Selasa, 06 Juni 2023

Cepat Pulih Pasca Operasi (Asep Mulyana - Pengusaha)

 Cepat Pulih Pasca Operasi (Asep Mulyana - Pengusaha)




Saya merasakan adanya percepatan pemulihan kesehatan saya pascaoperasi otak/kepala karena kecelakaan yang menimpa saya sekeluarga di Ciamis, pada hari Natal 25 Desember 2010 lalu. Seminggu setelah operasi otak/kepala itu, saya bahkan masih belum mampu untuk duduk tegak karena kepala rasanya pusing sekali dan badan terasa sangat sakit. Bicara pun masih belum jelas. 

Selama 11 hari di RS Hasan Sadikin (RSHS) (25 Desember 2010-4 Januari 2011) dan 7 hari (4 Januari 2011-11 Januari 2011) di rumah kakak sepupu saya di Bandung (sepulang dari RSHS), saya tidak bisa berjalan dengan baik karena kepala terasa sangat pusing dan harus berpegangan untuk dapat berjalan.

Kini, bahkan saya sudah bisa berlari pagi (aktivitas ini saya hentikan karena kata tetangga saya yang dokter, saya disarankan untuk tidak melakukan aktivitas yang menimbulkan guncangan di kepala/otak seperti lari pagi/jogging). Saya juga telah menikmati penglihatan yang lebih baik karena mata kanan saya yang sebulan lalu tidak bisa dibuka (karena rusak saraf-saraf penggeraknya dan lemah sekali retinanya) sekarang sudah bisa dibuka meski penglihatan belum normal sepenuhnya (penglihatan masih membayang dua kalau melihat ke arah bawah). 

Saya merasakan terjadinya percepatan pemulihan kesehatan saya dari hari ke hari. Hari Minggu, pada tanggal 9 Februari, saya bahkan dapat bepergian dari Banjar ke Jogja dengan naik bis umum ditemani istri saya untuk mengurus kuliah yang sedang saya tekuni. Perjalanan itu berjalan sangat lancar. Pada Minggu, 20 Februari 2011, saya mengikuti gerak jalan santai dalam rangka HUT Banjar ke-8 yang berjarak beberapa kilometer.

Seorang dokter kenalan saya di Banjar menyatakan kekagetannya melihat percepatan pemulihan saya. Dia mengira saya sudah lama dioperasi–berbulan-bulan yang lalu–padahal rentang waktu antara saya dioperasi dan waktu ketika bertemu dokter tersebut hanya 1,5 bulan. “Wah, baru 1,5 bulan lalu? Cepat juga pemulihannya ya!” ujar dokter itu. 

Apa yang membuat percepatan pemulihan saya tersebut? Saya melakukan beberapa treatment, yaitu:

1.  Menetapkan keyakinan di dalam pikiran dan hati saya bahwa saya akan sehat, sembuh total-permanen, dengan kondisi yang jauh lebih baik dan lebih sempurna daripada sebelum kecelakaan terjadi, dengan mudah, murah, dan cepat. Saya membayangkan Gusti Allah—melalui kecelakaan maut dan operasi bedah di kepala/otak itu—sedang meng-upgrade diri saya, sehingga apapun yang terjadisaat ini saya mengimani bahwa Tuhan sesungguhnya sedang “memperbaiki” diri saya.

2.  Berikhtiar dengan berbagai cara, mulai dari upaya medis maupun nonmedis. Untuk upaya medis, saya tetap melakukan kontrol ke dokter bedah saraf RSHS Bandung dan lalu ke dokter mata di RS mata Cicendo Bandung. Saya lakukan itu meskipun jarak Banjar-Bandung cukup jauh, kira-kira ditempuh selama 5 jam dengan naik bis umum. Saya menuruti semua nasihat dokter, baik dokter bedah saraf maupun dokter mata, termasuk mengonsumsi obat yang diresepkan. Upaya nonmedis saya coba dengan pijat oleh ahli pijat saraf di kampung istri saya di Ciamis. Saya saat ini menjalani terapi makanan yang disarankan ahli pijat saraf yang menangani saya, diantaranya meminum jus wortel, jus apel, jus melon, jus pepaya mentah, air godokan 5 macam rempah-rempah/herbal setiap hari, serta menetesi mata kanan saya yang belum normal dengan air biji kelor setiap malam sebelum tidur. Saya juga mengonsumsi bekatul beras merah dan beras merah yang mengandung vitamin B15 setiap hari, seperti dianjurkan dokter mata di RS Mata Cicendo Bandung.

3.  Menenangkan hati dengan beribadah kepada Allah SWT: mendirikan shalat diantaranya merutinkan shalat Dhuha, berdoa, berzikir, membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan berpuasa Nabi Daud AS.

Sejak sebulan lalu setibanya saya di rumah saya di Kota Banjar pada 11 Januari 2011, saya mulai tepat waktu menunaikan shalat fardhu 5 waktu dan tertib menunaikan shalat sunnah qobliyah dan sunnah ba’diyah. Dan sejak seminggu lalu saya mendirikan shalat fardhu secara berjamaah di masjid dekat rumah (untuk shalat subuh, magrib, dan isya). Saya juga selalu bangun di sepertiga malam terakhir, lalu menunaikan shalat sunnah Tahajud. Pada pagi hari saya mendirikan shalat sunnah Dhuha.

“Demikianlah, shalat sunnah Dhuha membuat hati dan jiwa saya tenang. Ketenangan hati dan jiwa saya itulah yang, saya yakini, menjadi faktor kunci percepatan pemulihan kesehatan saya.”

Bukan itu saja! Kini saya merasa diri saya mengalami upgrade. Saya merasa Allah telah meningkatkan derajat kemanusiaan saya. Ya, ini bukan Asep yang dulu. Saya merasa menjadi Manusia Baru yang lebih baik dan lebih sempurna daripada Asep yang dulu. Sungguh, Allah telah membedah dan membersihkan otak/kepala saya (melalui tangan-tangan dokter), menjadikan saya sebagai Manusia Baru.

Saya merasa seperti bayi yang baru keluar dari kandungan ibunya. Saya seperti dilahirkan kembali dengan pandangan, pendengaran, pikiran, perasaan, dan kesadaran yang sama sekali baru dan terasa sangat berbeda dari sebelumnya. Ibadah saya kepada Allah makin meningkat, kian ketat dan disiplin. Hati saya pun makin lembut. Saat ini kalau saya mendengar ada orang yang sakit atau sedang dalam keadaan susah, saya ingin segera menjenguk dan membantu kesulitannya. Saya pun makin optimis, positif, ikhlas, sabar, dan tawakal menjalani hidup ini.

Alhamdulillah, segala puji dan puja hanya untuk Engkau, ya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar