Kamis, 30 Juni 2022

Bahaya Obesitas saat hamil





Kegemukan atau obesitas dapat menyebabkan kehamilan berisiko tinggi. Tubuh yang overweight bisa memunculkan risiko tersendiri bagi kehamilannya, salah satu hal yang harus dijaga adalah asupan makanan selama hamil supaya tubuh tidak terus membesar, karena tubuh yang terlalu besar membuatnya sulit melahirkan karena tumpukan lemak di perut dan sekitarnya. 

Para peneliti mencatat bahwa obesitas merupakan faktor risiko yang signifikan untuk diabetes dan hipertensi, dan ditandai oleh peningkatan resistensi insulin dan peradangan kronis, seperti diabetes dan hipertensi.

Menurut peneliti, pada ibu penderita diabetes dan kemungkinan kondisi pra-diabetes di masa kehamilan, pengaturan glukosa menjadi sulit diatur sehingga meningkatkan produksi insulin pada janin. Produksi insulin yang tinggi membuat kebutuhan akan oksigen menjadi lebih besar, akibatnya suplai oksigen bagi janin menjadi berkurang. Diabetes juga dapat mengakibatkan kekurangan zat besi pada janin.

Sebuah riset menemukan bahwa wanita hamil yang kelebihan berat badan (tetapi belum masuk kategori obesitas) dan memiliki kadar gula darah sedikit lebih tinggi, dapat mengalami kehamilan berisiko tinggi. Menurut peneliti, risiko mereka bahkan lebih tinggi daripada rekan mereka yang mengalami obesitas dengan kadar gula darah normal atau wanita hamil yang menderita diabetes gestasional dengan berat badan normal.
Peneliti yang mempublikasikan penelitian ini dalam jurnal Diabetes Care edisi April menjelaskan, selama ini para dokter umumnya hanya fokus pada wanita hamil dengan obesitas atau diabetes gestasional, tetapi cenderung mengabaikan ibu hamil yang mengalami kegemukan (tidak obesitas) dan memiliki kadar gula cukup tinggi.

Dalam kajiannya terhadap lebih dari 23.000 wanita di sembilan negara, peneliti menemukan bahwa wanita hamil yang mengalami obesitas dan menderita diabetes gestasional serta ibu hamil yang kelebihan berat badan dan kadar gula darahnya sedikit lebih tinggi, lebih mungkin melahirkan bayi berukuran besar, sehingga meningkatkan risiko cedera pada bayi saat melahirkan melewati vagina (persalinan normal). 

Akibatnya, hal ini meningkatkan kemungkinan untuk menjalani bedah caesar. Dibandingkan bayi yang lahir dari ibu dengan berat badan dan gula darah normal, bayi yang lahir dari ibu dengan obesitas dan diabetes bobotnya sekitar 12 ounce (340 gram) lebih berat. Sedangkan mereka yang lahir dengan kelebihan berat badan (tetapi tidak obesitas) dan gula darah sedikit lebih tinggi bobotnya 7, 5 ounce (213 gram) lebih berat. 
Sedangkan bayi yang lahir dari ibu dengan berat badan normal dan diabetes gestasional bobotnya 6 ounce (170) lebih berat, dan mereka yang lahir dari ibu dengan obesitas dan kadar gula darah normal, bobotnya 6 ounce lebih berat.

Para peneliti juga mencatat bahwa bayi lahir dari ibu dengan kelebihan berat badan (tapi tidak obesitas) dan lebih tinggi tingkat gula darah, lebih mungkin untuk memiliki kadar insulin lebih tinggi dan kadar gula darah yang lebih rendah. Efek ini akhirnya dapat memicu obesitas dan diabetes pada anak.

Obesitas saat hamil juga memungkinkan anak yang dilahirkan berisiko menyandang autisme atau gangguan perkembangan saraf. Autisme ditandai dengan gangguan dalam interaksi sosial, defisit komunikasi dan perilaku repetitif dan sering disertai dengan cacat intelektual. 

Penelitian terbaru yang dilakukan para ilmuwan yang berafiliasi dengan UC Davis MIND Institute menemukan bahwa ibu yang obesitas berisiko 67 persen lebih besar melahirkan anak yang menyandang autisme dan berisiko dua kali lipat memiliki anak dengan gangguan perkembangan lain seperti terlambat bicara atau bahkan gagal mencapai tahapan tumbuh kembang sesuai usia. Sementara ibu penderita diabetes berisiko 2, 3 kali lebih besar memiliki anak dengan gangguan perkembangan dibandingkan ibu dengan kondisi sehat. Namun, proporsi ibu dengan diabetes yang memiliki anak autis lebih tinggi ketimbang ibu yang sehat, meski secara statistik tidak terlalu signifikan.

Studi ini juga menemukan, anak penyandang autis dari ibu penderita diabetes lebih mungkin mengalami kecacatan (rendahnya pemahaman bahasa dan komunikasi) ketimbang anak autis yang lahir dari ibu yang sehat. Namun, anak-anak tanpa autisme yang lahir dari ibu penderita diabetes juga rentan mengalami gangguan sosialisasi seperti, rendahnya pemahaman dan produksi bahasa, jika dibandingkan dengan anak tanpa autis dari ibu yang sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar