Jumat, 20 Mei 2022

Doa Malaikat Mengiringi Perilaku Istri.

Doa Malaikat Mengiringi Perilaku Istri.

 


Apabila ijab dan kabul telah diucapkan, maka ketika itu seseorang akan menjadi sepasang suami istri yang sah. Sejak itulah masing-masing akan memikul tanggung jawab dan hak yang baru. Kewajiban dan hak sebagai seorang suami dan istri. Seorang suami berkewajiban memenuhi semua yang menjadi hak istrinya. Dan begitu pula sebaliknya, istri juga berkewajiban memenuhi segala hak suaminya.

Suami yang tidak menafkahi istrinya, membiarkannya begitu saja, tak mau peduli dengan keadaannya, acuh tak acuh, atau berlaku kasar kepada sang istri maka dia berdosa, sebab tidak melaksanakan kewajiban sebagai seorang suami. Sementara istri berhak menerima nafkah, belaian cinta kasih, kepedulian dan perhatian dari suami.

Istri pun berkewajiban memenuhi hak-hak suami. Melayani segala kebutuhan suami, membalas cinta kasihnya, peduli, perhatian, menghormati, atau menghargai posisinya sebagai atasan dengan mematuhi segala yang diperintahkan juga merupakan sebagian dari sekian banyak hak-hak seorang suami. Masih banyak contoh-contoh kewajiban dan hak suami dan istri.

Seorang istri yang telah bersuami sangatlah mudah mengejar pahala dan kedudukan tertinggi sekalipun di sisi Allah SWT. Namun, siapa sangka ia juga bisa terperosok ke dalam jurang dosa paling dalam dengan seketika.

Ketika istri tidak memenuhi hak suami, menyakiti hati suami, berperilaku buruk di hadapannya, atau menolak ajakannya, maka seketika ia mendapatkan doa kejelekan dari para malaikat. Tumpukan pahala yang telah menggunung akan sirna hanya dalam sekejap lantaran doa para malaikat yang marah kepadanya. Allah pun akan murka dan enggan membukakan pintu rahmatNya. Hatinya selalu diselilmuti rasa takut dan bersalah. Hingga ia meminta maaf kepada sang suami.

Hal ini berdasarkan hadits dari Abi Hurairoh RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Jika seorang suami mengajak istrinya untuk berhubungan kemudian menolak, dan sehingga sang suami marah kepadanya, maka ia malaikat akan melaknatnya hingga subuh.”

Dikisahkan bahwa Sayyidatuna Fathimah Azzahra Albathul ra putri Nabi SAW pernah melakukan kesalahan kepada suaminya Sayyidina Ali ra. Ia pun segera menghampirinya, bersimpuh di hadapannya seraya berkata, “Wahai suamiku, sungguh celakalah aku jika engkau tak mau memaafkan kesalahanku.” 

Kemudian dengan manjanya ia meraih dan mencium tangan beliau, kemudian mengecup keningnya. Karena khawatir suami tercintanya tidak mau memaafkannya.

Dari kata-kata beliau dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa seorang istri yang telah membuat suaminya menjadi marah dan tidak mendapatkan maafnya, sungguh ia akan menjadi orang yang celaka. Namun begitu, jangan khawatir bahwa malaikat hanya akan mendoakan kejelekan untuk si istri tapi mereka juga senantiasa akan mendoakan kebaikan jika si istri mau berusaha untuk menjadi istri yang shalihah.

Dalam menggambarkan pentingnya istri agar tidak durhaka kepada suami, Rasulullah SAW pernah berandai-andai: 

“Andaikata aku boleh memerintahkan seseorang bersujud kepada orang lain (sesama manusia), tentu aku memerintahkan wanita agar bersujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi)

Dari hadits ini jelas bahwa Rasulullah memposisikan suami begitu sangat mulia. Karenanya pantas untuk dihormati, dipatuhi, dan tidak didurhakai. Jika suatu waktu suami marah karena sesuatu yang tidak jelas, maka baiknya bagi istri ketika itu adalah diam tanpa membantah sepatah katapun. Meskipun istri sebenarnya mengetahui bahwa sang suami salah. Barulah ketika amarahnya meredam, maka istri boleh meluruskan kesalahpahaman tersebut dengan tanpa emosi. Jika suami menjadi api, maka istri sudah sepantasnya lah menjadi air.

Durhaka seorang istri hanyalah akan membuatnya rugi di dunia terlebih di akhirat. Wanita yang telah membakar amarah suami, berarti ia telah menghidupkan murka Allah swt. Oleh karena itu, agar Allah tidak murka, laknatNya tidak turun, dan rahmatNya tidak terputus, baiknya menjaga hubungan agar tetap harmonis dengan salimg memperhatikan kewajiban dan hak masing-masing sehingga rumah tangga akan kokoh penuh cinta dan kasih sehingga akan terbentuk rumahku adalah surgaku dan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.

Ada kisah hikmah yang bias kita ambil pelajaran. Sepasang suami istri yang semula keluarganya harmonis, tiba-tiba menjadi kaku dan hambar saat terjadi perubahan pada diri sang suami. Suami yang dulu rajin ibadah, sayang anak istri, kini telah berubah. Di kantor ia sering smsan pada teman wanita di kantornya. Di rumah ia sering mencuri-curi waktu untuk kontak via fb. Dan itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. 

Si istri pun akhirnya curiga dan mendiamkan suami tersebut. Padahal jika kondisi ini berlarut-larut, maka bisa menyebabkan retaknya rumah tangga mereka. Rasa amarah yang bergejolak di hati istri suatu saat bisa mejadi bom waktu dan meledak kapan saja. 

Pada intinya, permasalahan semacam ini sangat memungkinkan untuk diselesaikan dengan komunikasi. Masing-masing saling terbuka dan tidak menyimpan rahasia. Saling menyimpan rahasia antara suami istri akan sangat membuat mereka berdua tertekan. Istri tertekan, dan tidak perlu heran, sejatinya suami pun tertekan. Curi-curi waktu, merahasiakan aktivitas di hp, bicara pelan-pelan, semua itu pasti dilakukan dengan perasaan takut, was-was, dst. Jelas itu satu tekanan bagi suami.

Demikian pula istri, merasa cemas, risih dengan suami yang mulai merahasiakan sesuatu yang selayaknya tidak dirahasiakan, cemas, pusing, bertumpuk perasaan cemburu dan marah dengan tindakan suami. Di sisi lain, istri tidak bisa minta suami untuk terus terang dengan sikapnya. Jelas ini menjadi tekanan psikis tersendiri bagi istri.

Istri marah terhadap suami atau suami marah kepada istri, adalah yang wajar. Karena itu tabiat manusia. Tapi jika kondisi semacam ini dibiarkan, kemudian masing-masing enggan untuk terbuka, selamanya akan menjadi bara panas bagi keluarga dan rumah tangga.

Oleh karena itu, harus ada yang memulai. Ya, harus ada yang memulai. Memulai membuka diri dan menyampaikan perasaan, memulai meminta maaf atas kesalahan, memulai memahami perasaan pasangannya, memulai dan mengawali mengajak untuk menyelesaikan masalah.

Kita sepakat, rumah tangga paling sempurna di dunia ini adalah rumah tangga manusia terbaik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun tanpa dihiasi dengan harta. Itu artinya, kebahagiaannya bersifat hakiki, bukan karena motivasi dunia.

Salah satu cuplikan sejarah rumah tangga beliau, yang bisa kita tiru, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu memulai melakukan ishlah (membangun kerukunan) setiap ada masalah.

Anas mengisahkan,

“Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di rumah salah satu istrinya. Ternyata ada istri beliau yang lain, mengirim makanan kepada beliau. Spontan sang istri yang sedang mendapatkan jatah gilir ini, langsung memukul tangan Rasulullah, jatuhlah piring berisi makanan itu, dan pecah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengambil serpihan pecahan-pecahan itu, dan beliau kumpulkan. Beliau juga mengumpulkan makanan yang berserakan. Sambil bersabda: “Ibumu sedang cemburu.” (HR. Bukhari, Nasai, dan yang lainnya).

Untuk bisa seperti ini, butuh modal kejelian dalam memahami perasaan orang lain. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tipe suami yang sangat peka dan mahir dalam membaca segala hal, termasuk suasana hati istrinya.

Aisyah menceritakan,

“Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Sungguh, aku mengetahui bila engkau ridha kepadaku, demikian pula bila engkau sedang marah kepadaku.’ Spontan, Aisyah bertanya, ‘Dari mana Anda dapat mengetahui hal itu?’ Rasulullah menjawab, ‘Bila engkau sedang ridha kepadaku, maka ketika engkau bersumpah, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Muhammad. Namun bila engkau sedang dirundung amarah, maka ketika engkau bersumpah, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Ibrahim.’ Mendengar penjelasan ini, Aisyah menimpalinya dan berkata, ‘Benar, sungguh demi Allah, wahai Rasulullah, ketika aku marah, tiada yang aku tinggalkan, kecuali namamu saja.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sekali lagi, komunikasi adalah ruh bagi keluarga. Karena dengan ini, kita bisa menghilangkan perasaan buruk sangka dan dugaan-dugaan lainnya terhadap pasangan. Jika masih sangat malu harus menyampaikan langsung, kita bisa manfaatkan sarana di sekitar kita. Bisa sms, email, atau inbox facebook. Sarana ini akan sangat membantu kita mengungkapkan perasaan, di saat kita malu untuk menyampaikanya langsung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar