Jumat, 18 Maret 2022

Rajin Puasa Senin Kamis Akhirnya Istri Hamil (Zaid - Karyawan)



Sejak aku menikah tahun 2001 aku termasuk agak lama mempunyai anak, yaitu di tahun 2006. Jadi hampir 5 tahun aku baru dikaruniai anak. Sebelum dikaruniai buah hati, aku dan istriku sering diledekin oleh saudara-saudara. Walaupun itu cuman “guyon” tetapi lama-lama risih juga. Kadang aku berpikir memangnya aku dan istriku yang menciptakan anak? Bukankah anak adalah titipan Allah... dan tentu saja Allah lah yang menciptakannya.

Sering aku baca surat Yasin dan membaca artinya terutama yang ayat 77 artinya: “Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi musuh yang nyata.” 

Sejenak aku merasa damai dan tenang. Entah ketenangannya sesaat atau bahkan hanya bertahan sampai ada komentar baru dari teman-teman dan keluarga lainnya. Aku merasakan betapa beratnya beban yang ditanggung oleh istriku pada saat itu. Untuk itu segala usaha aku lakukan. Mulai dari periksa ke dokter, minum obat-obatan, baik yang herbal maupun yang sintetik. Vitamin E menjadi makanan sehari-hari. Minum kolak kacang ijo setiap hari. Dan bahkan sampai minta doa-doa kepada saudara-saudara yang kebetulan baru naik haji dan masih banyak yang lainnya.

Waktu itu aku percaya bahwa Allah tentu tahu dan mengerti kondisi makhluknya. Aku berpikir positif saja bahwa mungkin belum waktunya aku memiliki seorang anak. Namun dalam doa dan ikhtiar, aku dan istriku selalu merasa bahwa suatu saat nanti kami insya Allah mempunyai anak. Seorang anak yang shalih dan menentramkan hati siapapun yang memandang.

Aku dan istriku juga mencoba beberapa ramuan seperti madu dan serbuk kayu manis. Kemudian selalu mengamalkan beberapa ayat dari Al-Qur’an yang diberikan oleh seorang ustadz. Pokoknya apapun cara yang halal dan rasional semua kami usahakan waktu itu.

Bahkan pernah suatu saat istriku periksa ke dokter dan dinyatakan rahimnya ada suatu infeksi dan harus minum antibiotika selama 2 bulan terus menerus. Sampai kadang-kadang istriku merasa mau muntah ketika melihat obat tersebut. 

Akhirnya aku mengatakan kepada istriku, “Nggak usah diteruskan minum antibiotikanya mulai sekarang kita pasrah total saja kepada Allah.”

Akhirnya aku dan istriku menikmati seluruh waktu seperti layaknya dua orang yang sedang pacaran. Kami tinggalkan semua pemikiran tentang punya anak dan berusaha mensyukuri apapun kondisi saat itu. Di samping masih mengamalkan doa-doa aku juga mencoba mengamalkan sedekah. Sedekah ini agak unik dan hanya merupakan letupan ide yang sesaat namun aku ingin sekali melakukannya.

Yaitu bila aku atau istriku bertemu dengan seseorang yang menurutku “tidak mampu” saat itu juga aku atau istriku akan memberikan sedekah kepada orang tersebut dan seraya meminta didoakan agar punya anak yang shalih ataupun shalihah.

Entah sudah berapa kali aku dan istriku selalu melakukan itu. Baik di rumah, di pasar, atau bahkan di jalan-jalan. Saat berada di kereta api atau atau di bus kota. Kalau menemukan orang-orang yang “menyentuh hati” kami selalu memberikan sedekah berapapun dan langsung tanpa pikir panjang (spontan).

Sampai akhirnya sewaktu aku dan istriku sedang antri di Makro Yogya. Kebetulan waktu itu pas pembukaan Makro pertama kali di Yogya. Sehingga banyak sekali yang antri bahkan berebut untuk mendapatkan barang-barang dengan harga yang murah. Tiba-tiba istriku merasa perutnya sakit dan keringat dingin.

Akhirnya aku meminta istriku untuk istirahat saja. Sore harinya periksa ke dokter kandungan di Klinik Rahmi di daerah Ngabean, Yogyakarta. Dan Alhamdulillah, istriku dinyatakan positif hamil dan diharuskan untuk bedrest atau istirahat total selama 3 hari berturut-turut sampai fleknya hilang.

Dan betul selama istirahat total istriku hanya boleh ke kamar mandi selebihnya hanya berbaring selama 3 hari. Setelah 3 hari ternyata fleknya sembuh dan akhirnya boleh kembali beraktifitas biasa. Alhamdulillah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar