Kamis, 28 April 2022

Klasifikasi Kehamilan Ektopik


Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba. Tempat implantasi yang paling sering adalah ampula, kemudian isthmus, fimbriae, kornu, serta uterus intersisialis. Sedangkan kehamilan ektopik non-tuba sangat jarang terjadi, tetapi dapat terjadi pada abdomen, ovarium, atau servik.

Beberapa klasifikasi kehamilan ektopik adalah :

1. Kehamilan ektopik tuba/interstisial (kornual)

Kehamilan ektopik tuba terbagi menjadi :

a. Kehamilan pars interstitialis

b. Kehamilan pars istmika tuba

c. Kehamilan pars ampularis tuba

d. Kehamilan pars infundibulum tuba

Kehamilan ektopik tuba/interstisial merupakan kehamilan yang implantasi embrionya di tuba falopi. Pasien menunjukkan gejala yang cukup lama, sulit didiagnosis dan lesi menyebabkan pendarahan masif ketika terjadi ruptur. Pada usia kehamilan 6-10 minggu akan terganggu. Hasil konsepsi dapat mati dan diresorbsi, keguguran, ruptur tuba. Angka kematian ibu akibat kehamilan interstisial adalah 2 %. Penanganan pada kasus ini dengan laparatomi.

2. Kehamilan ovarium

Kehamilan di ovarium lebih sering dikaitkan dengan pendarahan dalam jumlah banyak dan pasien sering mengalami ruptur kista korpus luteum secara klinis, pecahnya kehamilan ovarium, torsi, endometriosis.

Diagnosis kehamilan ovarial berdasarkan kriteria Spielberg, sebagai berikut :

a. Tuba pada sisi kehamilan harus normal

b. Kantung janin harus terletak di dalam ovarium

c. Kantung janin harus dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii propium

d. Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung janin

Kehamilan ini biasanya rupture pada umur kehamilan awal yang kemudian menyebabkan pendarahan intraabdomen.

3. Kehamilan servik

Kehamilan servik merupakan kehamilan dengan nidasi di kanalis servikalis, yang membuat dinding servik menjadi tipis dan membesar. Implantasi zigot dalam kanalis servikalis biasanya menyebabkan pendarahan tanpa rasa nyeri pada umur kehamilan awal. 

Jika kehamilan terus berlanjut, serviks membesar dengan Ostium Uteri Eksternum sedikit tebuka. 

Kehamilan servikal jarang berlanjut sampai umur kehamilan 12 minggu dan biasanya diakhiri secara operatif karena pendarahan. Pengeluaran hasil konsepsi pervaginam dapat menyebabkan pendarahan hebat, sehingga kadang diperlukan tindakan histerektomi total.

Kehamilan di servikalis ini jarang dijumpai. Tanda dari kehamilan ini adalah : kehamilan terganggu, pendarahan, tanpa nyeri, abortus spontan. Terapinya adalah histerektomi.

4. Kehamilan abdominal

Kehamilan abdominal dibagi menjadi dua, sebagai berikut :

a. Kehamilan abdominal primer 

Kehamilan abdominal primer yaitu setelah terjadi fertilisasi, zigot berimplantasi di dalam kavum abdominal (implantasi sesudah dibuahi, langsung pada peritonium/ kavum abdominal).

b. Kehamilan abdominal sekunder

Kehamilan abdominal primer yaitu zigot berimplantasi di dalam tuba atau di tempat lain terlebih dulu lalu zigot berimplantasi di kavum abdominal setelah terjadi rupture tuba (embrio masih hidup dari tempat primer).

Kehamilan abdominal biasanya disertai dengan gejala iritasi peritoneum antara lain : nyeri perut bagian bawah, mual dan muntah. Diagnosis ditegakkan dengan palpasi; kadang teraba uterus terpisah dengan janin. Dapat pula dilakukan tes oksitosin. Caranya dengan menyuntikkan oksitosin intravena. Adanya kontraksi uters menunjukkan adanya kehamilan intrauterine, sedangkan bila tidak terjadi kontraksi berarti terjadi kehamilan intrabdominal.

Kehamilan abdominal dapat aterm dan anak hidup, namun didapatkan cacat. Fetus mati, degenerasi dan maserasi, infiltrasi lemak jadi lithopedion/fetus papyraceus. Terapi kehamilan abdominal adalah : laparotomi, plasenta dibiarkan (teresorbsi).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar