Selasa, 05 April 2022

Peristiwa Kelahiran Nabi Musa AS



Raja yang memerintah Mesir saat kelahiran Nabi Musa, adalah seorang raja yang zalim, kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia memerintah negaranya dengan kekerasan, penindasan dan sewenang-wenang. Dialah Fir’aun.

Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan rasa tidak aman dengan jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Israil yang menjadi sasaran kekejaman, kezaliman dan tindak kesewenang-wenangan dari raja dan pasukannya.

Pada suatu hari beliau telah terkejut oleh ramalan oleh seorang ahli nujum kerajaan yang memberitahu bahwa akan ada seorang bayi lelaki yang akan dilahirkan dari kalangan Bani Israil yang kelak akan menjadi musuh kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.

Raja Firaun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan agar diadakan pengusutan yang teliti sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan tentaranya. Setiap rumah dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan bayinya.

Raja Firaun menjadi tenang kembali setelah mendengar para anggota kerajaannya yang melaporkan bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang masih hidup. 

Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Yaqub sedang duduk seorang diri menanti lahirnya bayi yang ditunggu-tunggunya. Dengan lahirnya bayi itu, maka bahagialah ia. Namun setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khawatir bahwa bayinya yang sangat disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Firaun. 

Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan selalu berada dalam keadaan cemas dan khawatir terhadap keselamatan bayinya. Allah memberi ilham kepadanya agar menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti yang tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu terapung di atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas atas keselamatan bayinya karena Allah menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutusnya sebagai salah seorang rasul.

Dengan bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap jaminan Illahi, maka dilepaskannya peti bayi oleh Yukabad, setelah ditutup rapat kemudian dibiarkannya terapung di permukaan air sungai Nil. Akhirnya peti tersebut ditemukan oleh Asiah dan dayangnya.

Raja Firaun ketika diberitahu oleh Asiah, isterinya, tentang bayi laki-laki yang ditemui di dalam peti yang terapung di atas permukaan sungai Nil, segera memerintahkan membunuh bayi itu seraya berkata kepada isterinya: “Aku khawatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami yang besar ini.” Akan tetapi isteri Firaun yang sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi yang lucu dan manis itu, berkata kepada suaminya: “Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai anak, kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sangat tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu.” Demikianlah jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka dimudahkanlah jalan bagi terlaksananya takdir itu. Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi rasul-Nya, menyampaikan amanat wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat.

Nama Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga Firaun, berarti air dan pohon (Mu=air, Sa=pohon)sesuai dengan tempat ditemukannya peti bayi itu. Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa inang untuk menjadi ibu susuan Musa. Akan tetapi setiap inang yang mencoba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyusu. Dalam keadaan bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan menyusu dari sekian banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa menawarkan seorang inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu kepada Asiah.

Atas pertanyaan keluarga Firaun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu, berkatalah kakak Musa: “Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini. Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dapat menerima air susu ibu keluarga itu.”

Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Firaun dan seketika itu jugalah dijemput ibu kandung Musa sebagai ibu susu bayaran. Maka begitu bibir sang bayi menyentuh susu ibunya, menyusulah ia kepada ibu kandungnya itu dengan sangat lahapnya. Kemudian diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama masa menyusui dengan imbalan upah yang besar. Maka dengan demikian terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali puteranya itu.

Setelah selesai masa menyusu, dikembalikan Musa oleh ibunya ke istana, di mana ia diasuh, dibesar dan dididik sebagaimana anak-anak raja yang lain. Ia mengendarai kendaraan Firaun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Firaun berpakaian sehingga ia dikenal orang sebagai Musa bin Firaun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar