Jumat, 10 Juni 2022

Diberi Gambaran Neraka Saat di Makkah (Laila - Jakarta)



Saya seorang pemandu jamaah haji dan umroh yang sudah 9 tahun menetap di Makkah. Saat menjadi pemandu haji dan umroh, telah banyak melalui berbagai pengalaman menarik. Di antaranya satu kejadian yang tidak akan pernah saya bisa lupakan. Pengalaman ini dialami oleh seorang wanita yang berusia 30-an tahun pada saat saya memandu rombonganya saat melakukan ibadah haji.

Dalam rombongan tersebut ada seorang wanita, sebut saja namanya Dewi. Rombongan Dewi setibanya di Bandara Jeddah kami sambut dengan sebuah bus. Semuanya terlihat riang karena ini adalah perjalanan haji pertama mereka. Setelah itu saya membawa mereka dengan menaiki bus menuju ke Madinah.

Alhamdulillah, segalanya berjalan lancar hingga kami sampai di Madinah. Tiba di Madinah, semua orang turun dari bus. Turunlah mereka satu persatu sampai tiba pada giliran wanita yang bernama Dewi tersebut. Tanpa sebab yang jelas tiba-tiba wanita itu jatuh tidak sadarkan diri, yang secara langsung setelah menginjak bumi Madinah.

Sebagai orang yang bertanggungjawab dengan rombongan tersebut, saya pun bergegas menuju ke arah wanita itu. Saya lihat dan periksa ternyata tubuh wanita tersebut panas dan menggigil. Suasana ini membuat panik jamaah lain. Tanpa menunda-nunda, akhirnya wanita yang bernama Dewi tersebut saya angkat dan saya bawa ke rumah sakit Madinah yang terletak tidak jauh dari tempat kejadian. Sementara itu, jamaah yang lain diantar ke tempat penginapan masing-masing. Sampai di rumah sakit Madinah, wanita itu masih belum sadarkan diri. Berbagai usaha dilakukan oleh dokter untuk memulihkannya, namun semuanya gagal.

Sementara itu, saya lalu kembali meneruskan mengurus jamaah haji yang lain. Dan dengan terpaksa saya meninggalkan wanita tersebut di rumah sakit. Namun dalam kesibukan mengurus jamaah, saya menghubungi rumah sakit Madinah untuk mengetahui perkembangan wanita tersebut. Namun saya diberi kabar bahwa dia masih tidak sadarkan diri. Selepas dua hari, wanita itu masih juga belum sadarkan diri. Saya makin cemas, maklumlah, itu adalah pengalaman pertama saya berhadapan dengan situasi seperti itu. Semua usaha untuk memulihkannya gagal, maka wanita itu dibawa ke rumah sakit Abdul Aziz Jeddah untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Di Jeddah, rumah sakitnya lebih lengkap. Namun usaha untuk memulihkannya masih belum berhasil.

Jadwal haji harus diteruskan. Kami berangkat ke Makkah untuk mengerjakan ibadah haji. Selesai haji, saya langsung pergi ke Jeddah. Namun, sampai rumah sakit Abdul Aziz, saya diberitahu oleh dokter bahwa wanita tersebut masih koma. Bagaimanapun, kata dokter, keadaannya stabil. Melihat keadaannya itu, saya mengambil keputusan untuk menunggunya di rumah sakit.

Setelah dua hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka matanya. Dari sudut matanya yang terbuka sedikit itu, dia memandang ke arah saya dan tiba–tiba memeluk saya dengan erat sambil menangis terisak-isak. Ketika itu saya sangat bingung, saya bertanya kepada wanita tersebut, mengapa dia menangis.

Dia sambil terbata–bata kemudian menjawab bahwa dia akan taubat, dia menyesal telah berbuat hal-hal yang tidak baik. Kemudian sambil terisak dia menceritakan kalau dia sudah berumah tangga, menikah dengan lelaki bule. Dan selama ini dia tidak pernah mengerjakan ibadah. Dia tidak shalat, tidak puasa, bahkan dia dan suami sering minum minuman keras. Bisa dikatakan, Islam-nya hanya di KTP saja.

Sambil tercekat suaranya, dia melanjutkan ceritanya bahwa saat koma dia merasa telah diazab dengan siksaan yang benar-benar pedih atas segala kesalahan yang telah dia perbuat selama ini. Selama koma itu, dia telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah berikan kepadanya. Dia merasa seperti diazab di neraka. Karena dia selama hidup tak pernah pakai jilbab. Sebagai balasan, rambutnya ditarik dengan bara api. Sakitnya tidak bisa dia ceritakan dengan kata-kata. Tidak hanya itu, buah dadanya pun diikat dan dijepit dengan penjepit yang dibuat daripada bara api, kemudian ditarik ke sana-sini, putus, jatuh ke dalam api neraka. Dan dalam komanya itu, dia merasakan kesakitan yang sangat luar biasa. Menurutnya, setiap hari dia disiksa, tanpa henti, 24 jam sehari. Dia tidak diberi waktu untuk beristirahat atau dilepaskan dari hukuman, sepanjang masa koma itu dilaluinya dengan azab yang amat pedih.

Dengan suara terbata-bata, dengan berlinangan air mata, wanita itu meneruskan ceritanya. Bila rambutnya ditarik dengan bara api, sakitnya terasa seperti kulit kepala yang ikut terlepas. Panasnya juga menyebabkan otaknya terasa seperti menggelegak. Azab itu dirasakannya sangat pedih... pedih yang amat sangat... tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata. 

Sambil bercerita, wanita itu terus meraung, menangis terisak-isak. Terlihat dia betul-betul menyesal atas semua kesalahannya. Saya pun termenung, kaget dan menggigil mendengar ceritanya. Sangat pedih balasan Allah kepada umat-Nya yang ingkar.

Wanita itu mengatakan kembali bercerita kalau dirinya berislam hanya sebatas KTP saja. Dia sering minum alkohol, bermain judi dan melakukan segala macam dosa besar. Oleh karena dia suka makan dan minum apa yang diharamkan Allah, semasa tidak sadarkan diri itu dia merasa telah diberi makan buah-buahan yang berduri tajam.

“Buah yang tak berisi melainkan hanya duri-duri saja, tapi saya sangat ingin memakannya, karena saya benar-benar merasa lapar. Bila ditelan buah-buah itu, duri-durinya menusuk kerongkongan saya dan bila sampai ke perut terasa menusuk perut saya. Sedangkan jari yang tertusuk jarum pun terasa sakitnya.”

Setelah buah-buah duri itu habis, dia diberi makan berupa bara-bara api. Pada saat dia dimasukkan bara api itu ke dalam mulut, seluruh badannya terasa seperti terbakar hangus. Panasnya cuma Allah saja yang tahu. Api yang ada di dunia ini tidak akan sama dengan kepanasan yang dia rasakan. Setelah memakan bara api itu, dia meminta minuman, tapi dia dihidangkan dengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya cukup busuk, dia terpaksa meminumnya sebab dia sangat merasa haus.

Semasa diazab itu, dia merayu memohon kepada Allah supaya diberikan nyawa sekali lagi, untuk bisa hidup sekali lagi. Tak berhenti dia memohon dan tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Dia berjanji tidak akan ingkar atas perintah Allah dan akan jadi umat yang shalih.

Saya termenung mendengar cerita wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha Agung dan Maha Berkuasa. Kita manusia ini tak akan terlepas dari balasan-Nya. Kalau baik amalan kita maka baiklah balasan yang akan kita terima, kalau buruk amalan kita, maka azab-lah kita di akhirat kelak.

Alhamdulillah, wanita itu telah menyaksikan sendiri kebenaran Allah. Sejak itu wanita tersebut benar-benar berubah. Ketika saya membawanya ke Makkah, dia menjadi jamaah yang paling khusyu’. Amal ibadahnya tak pernah berhenti. Contohnya, kalau wanita itu pergi ke masjid pada waktu Maghrib, dia hanya akan kembali ke hotelnya selepas shalat Subuh.

Selain itu dia berdoa, memohon kepada Allah supaya mengampuni dosanya. Subhanallah... pengalaman yang luar biasa, taubat nasuha saat ibadah haji.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar