Minggu, 31 Oktober 2021

Bekal Istri Saat Rumah Tangga Diterpa Badai.




Seorang wanita sebagai istri ia harus memiliki bekal yang cukup dalam mengokohkan rumah tangganya dari goncangan badai. Apa saja bekalnya:

1. Mujahidah

Mujahidah merupakan bentuk seorang wanita yang mengedepankan semangat rela berkorban. Yakni, dalam berumah tangga wanita harus rela mengorbankan segalanya untuk keluarga. Baik itu waktu, pikiran, tenaga dan lainnya. Hal ini membutuhkan semangat yang ekstra ketika mengalami ujian.

Untuk menyelesaikan perkara dalam rumah tangga, butuh adanya rasa sabar. Mungkin akan sulit dilakukan, tapi bila kita sungguh-sungguh menghadapinya, insyaAllah, Allah akan memberikan kemudahan. Selain itu, hati yang tulus dan ikhlas juga dibutuhkan dalam menyelesaikan ujian tersebut. Karena dengan begitu, keputusan yang akan kita lakukan pun tidak akan menjadi penyesalan di kemudian hari. Terutama bagi kelangsungan berumah tangga. Karena kita sudah memikirkannya dengan hati yang tenang dan senantiasa berserah diri kepada Allah.

2. Mujtahidah

Bagi seorang wanita dibutuhkan wawasan yang luas. Bukan hanya ketika sudah berumah tangga, tapi sebelum berumah tangga juga hal ini sangatlah diperlukan. Wanita itu haruslah haus akan ilmu. Sehingga ia akan terus mencari ilmu hingga akhir hayatnya.

Ilmu itu penting kita miliki. Dan ketika berumah tangga, ilmu ini akan bermanfaat bagi generasi penerus kita. Bayangkan saja bila kita tidak memiliki ilmu yang cukup untuk berumah tangga. Tentu, apabila kita dilanda ujian, keputusan yang dilakukan pun hanya akan mengikuti hawa nafsu semata. Karena dia tidak memiliki pengetahuan yang lebih dalam menjalankan rumah tangga yang baik.

Dalam mencari ilmu, seorang wanita harus mau untuk membaca. Karena dengan membaca segala jenis ilmu dapat kita dapatkan. Selain itu, wanita harus aktif dalam mencari ilmu. Seperti mengikuti kegiatan-kegiatan yang berwawasan ilmu pengetahuan. Misalnya, mengikuti majelis-majelis ilmu. Dan bila tidak mengetahui tentang sesuatu, hendaklah bertanya.

3. Mujaddidah

Wanita yang sudah memiliki kriteria seperti tersebut di atas, maka ketika dilanda ujian, dia akan senantiasa mencari jalan keluar. Dia akan berupaya keras merubah kondisi keluarganya. Berbagai upaya akan dilakukan. Termasuk dengan mencari cara-cara baru. Sehingga keluarga yang dia bina, insyaAllah akan menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.

4. Hadirkan rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap keutuhan rumah tangga. 

Ketika kita berada dalam konsep pernikahan atau berumah tangga maka sudah barang tentu tak ada lagi yang namanya sikap ego dan mementingkan diri sendiri. Kita harus berupaya agar masing-masing kita memahami hak dan kewajiban, merasa berharga, bernilai, bermartabat, berkepentingan, berkontribusi positif dan bertanggungjawab terhadap keutuhannya. Dengan rasa memiliki dan bertanggung jawab, ujian yang terjadi dalam pernikahan seberat apapun akan mampu kita lalui dengan baik.

5. Perbaiki komunikasi.

Komunikasi adalah hal yang penting dalam membangun sebuah pernikahan. Terkadang ujian datang karena disebabkan komunikasi kita yang tidak efektif dengan pasangan kita. Keserasian dan keharmonisan dan saling pengertian di antara pasangan suami istri itu datangnya dari sering dan banyaknya menjalin komunikasi secara harmonis tanpa batas dalam hal apa saja. Komunikasi antara pasangan suami istri terkait keberhasilan, kegagalan, rencana masa depan, pendidikan anak, keharmonisan dalam perjalanan kehidupan berumah tangga adalah isu-isu penting dan utama. Komunikasi efektif bisa di lakukan dengan saling memahami terhadap perubahan yang ada. Berkomunikasilah di berbagai kesempatan yang ada.

6. Saling terbuka dalam hal apapun terutama tentang masalah finansial.

Jangan pernah merahasiakan sesuatu dari pasangan kita. Termasuk tentang masalah keuangan keluarga. Pada beberapa pasangan, masalah finansial bisa selalu menjadi pemicu pertengkaran. Untuk meminimalkan adanya pertengkaran yang disebabkan masalah finansial, sebaiknya Anda dan pasangan saling terbuka tentang keuangan dan mulai berhemat dan menabung untuk merencanakan masa depan. 

Bila ujian itu bersumber dari kekurangan finansial, maka buatlah kesepakatan untuk mencari sumber nafkah bersama. Istri boleh bekerja membantu suami tapi dengan catatan pekerjaan yang di ambil, tidak melanggar batasan syariat dan tidak melalaikan tugasnya sebagai ibu dan sebagai istri. 

7. Sempatkan waktu sesering mungkin untuk berkunjung ke rumah orangtua.

Jika ujian pernikahan, timbul dari keluarga terutama orang tua, Anda harus tetap memposisikan diri sebagai anak yang berbakti. Buat kesepakatan dengan pasangan kita untuk sesering mungkin mengunjungi orang tua. Mintalah saran dan nasihat mereka tentang permasalahan apapun dalam pernikahan. Karena mereka sudah pasti memiliki pengalaman yang lebih dari kita. 

Mintalah agar mereka mendoakan kita. Dengan doa mereka kita berharap Allah akan selalu memberikan kebaikan dan keberkahan pada pernikahan kita. Ketahuilah bahwa Doa orang tua merupakan salah satu kunci keberkahan sebuah pernikahan.

8. Berbagi tanggung jawab dalam mengurus buah hati.

Setiap pernikahan pasti mengharapkan keturunan. Namun biasanya Dalam tahapan awal periode menjadi orang tua, bukan hanya kebahagiaan saja yang akan kita rasakan. Stres karena memiliki tanggung jawab baru bisa dialami suami-istri. 

Di antara Anda dan pasangan mungkin saja terjadi pertengkaran atau terjadi perbedaan pendapat saat mengurus buah hati. Buatlah kesepakatan dalam berbagi tanggung jawab, Agar beban tak bertumpu pada satu pihak saja.

9. Hadirkan Allah dalam setiap permasalahan yang dihadapi.

Sahabat salam, sesungguhnya Allah selalu bersama kita dalam kondisi apapun. Sifat kasihNya tak pernah meninggalkan kita. Ketika kita diuji, Allah hanya ingin kita kembali kepadaNya, menyerahkan permasalahan hidup dan memohon pertolongan hanya dariNya. Hadirnya Allah dalam hati merupakan parameter tingkat keimanan kita. Semakin beriman maka semakin sering kita mengingat Allah, dan semakin dekatlah kita dengan Allah.

Ketika kita menghadirkan Allah dalam setiap permasalahan kita, maka dengan caranya ia akan memberikan solusi untuk setiap permaslahan kita. Ujian yang kita hadapi dalam pernikahan pun, akan mudah dilalui karena Allah lah yang akan selalu membimbing dan menguatkan kita. Bagi Allah ujian itu kecil, jika dibandingkan dengan kemurahan Nya. Allah yang menggenggam hati setiap manusia, hanya Dia yang berkehendak membolak balik hati kita. Maka serahkanlah semuanya kepada Tuhanmu.

10. Mengoptimalkan kesabaran, bila perlu melatih diri untuk menjadi lebih penyabar dan tabah menghadapi segala masalah. 

Di dalam hidup berumah tangga, kesabaran lebih dibutuhkan daripada sekedar berinteraksi dengan teman dekat misalnya. Istri, bagi seorang suami, sudah menjadi belahan jiwa. Sehingga menghadapi seorang istri yang sulit memahami ungkapan dan penjelasannya saja seorang suami sudah bisa dibikin susah. Oleh sebab itu, tidak jarang seorang suami tampil demikian percaya diri dan amat meyakinkan di hadapan publik, namun menjadi amat bodoh dan tidak punya nyali di hadapan istrinya. 

Demikian juga seorang istri. Seringkali seorang istri mampu menahan berbagai terpaan fitnah hebat dari luar rumah, namun menjadi pusing tujuh keliling, hanya menghadapi seorang suami yang menimbulkan masalah-masalah sederhana. Di situ kesabaran diuji.

11. Memaklumi sebagian kekurangan. 

Ibarat pepatah Arab yang artinya: “Siapa yang mencari kawan tanpa kekurangan, pasti akan hidup tanpa kawan.” Nabi saw juga telah memperingatkan kita agar memaklumi sebagian dari kekurangan pasangan kita. Karena bila kita kecewa terhadap salah satu sifat buruknya, pasti kita akan dibuat terperangah dan senang oleh sifatnya yang lain.

12. Bertaubat. 

Hanya taubat yang tulus yang dapat membuka pintu hati masing-masing pasangan suami istri untuk mengetahui kekurangannya, untuk mau memperbaiki diri dan menjalankan segala kewajibannya di hadapan Allah dan terhadap pasangannya. Allah berfirman dalam surat At-Tahriem ayat 10, yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kalian dengan taubat yang tulus. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kalian...”

Taubat yang tulus akan membuka pintu ampunan Allah.

13. Jangan mendramatisir persoalan. 

Bila masing-masing pihak sudah berbaikan, coba tekan permasalan hingga ke bawah telapak kaki. Jangan mendramatisir suasana, misalnya dengan nyeletuk: “Aduh, gara-gara kamu tadi, aku jadi gak bisa kerja. Kepalaku pusing!” Atau dengan nada kesal melontarkan kata-kata: “Baik, aku maafkan. Tapi rasanya aku tidak akan melupakan kejadian ini seumur hidupku!”

Semua sikap seperti itu sering berakibat buruk. Sering menunda-nunda terjadinya perbaikan antara kedua belah pihak. Untuk itu, faktor kesabaran yang ditambah dengan formula ‘mudah mengalah’, amatlah dibutuhkan.

Pada akhirnya, kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang muncul melalui penempaan, gemblengan dan cobaan. Justru di situlah letak dari ‘seni hidup’ di dunia ini. Sementara bagi seorang mukmin, kebahagiaan di dunia hanya merupakan garis kodrat yang harus dilaluinya melalui berbagai upaya memaksimalkan penghambaan dirinya terhadap Allah, sehingga akan melahirkan kebahagiaan ‘super sejati’ di akhirat nanti, yang tidak lain, bagi seorang mukmin, adalah pintu keluar dari penjara dunia.

Di balik semua taqdir yang Allah tetapkan kepada setiap manusia, pasti terkandung hikmah yang besar, yang terkadang tidak bisa dipahami oleh nalar kita sebagai manusia. Hakikat ujian pada dasarnya adalah wahana untuk meningkatkan kualitas diri kita. Allah adalah pencipta kita, dan hanya Allah lah yang tahu batas kemampuan kita. Maka setiap ujian yang di berikanNya tak akan melebihi batas kemampuan yang kita miliki. 

Ujian akan selalu datang selama kita menjalani kehidupan ini. Susah senang kan silih berganti, mengisi hari-hari kita. Hanya orang-orang yang ikhlas dan bersabarlah yang bisa melewatinya dengan baik. Begitupun dalam pernikahan, ujian itu akan selalu kita temui. Tak sedikit orang yang kalah, namun tak sedikit pula yang merasa bahwa dengan gelombang ujian sebuah ikatan pernikahan dalam keluarga menjadi lebih erat dan kokoh. 

Allah berfirman:

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS Al-Anbiya’:35).

Tentang hal ini Ibnu Abbas berkata: 

“Kami (Allah) akan mengujimu dengan kesulitan maupun kesenangan, kesehatan maupun penyakit, kekayaan ataupun kemelaratan, halal maupun haram, ketaatan maupun kemaksiyatan, perintah maupun larangan petunjuk maupun kesesatan, siapakah yang sebenar-benarnya bertaqwa.”

Allah juga berfirman dalam ayat lainnya yang berbunyi seperti ini:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) dan mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al -‘Ankabut: 1-3).

Ujian dalam pernikahan sebuah keniscayaan. Setiap orang yang memasuki gerbang pernikahan, harus siap dengan segala konsekuensi yang ada di dalamnya. Pernikahan memang penuh kejutan. Inilah yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, terutama bagi mereka yang tidak pernah mempersiapkan diri atau salah persepsi tentang makna pernikahan. Kesiapan fisik dan mental dan keilmuan tentang agama juga menentukan seberapa sanggup menghadapi ujian yang diberikan oleh Allah pencipta kita yang Maha sempurna.

Ketika pernikahan kita di uji, kita harus tahu cara jitu untuk menyikapi ujian dalam pernikahan, agar ujian tersebut memberi hikmah yang bisa menguatkan ikatan pernikahan kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar