Jumat, 29 Oktober 2021

Mengubah Musuh Menjadi Teman


  

 “Cara terbaik untuk menghancurkan musuh adalah menjadikannya sahabat.” (Mario Teguh)

Ungkapan di atas dapat diartikan bahwa musuh tidak selamanya akan menjadi musuh, tetapi musuh juga dapat dijadikan teman. Seperti halnya kisah Muhammad SAW yang mengubah musuhnya menjadi teman berikut ini.

Enam tahun setelah hijrah, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk memperluas misinya menyebarkan Islam. Kemudian beliau mengirimkan surat kepada penguasa-penguasa di Arab dan daerah sekelilingnya untuk mengundang mereka masuk ke dalam Islam. Salah satu penguasa itu adalah Thumamah ibn Uthal.

Thumamah adalah salah satu penguasa yang paling ditakuti pada zamannya. Dia adalah penguasa dari Al-Yamamah, dimana perkataannya adalah perintah mutlak yang tak terlanggarkan. Saat ia menerima surat dari Nabi Muhammad SAW mengundangnya untuk masuk Islam, ia marah dan ingin membunuh Muhammad SAW.

Thumamah kemudian mulai membunuh kawan-kawan baik Muhammad SAW dan prajurit-prajuritnya. Mengetahui hal itu, Nabi Muhammad mendeklarasikan ia (Thumamah) sebagai seseorang yang dicari dan secara hukum sah untuk dibunuh bila terlihat. Tidak lama setelah itu, Thumamah memutuskan pergi ke Ka'bah untuk tawaf dan menaruh berhalanya disana. Oleh karena itu, ia pergi dan meninggalkan Al-Yamamah.

Kemudian saat mendekati Madinah, sekawanan muslim yang sedang berpatroli di daerah Madinah (bertugas menangkap orang-orang asing yang mencoba memunculkan masalah) menawan Thumamah. Namun, sekawanan muslim ini tidak mengetahui bahwa orang asing itu adalah Thumamah. Mereka pun membawanya ke Rasulullah untuk menanyakan apa yang harus dilakukan terhadap orang asing ini. Ketika Rasulullah memasuki masjid dan melihat Thumamah, Rasulullah SAW bertanya kepada kawanannya itu

"Apakah kalian tahu siapa yang telah kalian tangkap ini?"

Mereka menjawab "Tidak Rasul.”

"Ini adalah Thumamah ibn Uthal al-Hanafi. Kalian telah bekerja baik dengan menangkapnya." Kata Rasulullah SAW.

Kemudian Rasul pulang ke rumahnya dan menemui keluarganya.

"Ambillah makanan apapun, dan berikan ke Thumamah ibn Uthal.”

Rasul juga meminta seseorang mengambil susu untuk diberikan kepada Thumamah. Nabi Muhammad SAW kemudian kembali menemui Thumamah dan berbicara dengan baik untuk mengajaknya menjadi seorang muslim.

Rasulullah kemudian bertanya "Bagaimana, apakah kamu bersedia?"

Thumamah menjawab, "Jika kamu ingin balas dendam, kamu bisa menyuruh seseorang untuk membunuhku. Jika kamu ingin memaafkan aku, aku akan sangat senang. Jika kamu menginginkan uang sebagai kompensasinya, aku akan berikan berapapun yang kamu minta."

Rasulullah kemudian membiarkannya selama dua hari, namun tetap mengantarkan secara personal makanan, minuman termasuk susu untuk Thumamah. Rasul kembali datang kepadanya dan mengajaknya kembali masuk Islam

"Apakah kamu bersedia?”

Thumamah mengulang jawabannya dua hari lalu. Nabi Muhammad SAW meninggalkannya lagi, dan kembali keesokan harinya

"Apakah kamu bersedia?"

Thumamah kembali mengulang jawabannya. Kemudian Rasulullah menemui prajuritnya dan mengatakan,

"Bebaskan dia."

Thumamah kemudian meninggalkan masjid tersebut dan pergi sampai ia tiba di sebuah hutan palem di luar Madinah dekat al-Baqi'. Ia kemudian memberi minum untanya dan membersihkan diri. Lalu ia berputar arah, kembali ke masjid Rasulullah sebelumnya. Ia berdiri di depan jemaah muslim seraya berkata,

"Aku bersumpah bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersumpah bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

Kemudian ia kembali menemui Rasul dan berkata:

"Oh Muhammad, demi Tuhan, sebelumnya tidak ada wajah seorangpun di bumi ini yang paling aku benci selain dirimu. Sekarang, wajahmu adalah hal yang paling aku sayangi dalam diriku.”

Thumamah melanjutkan, "Aku telah membunuh beberapa dari orangmu, kini aku dalam kemurahan hatimu, apa yang akan kau lakukan padaku?"

"Sekarang tidak ada yang akan menyalahkanmu, Thumamah." Jawab Rasul.

“Menjadi seorang muslim telah menghapuskan dosamu di masa lalu, dan membuat awal yang baru untukmu."

Itulah sepenggal kisah bagaimana Muhammad SAW mengubah musuhnya untuk dijadikan teman. Dari kisah tersebut, dapat diambil hikmahnya bahwa dalam kehidupan ini meskipun seseorang memusuhi kita, tetaplah menganggap mereka adalah teman kita. Karena musuh merupakan seorang teman yang belum “jadi.” Tetaplah berbuat baik padanya karena suatu saat nanti, musuh itu dapat menjadi teman bahkan sahabat bagi kita.

Jadilah pribadi yang ikhlas menerima bahwa akan selalu ada orang yang memusuhi kita walaupun kita tidak memusuhinya. Keikhlasan merupakan cara terbaik dalam menghancurkan musuh dan menjadikannya seorang sahabat.

Seseorang yang memiliki hati iri atau dengki yang sangat kuat, serta ego yang sangat luar biasa dapat menyebabkan teman-temannya berubah menjadi musuh. Namun ketika mereka merasakan dirinya telah menimbulkan banyak musuh, banyak orang tidak mengerti harus bagaimana berbuat agar dapat mengubah semua musuhnya itu menjadi teman.

Sebenarnya ketulusan dan kebajikan adalah perilaku dasar sebagai manusia, dari ketulusan dan niat baik yang berpadu akan terbentuk menjadi suatu hati kebaikan yang murni, ini sudah lebih dari cukup untuk menguraikan segala dendam yang ada di dunia ini, juga bisa dengan mudah mengubah musuh menjadi teman.

Pada tahun 1754, ketika itu George Washington sudah berpangkat kolonel. Dia sedang memimpin pasukannya dalam tugas garnisun di Kota Alexander. Hari itu bertepatan dengan hari pemilihan anggota kongres di parlemen Negara Bagian Virginia. Ada seseorang yang bernama William Bent sedang menentang seorang kandidat yang didukung oleh Washington.

Suatu hari, Washington mengadakan jajak pendapat dengan Bent mengenai masalah pemilihan umum ini dan dalam acara itu telah terjadi perdebatan yang sangat seru, dan Washington mengeluarkan kata-kata kotor yang sangat menusuk telinga. Mendengar perkataan itu, Bent sangat gusar, dengan penuh emosi dia mengayunkan tinjunya memukul Washington hingga jatuh ke lantai.

Ketika berita ini terdengar oleh prajuritnya, mereka berdatangan dan ingin membela pemimpin mereka atas pukulan itu, ketika itu Washington mencegah mereka dan meyakinkan mereka agar dengan tenang mundur kembali ke barak. Keesokan paginya Washington mempercayakan seseorang untuk membawakan secarik kertas catatan pada Bent, yang bertuliskan :

“Mohon Anda secepatnya ke sebuah bar setempat untuk bertemu.”

Dengan ekspresi muka yang sangat tegang Bent datang ke bar itu, dia mengira pasti terjadi suatu perkelahian sengit. Tapi di luar dugaannya, yang menyambutnya bukan sebuah pistol melainkan segelas bir persahabatan. Washington berdiri dengan wajah tersenyum, menjulurkan tangan atas kemauannya sendiri menyambut kedatangannya, juga dengan tulus hati berkata kepadanya,

“Tuan Bent, siapa orang yang tak pernah berbuat kesalahan, mengetahui kesalahan dan bisa segera diubah adalah orang yang berbakat luar biasa. Masalah kemarin, sesungguhnya adalah kesalahan saya. Anda telah melakukan tindakan yang telah menyelamatkan muka Anda, jika Anda merasakan tindakan itu sudah cukup, silahkan Anda sambut tangan saya ini untuk berjabat tangan, marilah kita menjadi teman.”

Setelah pergolakan ini reda dalam suasana persahabatan, sejak saat itu pula Bent telah menjadi pengagum sejati Washington. Di dalam pergolakan ini Washington telah memperlihatkan tingkat mentalitas yang luar biasa sebagai pencerminan bagi manusia awam.

Orang yang berpandangan picik hanya bisa menggunakan cara yang ekstrim yaitu ‘melakukan pembalasan yang setimpal’, yang akhirnya hanya akan memperbesar sakit hati, dan musuh akan semakin banyak. Orang yang berlapang dada mengerti akan memaafkan, sabar dan mengalah, dengan hati kebaikan yang murni memancarkan cahaya kehidupan, adalah alat pengurai dendam atau sakit hati yang paling efektif.

Tips Mengubah Musuh menjadi Teman

Dalam kehidupan sosial di sebuah lingkungan, seberapa pun baik dan menyenangkannya Anda tentu ada saja satu dua orang yang tidak menyukai tingkah laku dan sepak terjang Anda atau bahkan memusuhi Anda, baik secara tersamar maupun terang-terangan. Masalah seperti ini memang kerap kita alami dan untuk mengubah kondisi seperti itu ada beberapa tips untuk mengubah lawan menjadi kawan sebagai berikut.

  • Cooling Down
Ketika terjadi suatu konflik, hindari kedua belah pihak saling bersitegang. Buatlah suasana menjadi kondusif dan cobalah mencairkan suasana dengan bersikap sebaliknya. Kalau ada rekan yang mengompori, tidak perlu ditanggapi, katakan saja bahwa Anda tidak pernah memusuhi dia. Dan Anda tidak pernah punya persoalan dengan dia.

  • Berlagak pilon
Ketika seseorang memusuhi Anda, bersikaplah seolah-olah Anda tidak tahu kalau sedang dimusuhi. Anggaplan tidak pernah ada persoalan antara Anda dengan dia. Toh, yang menganggap Anda musuh adalah dia, bukan Anda.

Jagalah sikap senormal mungkin di depan dia. Kalau setiap tiba di kantor Anda menyapa dia, jangan hentikan kebiasan tersebut. Jika sapaan Anda ditanggapi dengan wajah cemberut, jangan ambil pusing. Lama-lama dia mungkin akan menyadari usaha dia memusuhi Anda sia-sia, karena Anda bersikap tidak peduli.

  • Rendah hati
Bersikaplah rendah hati. Kalau atasan memuji Anda di depan rekan-rekan lain, termasuk dia, jangan bersikap arogan. Katakan Anda masih punya banyak kekurangan, dan hasil yang Anda capai tidak lepas dari bantuan rekan-rekan lain, tak terkecuali dia. Biasanya sikap rendah hati akan membuatnya sadar bahwa Anda tidak layak dibenci. Sebaliknya sikap arogan akan membuatnya makin panas dan bersemangat membenci Anda.

  • Bersikap profesional
Bersikaplah seobyektif mungkin terhadap semua orang, meskipun ada beberapa yang kurang Anda sukai. Ketika ada salah satu dari teman Anda yang kurang Anda sukai menjadi salah satu anggota team Anda, mungkin Anda tidak ingin bekerjasama dengannya, tapi pekerjaan mengharuskan Anda satu team dengannya. Mau tidak mau, Anda harus bekerjasama dengan dia.

Singkirkan sejenak ketidaksukaan Anda, berikan sesuai porsi atau kapasitas Anda. Karena kalau tim itu gagal, Anda juga yang akan terkena dampaknya.

  • Inisiatif meminta maaf
Hari Raya Besar seperti Lebaran, Natal, Tahun Baru dan lain-lain merupakan momen yang tepat untuk memperbaiki hubungan dengan dia. Kalau dia tidak menghampiri Anda, tidak perlu gengsi mendatangi mejanya dan mengulurkan tangan meminta maaf lahir dan batin. Agar suasana mencair, boleh juga membawa makanan dan ajak dia mencicipi bersama.

Masa sih hatinya tidak juga terbuka melihat ketulusan Anda? Bukankah sekeras-kerasnya hati orang, masih lebih keras batu kali?

  • Jangan memancing
Sekesal apapun Anda pada dirinya jangan terpancing godaan rekan-rekan lain untuk menjelek-jelekan namanya. Karena bisa saja diantara teman-teman Anda itu, ada juga yang sengaja memancing di air keruh dan menambah suhu bertambah panas.

Kalau perlu katakan pada mereka bahwa dia tidak seburuk yang mereka duga. Dengan begitu, ia mungkin akan sadar bahwa sikap permusuhannya hanya akan membakar dirinya sendiri.

  • Jangan dibalas
Kejahatan tidak perlu dibalas dengan kejahatan juga. Berbuatlah kebajikan pada musuh Anda. Memang sulit mempraktekkannya tapi pasti bisa dilakukan. Satu contoh gampang adalah dengan memberi perhatian-perhatian kecil.

Misal, kalau Anda pergi ke luar kota, jangan lupa membelikan sesuatu untuk dia. Kalau Anda memberikan sesuatu untuk teman-teman dekatnya, berikan juga pada dia. Kebesaran jiwa Anda lambat laun mungkin akan meluluhkan hatinya.

  • Fokus pada pekerjaan
Daripada menanggapi permusuhannya, lebih baik fokus pada pekerjaan. Abaikan saja perilakunya yang memancing emosi, misalnya ketika ia gemar mengait-ngaitkan pekerjaan dengan hal lain yang tidak relevan. Pokonya apa pun yang dia lakukan, jangan gampang terpancing. Kalau perlu tanggapi perilakunya dengan bercanda sehingga dia akan merasa aksinya pada Anda tidak mempan.

  • Cry for help
Anda bisa minta bantuan orang ketiga untuk mencairkan komunikasi antara Anda dengan dia. Mintalah pada dia untuk membantu meluruskan permasalahan. Mungkin sikap permusuhan dia dilandasi salah paham atau misunderstanding. Biasanya masukan dari orang ketiga akan dia dengar ketimbang penjelasan dari Anda


Membangun hubungan yang sehat

Salah satu faktor penting dalam membangun hubungan yang sehat adalah kepercayaan. Kepercayaan merupakan pondasi penting dalam hubungan pertemanan, persahabatan, kerja sama, bisnis, dan sebagainya. Dalam membangun suatu kepercayaan kepada orang atau pihak lain diperlukan waktu dan proses yang panjang.

Oleh karena itu, kita harus bisa menjaga dan memelihara kepercayaan itu dengan sebaik-baiknya. Namun, kepercayaan yang telah dibangun sekian lama pun dapat runtuh dalam sekejap ketika kita melanggar kepercayaan yang telah diberikan kepada kita.

Kepercayaan harus dibangun dalam relasi timbal balik, yaitu menjadi pribadi yang dapat dipercaya dan juga mempercayai orang lain. Menjadi pribadi yang dapat dipercaya harus sejalan dengan kemampuan pribadi untuk mempercayai orang lain.

Dalam kehidupan sosial, setiap manusia selalu menginginkan agar dirinya dipercaya oleh orang lain. Oleh karena itu, manusia perlu membiasakan dirinya hidup sejalan dengan tuntutan ke arah itu. Adanya usaha untuk dapat saling percaya dapat membuat suasana kepercayaan akan muncul dan berkembang dalam hidup bersama.

Dengan berkembangnya rasa kepercayaan tersebut, kita dapat merasakan banyak manfaat sebagai orang yang dipercaya di masyarakat.

Sebaliknya, hilangnya kepercayaan dapat menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan. Hilangnya kepercayaan dapat disebabkan oleh dua sisi yaitu dari sisi diri kita sendiri dan sisi orang lain. Menghilangnya kepercayaan dapat disebabkan karena beberapa hal berikut.
  • Suka berbohong
  • Tidak bertanggung jawab
  • Tidak bisa menyimpan rahasia
  • Berwatak buruk
  • Tidak disiplin dalam hidup
  • Tidak punya komitmen dalam bekerja
  • Hidup sembarangan dan tidak teratur

Adanya konflik dalam suatu hubungan dapat mengakibatkan keretakan atau perpecahan hubungan tersebut. Meskipun kedua belah pihak yang berkonflik sudah saling memaafkan, namun terkadang masih kaku untuk memulai lagi hubungan yang harmonis seperti dulu lagi. Kedua pihak merasa canggung atau bahkan tidak tahu untuk memulai lagi sebuah hubungan yang manis.

Bagaimanapun jenis konflik yang melanda hubungan Anda dengan seseorang, tetapi di masa lalu Anda dan dia mempunyai hubungan yang harmonis. Untuk mengembalikan hubungan yang tidak lagi harmonis diperlukan langkah-langkah yang elegan. Berikut ini beberapa tips atau langkah-langkah yang dapat Anda tempuh agar hubungan menjadi harmonis kembali.

  • Meminta maaf
Langkah pertama untuk memperbaiki suatu hubungan adalah dengan meminta maaf dan mengakui kesalahan sepenuhnya ada di pihak Anda. Tunjukkan permintaan maaf Anda yang tulus dan sungguh-sungguh dengan cara menegaskan kesiapan Anda bertanggung jawab atas semuanya.

  • Tunjukkan penyesalan Anda
Jangan sembunyikan rasa penyesalan Anda. Biarkan mereka tahu bahwa Anda benar-benar menyesal dengan perbuatan itu dan berjanji tidak akan mengulanginya.

  • Tunjukkan bahwa Anda menderita
Biarkan orang itu tahu bahwa Anda menderita karena kesalahan yang Anda lakukan dan karena Anda tidak lagi berubungan dengannya.

  • Tunjukkan bahwa Anda menghormatinya
Tunjukkan bahwa tindakan Anda tidak bermaksud untuk tidak menghormatinya. Katakan bahwa Anda sangat menghormatinya.

  • Minta pengampunan
Jangan malu dan ragu untuk meminta pengampunan kepadanya. Katakan kesalahan Anda secara spesifik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar