Selasa, 26 Oktober 2021

Tauladan dari Rasulullah untuk Mendidik dan Mencintai Anak-Anak.

 



Ada beberapa teladan dari Rasulullah untuk mendidik dan mencintai anak-anak.

1. Menanamkan tauhid dan aqidah yang benar kepada anak

Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa tauhid merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. 

Sebaliknya, tanpa tauhid dia pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam adzab neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki.” (An- Nisa: 48)

Oleh karena itu, di dalam Al-Qur’an pula Allah kisahkan nasihat Luqman kepada anaknya. Salah satunya berbunyi,

“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” (Luqman: 13)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah memberikan contoh penanaman aqidah yang kokoh ini ketika beliau mengajari anak paman beliau, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang hasan. Ibnu Abbas bercerita,

“Pada suatu hari aku pernah berboncengan di belakang Nabi (di atas kendaraan), beliau berkata kepadaku: “Wahai anak, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah, kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat kepadamu, tidak akan bermanfaat hal itu bagimu, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan bermanfaat bagimu). Ketahuilah, kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul untuk mencelakakan kamu, tidak akan mampu mencelakakanmu sedikitpun, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan sampai dan mencelakakanmu). Pena telah diangkat, dan telah kering lembaran-lembaran.”

Perkara-perkara yang diajarkan oleh Rasulllah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Ibnu Abbas di atas adalah perkara tauhid.

Termasuk aqidah yang perlu ditanamkan kepada anak sejak dini adalah tentang di mana Allah berada. Ini sangat penting, karena banyak kaum muslimin yang salah dalam perkara ini. Sebagian mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana. Sebagian lagi mengatakan bahwa Allah ada di hati kita, dan beragam pendapat lainnya. Padahal dalil-dalil menunjukkan bahwa Allah itu berada di atas arsy, yaitu di atas langit. Dalilnya antara lain,

“Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy.” (Thaha: 5)

Makna istiwa adalah tinggi dan meninggi sebagaimana di dalam riwayat Al-Bukhari dari tabi’in.

Adapun dari hadits,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang budak wanita, “Dimana Allah?” Budak tersebut menjawab, “Allah di langit.” Beliau bertanya pula, “Siapa aku?” Budak itu menjawab, “Engkau Rasulullah.” Rasulllah kemudian bersabda, “Bebaskan dia, karena sesungguhnya dia adalah wanita mu’minah.” (HR. Muslim dan Abu Daud).

2. Mengajari anak untuk melaksanakan ibadah

Hendaknya sejak kecil putra-putri kita diajarkan bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa serta beragam ibadah lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Al-Bukhari).

“Ajarilah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika mereka berusia sepuluh tahun (bila tidak mau shalat -pen)” (Shahih. Lihat Shahih Shahihil Jami’ karya Al-Albani).

Bila mereka telah bisa menjaga ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka dari dini, insyaAllah ketika dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.

3. Mengajarkan Al-Qur’an, hadits serta doa dan dzikir yang ringan kepada anak-anak

Dimulai dengan surat Al-Fathihah dan surat-surat yang pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru khusus bagi mereka yang mengajari tajwid, menghapal Al-Qur’an serta hadits. Begitu pula dengan doa dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai menghapalkannya, seperti doa ketika makan, keluar masuk WC dan lain-lain.

4. Mendidik anak dengan berbagai adab dan akhlaq mulia

Ajarilah anak dengan berbagai adab Islami seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll.

Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlaq lainnya.

5. Melarang anak dari berbagai perbuatan yang diharamkan

Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan, seperti merokok, judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya.

Termasuk ke dalam permasalahan ini adalah musik dan gambar makhluk bernyawa. Banyak orangtua dan guru yang tidak mengetahui keharaman dua perkara ini, sehingga mereka membiarkan anak-anak bermain-main dengannya. Bahkan lebih dari itu –kita berlindung kepada Allah, sebagian mereka menjadikan dua perkara ini sebagai metode pembelajaran bagi anak, dan memuji-mujinya sebagai cara belajar yang baik!

Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda tentang musik,

“Sungguh akan ada dari umatku yang menghalalkan zina, sutra, khamr dan al-ma’azif (alat-alat musik).” (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Abu Daud).

Maknanya: Akan datang dari muslimin kaum-kaum yang meyakini bahwa perzinahan, mengenakan sutra asli (bagi laki-laki, pent.), minum khamar dan musik sebagai perkara yang halal, padahal perkara tersebut adalah haram.

Dan al-ma’azif adalah setiap alat yang bernada dan bersuara teratur seperti kecapi, seruling, drum, gendang, rebana dan yang lainnya. Bahkan lonceng juga, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Lonceng itu serulingnya syaithan.” (HR. Muslim).

Adapun tentang gambar, guru terbaik umat ini (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) telah bersabda,

“Seluruh tukang gambar (mahluk hidup) di neraka, maka kelak Allah akan jadikan pada setiap gambar-gambarnya menjadi hidup, kemudian gambar-gambar itu akan mengadzab dia di neraka jahannam.”(HR. Muslim).

“Sesungguhnya orang-orang yang paling keras siksanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah para tukang gambar.” (HR. Muslim).

Oleh karena itu hendaknya kita melarang anak-anak kita dari menggambar mahkluk hidup. Adapun gambar pemandangan, mobil, pesawat dan yang semacamnya maka ini tidaklah mengapa selama tidak ada gambar makhluk hidupnya.

6. Menanamkan cinta jihad serta keberanian

Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah keberanian Nabi dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam agar mereka mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah membebaskan negeri-negeri.

Tanamkan pula kepada mereka kebencian kepada orang-orang kafir. Tanamkan bahwa kaum muslimin akan membebaskan Al-Quds ketika mereka mau kembali mempelajari Islam dan berjihad di jalan Allah. Mereka akan ditolong dengan seizin Allah.

Didiklah mereka agar berani beramar ma’ruf nahi munkar, dan hendaknya mereka tidaklah takut melainkan hanya kepada Allah. Dan tidak boleh menakut-nakuti mereka dengan cerita-cerita bohong, horor serta menakuti mereka dengan gelap.

7. Membiasakan anak dengan pakaian yang syar’i

Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan anak-anak dari model-model pakaian barat yang tidak syar’i, bahkan ketat dan menunjukkan aurat.

Tentang hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Barangsiapa yang meniru sebuah kaum, maka dia termasuk mereka.” (Shahih, HR. Abu Daud)

Untuk anak-anak perempuan, biasakanlah agar mereka mengenakan kerudung penutup kepala sehingga ketika dewasa mereka akan mudah untuk mengenakan jilbab yang syar’i.

8. Mencium dan memeluknya

Nabi shallallahu alaihi wa sallam mencintai kedua cucunya, Hasan dan Husain. Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada Fathimah, “Panggilah kedua anakku!” lalu (setelah meraka datang) beliau mencium dan mendekap keduanya.” (HR Tirmidzi) 

Abu Hurairah berkata, “Suatu hari, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengecup Hasan bin Ali. Pada saat itu, disamping beliau duduk al-Aqra’ bin Habis al-Taimi. Al-Aqra’ berkata , “Saya mempunyai 10 orang anak, tetapi tidak satu pun yang pernah saya kecup.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Menatapnya, lalu bersabda, “Orang yang tidak menyayangi, tidak akan disayang.” (HR Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud) 

Aisyah berkata, “Seorang Badui datang menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lalu beliau bertanya, “Apakah kalian menciumi anak-anak?” Ia menjawab, “Kami tidak pernah mencium mereka.” Beliau berkata, “Adakah aku mampu meletakkan rasa kasih pada dirimu setelah Allah mencabutnya dari hatimu?” (HR Bukhari dan Muslim) 

Burairah berkata, “Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedang berkhutbah, datang Hasan dan Husain memakai pakaian merah. Keduanya berjalan dan kemudian terjatuh. Beliau shallallahu alaihi wa sallam turun dari mimbar kemudian menggendong keduanya dan mendudukkan di hadapannya. Kemudian beliau shallallahu alaihi wa sallam berkata, “Maha benar Allah dengan firman-Nya, bahwa harta dan anak-anak kalian adalah ujian. Aku melihat kedua anak ini berjalan dan terjatuh. Aku tidak tahan hingga aku memutus khutbahku dan mengangkat keduanya.” (HR Tirmidzi) 

9. Asyiknya bercanda dengan anak

Nampak asyik Rasulullah saat bercanda dengan anak-anak (kedua cucunya), sering kali Rasulullah digelantungi oleh mereka berdua. Al-Barra berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam digelantungi Hasan, dan Beliau berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah ia.” (HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi). Al-Barra’ juga mengatakan, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memperhatikan Hasan dan Husain, lalu berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku mencintai keduanya, maka cintailah keduanya.” (HR Tirmidzi) 

10. Bahagianya punya anak perempuan

Begitu bahagianya bagi mereka yang mempunyai anak perempuan, ada jaminan dari Allah yaitu surga dan dijauhkan dari api neraka. Pada masa jahiliyah anak perempuan adalah aib bagi keluarganya, ketika anak perempuan lahir seketika itu langsung di kubur hidup-hidup. Namun setelah hadirnya Islam di tengah-tengah mereka, maka Islam mengangkat derajat perempuan, dan memberi jaminan surga bagi orang tua yang ikhlas merawat anak perempuan serta menjadi dinding yang mengahalangi dari api neraka.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menasihati kaum muslimin agar merawat anak-anak mereka dengan baik, terutama anak perempuan. Beliau menjanjikan ampunan dan surga bagi orang yang memelihara anak perempuan mereka dengan baik. Ibnu ‘Abbas meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bersabda, “Barangsiapa mempunyai anak perempuan kemudian tidak membebaninya, tidak melemahkannya, dan tidak mengutamakan anak laki-laki atasnya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga.” (HR Abu Dawud) 

Aisyah berkata, “Seorang wanita disertai dua anak perempuannya datang meminta sesuatu dariku. Aku tidak mempunyai apa-apa selain selain buah kurma yang kuberikan kepadanya. Wanita itu kemudian mebelahnya dan memberikan kepada dua anaknya, lalu pergi. Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam datang, aku menceritakan hal itu. Beliau bersabda, ‘Barangsiapa diuji dengan anak perempuan, lalu ia berbuat baik kepada mereka, maka perbuatannya itu dapat menjadi dinding yang menghalanginya dari api neraka.” (HR Bukhari, Muslim dan Tirmidzi ) 

11. Ajari anak ibadah sejak dini

Banyak riwayat yang menunjukkan bahwa cara Rasulullah mengajari anak ibadah sejak dini, melalui mengajak mereka ke masjid. Disebutkan dalam riwayat bahwa, sering kali saat beliau bermaksud melamakan shalatnya, terdengar tangis bayi yang menyebabkan beliau mengurungkan niatnya dan mempercepat shalatnya karena kasihan kepada ibu si bayi tersebut. Ketika cucunya, Umamah putri Zainab, menangis, beliau menggendongnya sambil terus melakukan shalat. Ketika sampai pada sujud beliau meletakkannya dan kembali menggendongnya saat berdiri. (HR Bukhari dan Muslim) 

Suatu ketika beliau sedang bersujud dalam shalat. Lalu Hasan, cucu beliau, naik ke atas punggungnya. Beliau lalu memperlama sujudnya setelah selesai shalat beliau menjelaskan kepada para sahabatnya, “Cucuku naik ke atas punggungku (saat shalat). Aku tidak ingin mengangkat kepalaku sampai dia turun (dari punggungku).” (HR Ahmad dan Nasa’i) 

Di lain kesempatan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa di antara kalian yang menjadi imam shalat bagi manusia maka hendaknya dia meringankan shalatnya. Sebab di antara mereka ada orang tua, anak kecil, orang yang sakit dan orang yang memiliki keperluan.” Dan kepada Mu’adz ibn Jabal yang memperlama shalat ketika menjadi imam, beliau pun menegur, “Apakah kamu ingin membuat fitnah hai Mu’adz?” (HR Bukhari dan Muslim) 

Jika kita perhatikan hadits-hadits ini menunjukkan bahwa cara Rasulullah mengajari anak-anak dengan mengajaknya ke masjid, dengan demikian apa yang anak-anak lihat di dalam masjid adalah orang yang sedang shalat atau ibadah lainnya. Secara tidak langsung proses pendidikan dalam mengajari anak ibadah sejak dini sangat tepat karena anak-anak langsung praktek dengan apa yang dilakukan oleh orang tuanya yang sedang shalat.

12. Mendidik anak itu menyenangkan

Mendidik anak itu menyenangkan, hal ini dapat dirasakan oleh orang tua yang menjadikan anak sebagai anugerah besar yang Allah berikan, di samping itu juga anak yang lahir adalah amanah dari Allah, sehingga motivasi dalam mendidik anak adalah mendapatkan ridha Allah. Cinta seorang bapak atau ibu kepada anak-anaknya diwujud dalam bentuk pemeliharaan, pembimbingan, pengarahan, dan pendidikan yang baik terhadap anak-anaknya. Sehingga mereka tumbuh menjadi warga negara yang baik.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mewasiatkan dan mendorong kaum Muslim agar mendidik anak-anak mereka dengan baik, dan memotivasi mereka dengan pahala yang besar. Jabir bin Samurah meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

“Usaha seseorang mendidik anaknya pasti lebih baik dibandingkan dengan ia bersedekah satu sha’.” (HR Tirmidzi) 

Ayyub bin Musa meriwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

“Tidak ada pemberian yang lebih utama dari seorang ayah kepada anaknya daripada pendidikan yang baik,” (HR Tirmidzi) 

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menaruh perhatian yang demikian besar terhadap proses pertumbuhan anak sejak kecil. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyuruh para orangtua memberikan pendidikan dan pengawasan yang baik agar umbuh sifat-sifat terpuji dan sikap santun dalam diri anak. Fase ini merupakan fase yang oleh psikologi modern dianggap penting dalam pemberntukan kepribadian anak. Fase ini memiliki pengaruh besar dalam membentuk perilaku dalam menghadapi kehidupan di masa selanjutnya. 

13. Menjadi sahabat dan mendidik dengan keteladanan

Setiap anak akan belajar dari lingkungannya dan dalam hal ini lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya. Orang-orang di sekelilingnya akan menjadi model dan contoh dalam bersikap. Sudah selayaknya lah orangtua memberi keteladanan kepada anak-anaknya. Para orangtua sebaiknya memberikan contoh yang baik sesuai dengan nasihat dan ucapannya kepada para anaknya. Akan sangat lucu jika yang disampaikan orangtua kepada anak-anaknya ternyata tidak dilakukan oleh orangtua itu sendiri. Dalam Islam, keteladanan dari orangtua sangat menentukan terlebih di zaman sekarang media tontonan tidak dapat diharapkan menjadi contoh yang baik bagi pembentukan akhlak anak-anak muslim.

14. Mendidik dengan kebiasaan

Suatu kebaikan harus dimulai dengan pembiasaan. Anak harus dibiasakan bangun pagi agar mereka gemar melaksanakan shalat Subuh. Anak harus dibiasakan ke masjid agar mereka gemar melakukan berbagai ritual ibadah di masjid. Pembiasaan itu harus dimulai sejak dini, bahkan pembiasaan membaca Al-Qur’an pun bisa dimulai sejak dalam kandungan. Pembiasaan shalat pada anak harus sudah dimulai sejak anak berumur tujuh tahun.

15. Menumbuhkan rasa percaya diri anak

Sebagai upaya menumbuhkan rasa percaya diri anak, Rasulullah saw menggunakan beberapa cara berikut. Saat sedang berpuasa, Rasulullah mengajak anak-anak bermain sehingga siang yang panjang terasa cepat. Anak-anak akan menyongsong waktu berbuka dengan gembira. Hal ini juga membuat anak memiliki kepercayaan diri sehingga sanggup berpuasa sehari penuh. Sering membawa anak-anak ke majelis orang dewasa, resepsi, atau bersilaturahim ke rumah saudara sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan diri sosialnya. Mengajari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta menceritakan sirah nabi untuk meningkatkan kepercayaan diri ilmiahnya. Menanamkan kebiasaan berjual-beli untuk meningkatkan kepercayaan diri anak terkait ekonomi dan bisnis. Di samping itu, sejak dini anak akan terlatih mandiri secara ekonomi.

16. Memotivasinya anak berbuat baik

Seorang anak, meski kecil, juga terdiri dari jasad dan hati. Mereka dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci sehingga hatinya yang putih dan lembut itu pun akan mudah tersentuh dengan kata-kata yang hikmah. Anak-anak, terutama pada usia emas (golden age), cenderung lebih mudah tersentuh oleh motivasi ketimbang ancaman. Karenanya, hendaknya orangtua tidak mengandalkan ancaman untuk mendidik buah hati. Ketimbang mengancam, lebih baik orangtua memotivasi anak dengan mengatakan bahwa kebaikan akan mendapat balasan surga dengan segala kenikmatannya. Itu pulalah yang dicontohkan oleh Rasulullah kepada kita ketika beliau mendidik para sahabat.

17. Sediakan waktu untuk makan bersama anak

Rasulullah Saw. senantiasa menyempatkan untuk makan bersama anak-anak. Cara tersebut akan mempererat keterikatan batin antara orangtua dan anaknya. Dengan begitu kita dapat meluruskan kembali berbagai kekeliruan yang mereka lakukan melalui dialog terbuka dan diskusi. Alangkah baiknya jika ibu dan bapak berkumpul dengan anak-anak ketika makan bersama sehingga mereka merasakan pentingnya peran kedua orangtuanya. Hal ini juga dapat mempermudah meresapnya segala nasihat tentang perilaku, keimanan, atau pendidikan.

18. Mendidik dengan reward/hadiah

Memberi hadiah adalah salah satu penghargaan yang dapat melunakkan hati anak sehingga mereka akan bersimpati kepada kita dan akhirnya mau melaksanakan nasihat yang kita berikan. Namun perlu diingat, tidak semua perbuatan baik anak harus dihargai dengan materi. Lakukan reward yang bervariasi, bisa dengan pujian, ciuman, belaian, uang, dan lain-lain.

19. Memilih sekolah yang islami

Saat anak menginjak usia sekolah, orangtua berperan dalam memilihkan sekolah, mengajarkan Al-Qur’an, mengembangkan pola pikir anak, memberikan data dan ilmu semaksimal mungkin. Meski anak sudah mulai sekolah (mendapatkan ilmu di sekolah), orangtua hendaklah selalu belajar tentang pendidikan anak karena semakin bertambah usia anak, maka akan semakin kompleks pula problem (pendidikan anak) yang harus kita hadapi.

20. Mendidik dengan hukuman

Cara ini boleh dilakukan jika cara-cara di atas tidak berhasil. Memang di dalam Islam, menghukum diperbolehkan selama tidak berlebihan seperti sampai menyebabkan luka. Hukuman tersebut usahakan menimbulkan efek jera kepada anak agar ia tidak mengulangi perbuatannya. Akan tetapi harus diperhatikan adab-adabnya, jangan sampai berlebihan yang akhirnya akan membuat anak menjadi dendam.

21. Memahami keadaan anak secara baik dan menggunakan metode yang tepat

Setiap anak memiliki karakter dan pribadi yang berbeda walaupun berasal dari orangtua yang sama. Cari metode yang tepat dan jitu sehingga anak dapat diarahkan dengan lebih mudah.

Cara mendidik anak menurut Rasulullah saw dibagi menjadi beberapa tahapan:

Tahap I: sebelum anak lahir hingga usia 3 tahun

  • Mendoakan calon bayi
  • Mendoakan dan memberikan perhatian saat anak dalam kandungan
  • Mendoakan saat bayi hendak lahir
  • Menyambut bayi dengan azan
  • Men-tahniq bayi
  • Mengajarkan atau memperdengarkan zikir dan doa kepada bayi
  • Mengeluarkan zakat (fitrah) sejak ia lahir
  • Menyayanginya
  • Memberinya nama yang baik pada usia 7 hari
  • Melaksanakan aqiqah pada usia 7 hari
  • Mencukur rambutnya dan bersedekah setara dengan berat rambut pada usia 7 hari
  • Bercanda dengan bayi
  • Menyebut anak dalam gelar orang tua
  • Meng-khitan
  • Menggendong bayi
  • Menanamkan tauhid sejak dini
  • Memperhatikan penampilan dan gaya rambutnya
  • Mengajarkan cara berpakaian
  • Selalu menghadirkan wajah ceria kepadanya
  • Menciumnya dengan penuh kasih saying
  • Bercanda dan bermain dengan anak-anak
  • Memberi hadiah
  • Mengusap kepalanya sebagai bentuk kasih sayang
  • Mengajarkan dan meneladankan kejujuran pada anak


Tahap II: anak usia 4 – 10 tahun


  • Membiasakan panggilan kasih sayang dengan nada lembut
  • Menemaninya bermain dan belajar
  • Mengajaknya berjalan sambil belajar
  • Memberikan kesempatan yang cukup untuk bermain
  • Menghargai permainannya
  • Menanamkan akhlak mulia
  • Mendoakannya
  • Mengajaknya berkomunikasi secara intensif dan minta pendapatnya
  • Mengajarkan amanah dan menjaga rahasia
  • Membiasakan makan bersama
  • Mengajarkan adab makan
  • Mengajarkan persaudaraan dan kerja sama
  • Melerai ketika anak-anak bertengkar
  • Melatih kecerdasannya dengan lomba dan cara lainnya
  • Memberikan hadiah kepada anak yang berhasil melakukan sesuatu atau berprestasi
  • Menjaga anak dengan zikir dan mengajarinya berzikir
  • Mengajarkan azan dan shalat
  • Mengajarkannya berani karena benar
  • Jika anak mampu, boleh ditunjuk sebagai imam

Demikianlah beberapa tuntunan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mendidik anak. Hendaknya para orang tua bisa merealisasikannya dalam pendidikan mereka terhadap anak-anak. Dan hendaknya pula mereka ingat, untuk selalu bersabar, menasihati putra-putri Islam dengan lembut dan penuh kasih sayang. Jangan membentak atau mencela mereka, apalagi sampai mengumbar-umbar kesalahan mereka.

Inilah bentuk kerjasama suami istri yang harus diketahui pasangan muslim. Dengan tahu bagaimana cara mendidik anak dan menjalin kerjasama dengan pasangannya serta menjaga kekompakan, maka terbentuknya keluarga yang sakinah bukan sekedar impian semu, namun bisa direalisasikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar