam bayi yang akan dilahirkan. Jika lahir pun ansib anak biasanya buruk. Otak anak sudah kekurangan zat asam terlalu lama. Kemungkinan anak lahir menjadi bodoh.

d. Bayi lahir cacat
Bayi lahir cacat karena memang sudah bawaan. Hal tersebut dapat diwarisi oleh ayah atau ibunya. Selain itu, dapat juga dipengaruhi Oleh obat, alkohol, dan nikotin yang diterima ibu selama hamil.

Kehamilan dengan keadaan-keadaan di atas memerlukan perhatian khusus. Oleh karena itu, dokter dan bidan harus diberitahukan jika ibu hamil mengalami kejadian di atas. Selain kondisi di atas, ada beberapa ibu hamil yang memerlukan perhatian khusus karena hal-hal tertentu seperti berikut ini :
  • Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
  • Ibu hamil yang mengalami keguguran kandungan lebih dari satu kali.
  • Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 142 cm.
  • Ibu hamil dengan berat badan kurang dari 40 kg.
  • Ibu hamil yang sangat gemuk dan berasal dari keluarga penderita kencing manis.
  • Ibu hamil yang jarak kehamilan sekarang dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun.
  • Ibu hamil yang pernah melahirkan lebih dari 4 kali.
  • Ibu hamil yang pernah mengalami gangguan kehamilan baik pada kehamilan terdahulu maupun kehamilan sekarang.
  • Ibu hamil yang pernah melahirkan anak dengan berat badan rendah atau kurang dari 2.500 gram.
  • Ibu hamil yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg.
  • Ibu hamil yang pernah melahirkan bayinya dengan tindakan operasi atau bantuan alat atau tindakan khusus.
  • Ibu hamil yang melahirkan bayi mati.
  • Ibu hamil yang pernah melahirkan anak sungsang atau posisi kepala di atas.
  • Ibu hamil yang pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan.
  • Ibu hamil yang pernah melahirkan anak kurang bulan (premature) atau terlalu lewat bulan.
  • Ibu hamil dengan penyakit menahun, seperti asma/TBC, jantung, kurang darah, kencing manis, tekanan darah tinggi, kurang darah, ginjal, hati, kelamin, dan gondok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar