Kamis, 17 Maret 2022

Diet Untuk Sembuh Dari Penyakit


Secara tidak sadar, selama ini kita sering kali menyiksa diri dengan makan seenaknya. Sesuai dengan ungkapan sebagian orang yang mengatakan “Hidup untuk dinikmati! Untuk apa menyiksa diri dengan tidak boleh memakan makanan yang enak-enak.” Tentu saja ungkapan itu tidak salah. Ungkapan yang benar adalah menikmati hidup yang hanya sekali ini, tanpa gangguan penyakit-peyakit yang menyiksa akibat pola makan yang salah. 


Kenikmatan hidup baru tercapai jika setiap detik dari kehidupan Anda menjadi bermakna, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain di sekeliling Anda. Hidup Anda akan senantiasa menyenangkan jika selalu dalam keadaan sehat, bugar dan berproduktivitas tinggi. Untuk itu, pola makan yang salah harus diubah secara berangsur sehingga tercipta suatu kondisi yang menunjukkan tubuh Anda telah mampu secara sempurna mengolah dan menyerap berbagai makanan dan minuman secara berimbang yang berujung pada perbaikan metabolisme tubuh. 

Makan menjadi kebutuhan manusia untuk mendapatkan asupan yang akan diubah menjadi energi untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Idealnya makan yang teratur adalah tiga kali sehari, yaitu di pagi hari, siang hari, dan sore atau menjelang malam. Namun banyak orang yang terkadang menyepelekan waktu makan. Hal inilah yang akan memunculkan penyakit maag serta beberapa gangguan kesehatan lainnya. Dengan waktu makan yang tidak teratur, tentunya dapat berdampak pada jumlah asupan yang dibutuhkan tubuh menjadi berkurang.

Diantara tiga waktu makan, sarapan menjadi kategori yang paling banyak ditinggalkan oleh sebagian orang. Padahal kebutuhan nutrisi ini sangat penting untuk otak serta tubuh dalam melakukan aktivitas pagi hingga siang hari. Banyak alasan mengapa sarapan menjadi kebiasaan yang ditinggalkan, antara lain malas, terburu-buru berangkat kerja atau sekolah, timbul rasa ngantuk setelah sarapan, bosan dengan menu yang disajikan, dan lain-lain. Selain sarapan, makan malam pun kadang banyak ditinggalkan dengan alasan diet bagi sebagian orang. Padahal kebiasaan makan tidak teratur inilah yang dapat memicu berbagai gangguan kesehatan diantaranya:

1. Gangguan penyerapan gizi.

Kebiasaan makan tidak teratur dapat menyebabkan gangguan penyerapan gizi pada tubuh. Hal ini disebabkan oleh sistem yang membutuhkan gizi dan berbagai macam vitamin yang diperlukan tubuh untuk melakukan proses metabolisme yang dapat menghambat aktivitas. Selain itu, jika mengalami kekurangan zat tersebut dapat berakibat pada tubuh yang mengambil vitamin dan gizi dari bagian tubuh yang lain. Padahal vitamin dan gizi tersebut sudah memiliki peranannya masing-masing.

2. Gangguan pencernaan.

Makanan yang dikonsumsi akan memberikan sumber tenaga untuk beraktivitas. Sedangkan tubuh kita bekerja selama 10 hingga 12 jam setiap hari. Jika pola makan Anda tidak teratur maka tubuh yang terus bekerja akan terganggu. Dengan tiadanya asupan makanan yang masuk, maka tidak akan ada yang dikonsumsi, padahal sistem pencernaan tetap akan bekerja. Dampaknya sistem pencernaan tersebut akan melukai organ pencernaan sendiri.

3. Timbulnya penyakit.

Penyakit yang sering muncul jika pola makan tidak teratur adalah maag. Hal ini disebabkan oleh organ lambung kita tidak bekerja sesuai dengan waktunya. Lambung akan sangat tidak terbiasa dengan pola makan yang terus berganti-ganti. Akibatnya lambung tidak bisa menyesuaikan waktu kerjanya, sehingga dapat merusak bagian lambung itu sendiri

Inti dari perbaikan pola makan adalah fungsi pencernaan. Pasalnya kemunculan sebagian besar penyakit degenarif (menurunnya fungsi jaringan tubuh) berawal dari tengganggunya fungsi pencernaan. Karena itu anggapan yang berkembang di masyarakat bahwa penyakit dapat diturunkan kepada turunan (anak dan cucu), tidaklah sepenuhnya benar. Yang bisa diturunkan adalah bentuk fisik seperti bentuk wajah dan rambut, sedangkan penyakit degeneratif hanya bisa terjadi akibat pola makan yang tidak sehat dalam keluarga. 

Sebagai contoh, orang tua yang terkena hipertensi, secara tidak langsung mewariskan pola makan yang sama kepada anaknya. Jika kelak sang anak juga terkena hipertensi, bukan penyakitnya yang diturunkan, tapi pola makannya. 

Hati-hati dengan pola makan Anda. Pola makan yang tidak sehat akan membuat Anda mengalami depresi dan potensial terserang jantung. Makanan dengan kadar lemak trans (lemak buatan manusia dari hasil pembuatan kue dan masakan cepat saji) dan lemak jenuh yang tinggi berisiko depresi. Demikian hasil penelitian yang dilakukan di Spanyol dan yang dipublikasikan di Amerika Serikat. Peneliti juga memperlihatkan bahwa beberapa produk, seperti minyak zaitun yang sehat dan kaya akan asam lemak omega-9 mampu melawan risiko penyakit mental.

Para peneliti dari Universitas Navarra dan Las Palmas de Gran Canaria yang ikut dalam penelitian besar itu menganalisa pola makan dan pola hidup dari 12.000 sukarelawan selama enam tahun. Ketika penelitian berlangsung, tidak ada satupun dari sukarelawan yang terindikasi mengalami depresi. Tetapi, pada akhir penelitian, ada sekitar 657 sukarelawan yang terindikasi mengidap depresi.

“Partisipan yang banyak mengkonsumsi lemah trans terdeteksi meningkat 48% risiko depresi, dibandingkan dengan partisipan yang tidak mengkonsumsi jenis lemak tersebut,” kata pemimpin penelitian tersebut.

Guru besar Ilmu Pengobatan dari Universitas Las Palmas de Gran Canaria, Almudena Sanchez-Villegas juga menekankan bahwa semakin banyak lemak trans dikonsumsi, maka efek bahayanya semakin besar.

Pada saat yang sama, tim peneliti menemukan bahwa setelah menilai lemak tak jenuh ganda, banyak produk dari ikan, minyak sayur, dan minyak zaitun yang risiko terkena depresinya kecil.

Hasil penelitian yang dipublikasikan pada Jurnal online PLoS ONE menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan pada orang di Eropa yang relatif sedikit mengkonsumsi lemak trans hanya 0,4% dari total energi yang masuk dari para sukarelawan tersebut.

“Sebaliknya, kami meneliti peningkatan dari risiko terkena depresi sekitar 50%,” kata salah satu peneliti, Miguel Martinez.

Hasil laporan itu menunjukkan bahwa angka pasti dari penderita depresi di seluruh dunia sekitar 150 juta jiwa dan jumlah tersebut mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir ini.

Peningkatan tersebut akibat perubahan yang radikal terhadap konsumsi lemak dalam pola makan orang Eropa. Mereka menggantikan beberapa lemak yang bermanfaat, yaitu lemak tak jenuh tunggal dan ganda dalam kacang, minyak sayur dan ikan dengan lemak jenuh dan trans yang terdapat dalam daging, mentega dan produk makanan lain seperti makanan cepat saji.

Walaupun tidak fokus pada penelitian, peneliti memperlihatkan bahwa penyakit gagal jantung atau pembuluh darah tersumbat disebabkan oleh pola makan yang sama dan memiliki mekanisme kerja yang sama pula. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar